Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Google & Googlization!

2 Januari 2015   05:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:00 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Tahun mulai berganti, dan sulit bagi dunia saat ini hidup tanpa internet. Peristiwa jatuhnya Air Asia tiga hari setelah Hari Natal 2014 menunjukkan tanpa internet kita ada di abad masa lalu. Dan saat ini tanpa bergoogle ria, anda bukanlah pengguna internet yang menggunakan media ini untuk mengembangkan diri anda untuk berkembang kedepan dengan rasa percaya diri tinggi.

Google yang berasal dari kesalahan mengeja angka yang diwakili oleh 10 hingga 100 ini bukan hanya dikenal sebagai mesin pencari saja (search engine) namun juga perusahaan berbasis teknologi. Mengapa? Ternyata istilah “search engine” yang sempat diutarakan oleh Larry Page(salah satu dari dua pendiri Goggle) kepada New York Times pada Juni 2014 harus direvisi mengingat ada keberatan dari Hukum Perlindungan Data dari Uni Eropa (European Union) yang mewajibkan perusahaan-perusahaan seperti Google untuk mencabut perangkat/hal yang menyangkut pencarian data (tanpa izin).

Professor Youngman dari Medill School Universitas NorthWestern, Illinois, AS,  mengutarakan penting untuk memahami Google saat ini karena melihat tingkat pencapaian baik pertumbuhan saat ini serta perluasan pasarnya, Google merupakan perusahaan periklanan paling sukses. Hal ini membuat banyak perusahaan media lain harus menyesuaikan dan bekerja untuk memahami Google agar bisa tetap hidup (survive). Sebagaimana media harus tumbuh, mereka harus memahami apa yang membuat perubahan ini (Google).

Jeff Jarvis (Wartawan/Profesor/Kritikus televisi) bahkan menasehati koran-koran berbasis cetak bila mereka ingin berkompetisi dalam Abad Google, maka mereka harus melakukan outsourcing (menggunakan tenaga dari luar) untuk melakukan proses distribusi, technology dan sedikit pembelian iklan lewat Google. ( Jeff Jarvis’s advice for traditional printed newspapers if they want to compete in the Age of Google, then Newspapers should outsource distribution, technology, and a good bit of ad sales to Google)

Para pelanggan Koran dan berita saat ini telah secara luas terpengaruhi dengan adanya internet menurut ProfessorYoungman dan Ken Auletta (penulis teknologi) dan contohnya terlihat dengan mulai berkurangnya iklan di Koran-koran tradisional dan pendapatan mereka berkurang, hal lainnya karena internet menawarkan banyak pilihan (bagi pengiklan).

Google telah memasuki dan berperan dalam dunia “gaul” saat ini seperti product smartphonenya (android), tablet dan computer notebook, internet browser, situs video terbesar (YouTube) dan juga mesin pencarinya yang populer. Tapi sebenarnya pemasukan utamanya apa ya? Ternyata Search Advertising…iklan yang ada di mesin pencarinya , dan pemasukannya ternyata lebih 90 persen dari pendapatan keseluruhan Google.

Seperti diketahui Google membeli Blogger dari Pyra Labs pada tahun 2003, Android dibeli pada Agustus 2005 “hanya” dengan nilai 50 Juta US Dollar serta YouTube dibeli Oktober 2006 senilai US $ 1.6 Milyar.

Jeff Jarvis dalam salah satu chapternya “WWGD” (What Would Google Do?), perusahaan seperti Google tidak mengubah aturan yang ada namun perusahaan ini beroperasi dengan aturan baru di jaman yang baru. Lantas aturannya harus seperti apa? Katanya perusahaan-perusahaan yang sukses saat ini adalah  membangun network dan platform (A key attribute of networks, Jarvis says, is that they “extract as little value as possible so they can grow as big as possible.”). Hal kedua membuat pelanggan mampu untuk bekerjasama yang menciptakan keuntungan maksimal (Jarvies says this applies to “creating, distributing, marketing and supporting products)

Siva Vaidhyanathan (Profesor dari University Virginia) menulis dalam bukunya The Googlization, salah satu yang menarik dari Google adalah semuanya terlihat punya kekuatan jasa (pencarian) yang tanpa batas dan gratis tanpa kewajiban membayar (walaupun secara implicit ada transaksi itu antara Google dan penggunanya).

Steven Levy (wartawan teknologi dan internet) yang menulis artikel pada sebuah majalah berjudul : How Google’s Algorithm Rules The Web membuat daftar 200 signal kontekstual dimana Google kemudian menggunakannya yang dikenal sebagai proses ranking untuk mendapatkan hasil pencariannya yaitu mencakup Kesegaran/Kebaruan berita (Freshness) dan juga Anchor Text.

Namun dunia internet bukannya tanpa masalah seperti disebutkan oleh Professor Youngman pada tahun 1994 dimana bukan ongkos dan teknologinya yang makin mahal (justru makin murah) namun bagaimana tetap menjaga privacy dan (mengurangi) hyper-realitynya.

Bicara sejarah terbentuknya Google News yang saat ini beritanya mencakup lokal dan internasional dan diakses satu milyar orang dalam 30 bahasa berbeda, berita jatuhnya Air Asia di selat Karimata membuat Indonesia makin terkenal walaupun awalnya notorious (terkenal karena keburukannya-karena korban jiwa ratusan akibat pesawat jatuh), saat ini mungkin sudah famous karena Basarnas dan pemerintahan yang sigap dengan penemuan reruntuhan. Karena hal ini erat  kaitannya dengan dibentuknya Google News karena adanya peristiwa Notorious 9/11 (September 11, 2001)-2 Menara Kembar WTC dan Pentagon di New York diserang Al Qaeda.

(Dari berbagai sumber)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun