Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Built in Product di Acara TV!

29 Desember 2014   13:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:15 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sekarang menjadi lumrah saja menayangkan merek suatu produk (tentu saja dengan bentuk fisik produknya) di dalam body acara televisi. Lihat saja Hitam Putih, Tonight Show, Facebukers dll, produk iklan yang biasanya cuma muncul dalam segmen kuis, superimposed, bumper in/out, opening bumper atau closing bumper, sekarang sudah muncul dalam segmen programnya. Inilah kompromi yang dilakukan kreator televisi untuk bisa menyerap kegalauan para advertiser karena iklan yang mereka produksi tidak "bunyi" alias tidak ada yang nonton saat commercial break ditayangkan.

Sejumlah televisi malah sudah memodifikasi tayangan break iklan dengan memangkasnya tapi menambah durasinya pada konten program. Apakah ini etis atau tidak, saya pikir untuk urusan bisnis ini, KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) tidak menanganinya, karena KPI lebih concern kepada konten-konten negatif seingat saya. Kembali ke masalah promosi produk dalam body program yang seolah-olah jadi biasa saat ini, tidak lain karena mensponsori suatu program televisi itu tidak murah. Sudah tidak murah dan tidak ditonton, iklan-iklan itu dianggap tidak efektif dalam meningkatkan penjualan produknya.

Lantas apakah yang menjadi penyebab hal ini terjadi? Bisa jadi karena "konvensi" (kesepakatan antara televisi dengan penonton) untuk menayangkan iklan pada saat break yang biasanya diawali oleh ucapan host/presenter seperti dengan kata-kata" Kita akan saksikan sajian menarik berikutnya, setelah pesan-pesan yang mau lewat ini. Kalimat atau gaya seperti ini membuat penonton yang sudah makin pintar langsung menzapping remote controlnya untuk menggantinya dengan program lain yang juga menarik pada saat yang bersamaan. Dilihat dari performa rating/share pada saat tayangan iklan di commercial break, grafiknya langsung turun dan ketika akan diangkat lagi pada segmen berikutnya perlu waktu dan banyak yang tidak bisa kembali perform seperti sebelumnya-alias makin anjlog.

Untuk menyiasatinya sejumlah televisi memperpanjang durasi konten program (dengan tambahan info built-in productnya-alias menjadi bagian utama dari konten programnya), mengurangi commercial breaknya (tapi justru durasinya diperpanjang). Mengapa? Rupanya para programmer televisi tahu selera penonton televisi untuk tetap tune-in menyaksikan satu acara/segmen hingga akhir bila "ide" program tv mampu disampaikan dalam durasi yang mencukupi dan tidak memaksakan harus diselesaikan dalam lebih dari satu segmen, baru kemudian segmen commercial breaknya diperpanjang durasinya karena selain tidak ditonton, juga memberikan kesempatan untuk penonton untuk minum/makan, ke toilet, atau ngecek smart phonenya.

Akhirnya acara televisi sebagaimana program entertainment lainnya bisnisnya cuma "perhatian" saja dari penonton. Tanpa banyak perhatian, tidak ada rating dan share yang menarik bagi advertiser yang mau menyisihkan dana promosinya lewat program tersebut. Saat ini penonton menjadi raja untuk menyaksikan program televisi yang ditawarkan televisi, anda suka silahkan menonton, tidak suka silahkan mematikannya. Masalahnya kebanyakan yang menonton televisi ini masyarakat bukan kelas A&B, sehingga kalau sekarang banyak orang mengkritik program televisi yang isinya tidak sesuai dengan anda, bisa jadi pembuatnya memang tidak mendesain programnya untuk penonton kelas A&B. Mau tahu faktanya? Kenapa program kuis yang ditayangkan sekarang jarang yang bobotnya seperti Who Wants To Be Millionaire (WWTBAM), atau Tak Tik Boom? Bisa diduga penonton setia program ini sudah terpenuhi dahaganya dengan tayangan sejenis di Sosial Media dan juga gadget smart phone yang mereka miliki. Jadi buat apa cari ilmu lewat televisi? he he he...ini dugaan saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun