Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menanti Tuah CR7 Melawan Les Blues!

9 Juli 2016   23:20 Diperbarui: 5 Agustus 2016   04:23 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Klimaks sepakbola Eropa akhirnya akan tersaji pada 10 July 2016 (Indonesia-11 July 2016), saat pasukan Seleccao (Portugal) melawan tuan rumah Perancis (Les Blues). Setelah menumbangkan Wales dan juara dunia, Jerman, dengan skor sama 2:0, Portugal dan Perancis akan saling berhadapan untuk menjadi yang terbaik di benua biru, Eropa. Kota Paris akan menjadi saksi apakah pasukan Les Blues mampu mengulang sukses 1984, saat Perancis sebagai tuan rumah, menjadi juara Eropa dengan bintang dan pemain terbaik saat itu, Michael Platini. 

Bagi Portugal ini final kedua setelah tahun 2004 saat menjadi tuan rumah harus kalah dari tim kuda hitam, Yunani. Christiano Ronaldo saat itu terlihat masih belum matang, dan inilah saatnya CR7 membuktikan dia bukan pemain "gagal" membawa tim nasionalnya meraih mahkota Juara-masih terngiang betapa kecewanya seterunya di La Liga, Lionel Messi yang berkali-kali gagal membawa negaranya, sebagai kapten, menjadi kampiun baik di Amerika Latin maupun di dunia. 

Dalam konteks Eropa sejumlah pemain pernah merasakan menjadi pemain profesional sukses di klubnya dan juga pemain timnas seperti Platini , Zinedine Zidane (Perancis/Juventus) , Marco Van Basten, Ruud Gullit. Frank Rijkaard  (Belanda/AC Milan) dan sejumlah pemain top lainnya.  Bila akhirnya Ronaldo gagal lagi, artinya Ronaldo tidak lebih baik dari nasib si Messiah. 

Bagi kedua tim yang banyak pemainnya berkelana di liga-liga top Eropa, perseteruan antara Ronaldo, Pepe (Real Madrid) dan Nani (MU) melawan Antoine Griezmann (Athletico Madrid), Patrice Evra & Paul Pogba (Juventus) dan Oliver Giroud (Arsenal) akan menghasilkan perang strategi dua tim yang belum pernah kalah sejak babak penyisihan. Nama-nama superstar  diatas adalah jaminan akan hebatnya perang bintang di grand final yang diselenggarakan di stadion kebanggaan Perancis, Stade de France.   Kedua tim terkenal dengan gaya bermain menyerang beda dengan tradisi bertahan Italia atau menyerang tapi membosankan ala Belgia dan inilah pertandingan yang layak ditunggu oleh banyak penggemar sepak bola dunia.  

Dengan mulai menciptakan sejumlah gol, Ronaldo akan membuktikan dia lebih baik dari Griezmann, namun bagi CR7 buat apa jadi top scorer Piala Eropa sepanjang masa (dia sudah mencetak 9 gol di 4 pagelaran Piala Eropa dari 2004,2008,2012 dan saat ini 2016). kalau akhirnya timnasnya gagal lagi. Dengan usia sudah mencapai 31 tahun, inilah saat terbaik bagi CR7 untuk membuktikan bahwa dia pemain terbaik dunia yang punya koleksi piala pribadi, liga champions dan juga Piala Eropa antar negara. 

Bicara tentang rekor pada dasarnya rekor Berty Vogts, legenda Jerman tahun 70an, belum terpecahkan, baru dia sendiri pemain Jerman yang mampu menyatukan Piala Eropa 1972 dan Piala Dunia 1974. (sebagai pemain), dan sebagai manager saat Jerman juara Dunia tahun 1996.

Mengenai mutu Piala Eropa yang dikeluhkan oleh Pelatih Jerman, Joachim Loew, menurut saya kurang pas karena sepakbola sudah milik warga dunia, jadi kalau makin banyak pesertanya akan makin bagus. Piala Eropa kali ini diikuti 24 negara, setelah sebelumnya hanya 16. Tim-tim debutan seperti Islandia, Wales, Polandia, Hongaria, Albania dan Republik Irlandia mampu menunjukkan mereka bukan sekadar turis ke Prancis dan jadi lumbung gol tim lain. Pencapaian Wales sangat luar biasa walaupun kalah melawan Inggris namun mampu di babak perempat final mengalahkan tim Peringkat FiFA diatasnya yaitu Belgia yang berisi generasi emas Belgia macam Eden Hazard, Radja Nainggolan, Romelu Lukaku, Tibaud Courtois dan pemain-pemain lainya.  

Bila dibandingkan, perjalanan Perancis dan Portugal ternyata sangat berbeda, karena pada babak penyisihan Perancis mampu meraih nilai 7 dari 2 kali menang atas Rumania dan Albania serta draw dengan Swiss. Trend menang ini berlanjut saat melawan Republik Irlandia, walaupun sempat ketinggalan oleh gol penalty , namun Perancis mampu membalas 2 gol lewat Antoine Griezmann. Kemenangan berikutnya saat menyikat Islandia, pembunuh raksasa Inggris, 5:2, serta menghabisi Jerman dengan skor 2:0 dan semuanya dalam waktu normal. 

Sebaliknya perjalanan Portugal penuh liku, karena tiga kali bermain di babak penyisihan, ketiganya berakhir draw saat melawan Austria,Hongaria dan islandia. Aturan pada Piala Eropa tahun ini yang diikuti 24 negara membuat Portugal tertolong, karena dia termasuk 4 tim terbaik dari timnas penghuni peringkat ketiga. Sungguh keberuntungan bagi Portugal, bagaimana tim yang dianggap favorit malah sepertinya terlambat panas dan tim yang dianggap untung saja-the lucky team!. pertandingan berat berikutnya pada babak 16 besar adalah Kroasia yang mampu menjadi juara grup pada babak penyisihan setelah melumat Juara Bertahan, Spanyoldengan skor 1 :0. Selanjutnya tim beruntung lainnya di perempat final sudah menunggu yaitu Polandia yang mampu menang "hanya" adu penalty melawan Swiss. Sama seperti cerita sebelumnya dalam waktu normal Portugal gagal meraih kemenangan, dan harus melewati babak extra time dan adu tos-tosan yang akhirnya dimenangkan Portugal dengan skor 5:4. Dan akhirnya pada pertandingan semifinal atau yang ke 6, tim CR7 mampu meladeni Wales dengan skor 2:0 pada waktu normal, dan inilah saat pertama kali  Portugal mampu menang dalam waktu 90 Menit.

Melihat grafik penampilan sepertinya Portugal akan mencapai "peak" nya pada saat final, sementara Perancis punya pekerjaan rumah yaitu harus mempertahankan passion dan semangat "real final" pada babak grand final. Bagi CR7 atau Griezmann, tidak ada kamus cuma juara kedua (atau Runner Up) dengan alasan berbeda mengacu pada pertandingan ini. Bagi sang pelatih Perancis, Didier Deschamps, jelas akan menyamai rekor Vogts sebagai pemain  yang mampu meraih Juara Dunia (1998), dan Juara Eropa (2000)) dan sebagai pelatih Perancis saat ini bila sukses memimpin tim ini. 

Apakah Perancis akan dengan mudah menghancurkan Portugal di final? Apakah Portugal memiliki keberuntungan ala Italia di Piala Dunia Spanyol,tahun 1982, di babak penyisihan hanya mampu meraih 3 hasil draw, tapi di semi final dan final mampu meremukkan Brazil dan Jerman Barat (saat itu), kita tunggu saja. Yang jelas kalau dibandingkan ada beda reputasi antara CR7 dan Paolo Rossi (Pahlawan Italia) yang sempat diskors karena terlibat pengaturan hasil pertandingan,. CR7 cukup bersih memang dan juga salah satu pemain termahal di dunia.  Tapi soal keberuntungan apakah CR7 seberuntung Paolo Rossi .......kita lihat saja. Pesan saya buat CR7, jangan buang microphone ke sungai atau menolak jabat tangan seperti ketika bermain melawan Islandia....kalah menang biasa...seperti tahun ini, Real Madrid harus menjadi runner up La Liga dibawah FC Barcelona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun