Dulu waktu jaman sekolah di tahun 80an isu tentang penjurusan di SMA masih sangatlah sensitif karena banyak dari para pelajar merasa kalau masuk IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) lebih keren daripada masuk IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Sebagian siswa berlomba untuk 'kelihatan keren dan cerdas' untuk bisa menjadi siswa IPA dengan melakukan upaya apapun agar pada semester pertama kelas 1, nilai Matematika,Fisika,Kimia dan Biologi biru atau diatas 5, walaupun ada sebagian dari siswa memang telah terlihat lebih pandai menghapal daripada menghitung. (Berbeda dengan penjurusan siswa-siswi SMA saat ini yang sudah dilakukan sejak awal semester pertama).Â
Namun faktanya banyak lulusan IPA ketika menjadi mahasiswa malah memilih fakultas bidang sosial dan tidak menekuni fakultas eksakta yang seharusnya mereka pilih. Â Nah itulah enaknya jadi lulusan IPA bisa memilih jurusan IPS dan tidak sebaliknya, entah alasannya apa, padahal kalau dipikir seharusnya lulusan IPS itu dari mata pelajaran yang mereka pelajari dan kuasai, punya masa depan lebih indah dan jadi salah satu idola mertua hehehe. Coba lihat empat pelajaran ini seperti Ekonomi, banyak lulusan IPS ekonominya mapan. Sosiologi, lulusan IPS jiwa sosialnya tinggi, Geografi, lulusannya banyak yang tahu letak strategis rumah dan tanah masa depan yang bisa dijadikan lokasi hari tua, dan terakhir pelajaran Sejarah, banyak lulusan IPS yang menjadi Suami dan Istri, menjadi sejarah indah hidup masing-masing. Ini bukan berarti lulusan IPA nggak punya masa depan ceria hehehe.....
Hal lain ketika sekolah dulu siswa IPA dianggap kutubuku karena tasnya penuh dan lebih berat dibandingkan anak IPS yang tasnya kecil dan bukunya cuma satu. Inilah yang membuat siswa IPA dianggap siswi IPS punya masa depan lebih cerah dibandingkan siswa IPS yang terkesan nyantai. Padahal justru siswi IPA menganggap siswa IPS lebih cool ketimbang siswa IPA yang kebanyakan kaku dan jarang gaul..hehehe...kebanyakan ngapalin formula matematika seperti Teori Phytagoras dan juga Hukum Avogadro...hehehe. Ya saling gebetan lah. Hal lain tongkrongan anak IPS memang lebih asyik yaitu sepeda motor walaupun mereknya masih Astuti (Astrea Tujuh Tiga), bandingkan dengan anak IPA yang kebanyakan bermodal sepeda..hehehe. Tapi lucunya saat reuni, lulusan IPA banyak yang hadir membawa mobil roda empat, sedangkan lulusan IPS tetap konsisten dengan sepeda motornya...hahaha.Â
Namun setelah 30 tahun kemudian, ternyata lulusan IPA dan IPS, SMAN 45 Kelapa Gading, bergabung menjadi satu, dan kita sudah tidak peduli situ IPS atau IPA tapi alumni. Ya kita sudah sering bertemu, bereuni, berhalal bihalal, dan alhamdulillah, anggota lama bertahan dan ada juga anggota baru. Kebetulan tahun ini ada sepasang suami istri lulusan SMA ini dan sekarang keduanya bekerja di manca negara (Amerika Serikat) dan menyediakan villanya untuk ajang halal bihalal. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, halal bihalal kali ini sungguh berbeda karena berdekatan dengan ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke 71, sehingga ajang halal bihalal menjadi ajang games untuk kalangan lulusan SMA 32 tahun lalu yang bermutu alias bermuka tua hehehe. Ada games adu menyanyi dengan komentar lucu dari alumni lain, serta games joget berpasangan dengan beradu balon pada dahi  masing-masing. Â
Terima kasih kepada teman-teman yang berpartisipasi baik sebagai donatur, panitia dan juga partisipan ajang tahun ini. Inshaa Allah kita bisa bertemulagi di lain kesempatan amin. Spesial thanks untuk Rumedi, Wiwin, Boy Tumanggor, Ariyanti, Rosintan, Desriyani, Dewi Ningsih, Irsan, Bawor, Thamrin, Chocky , Nini, Kasnawati, Sri Utari, Dadang, Eka Priyadi, Cecep,  Yani, Ismail, Mail, Bonang, Idham dan teman-teman lain yang saya tidak bisa saya sebutkan satu-persatu. Bravo alumni SMAN 45, lulusan 1984. Nggak  ada loe nggak asyik.Â
That's what friends are for....inilah gunanya punya banyak teman....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H