Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kreativitas Iklan Kok Mesum?

7 Januari 2015   21:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:36 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="578" caption="change.org"][/caption] Sebuah iklan pada billboard di Bandung yang disponsori perusahaan rokok terkenal harus diturunkan karena selain tidak senonoh juga menyiratkan ajakan “seks bebas”.  Iklan yang tag line nya mula-mula malu-malu…lama lama mau… lalu dengan tambahan visual seorang pemuda memeluk seorang pemudi dengan mesra pada pinggangnya, orang dengan mudah dapat menebak apa dari “maksud ” iklan ini.

Saya pikir pihak agency dan perusahaan periklanan ini dengan puluhan tenaga kreatifnya sudah memikirkan hal-hal ini karena tidak mungkin dari konsep  dan ide kreatifnya mereka-mereka yang terlibat didalamnya “tidak tahu” atau memang “pura-pura tidak tahu”.  Saya juga mengakui sulitnya membuat iklan rokok karena tidak boleh menampilkan orang sedang merokok . Iklan rokok harus tersirat jangan tersurat. Seperti sebagai sponsor utama olahraga baik sepak bola, bulutangkis, bola basket atau berupa CSR (Corporate Social Responsibility) pada program televisi yang mengedepankan upaya perusahaan rokok tersebut dalam mengedepankan unsur sosialnya dalam membantu masyarakat.

Terdengar juga berita ada perusahaan gulung tikar, banyak pekerjanya diPHK, cukai rokok akan dinaikkan, gencarnya ikl an anti rokok dan pelarangan aktivitas merokok di tempat umum , namun sepertinya pemerintah masih maju mundur juga dengan peraturan ini, malah ada survey memperlihatkan banyaknya perokok muda saat ini.  Iklan rokok juga dilarang di televisi dan baru diperkenankan pukul 21:30 keatas, namun kalau sebagai bumper kurang lebih 5-10 detik bisa “muncul” bahkan di pagi hari  , coba lihat iklan rokok yang salah satunya dibintangi Frank Lampard.

Kembali ke profesi periklanan berdasarkan survey di Amerika Serikat, Gallup Pool, 2014 yang memperlihatkan profesi ini ternyata termasuk yang masuk daftar  profesi yang “kurang dipercaya”. Gallup Pool ternyata mengambil riset dan survey ini berdasarkan tingkat “honesty” (kejujuran) dan “ethical standard” (standar etika). Jadi Dalam laporan survey tersebut profesi dengan tingkat kepercayaan tinggi (80 persen) ternyata adalah perawat/bidan , sedangkan yang masuk daftar kurang dipercaya selain para kreator iklan adalah pengacara (lawyer) , anggota kongres (DPR), telemarketer, dan penjual mobil bekas(20 persen terbawah). Stigma ini pastilah tidaklah tanpa proses dari para pengisi survey yang mengamati sepak terjang dari banyak profesi yang ada.

Namun jangan kuatir walaupun profesi ini dianggap tidak dipercaya, bagi Hollywood, profesi di bidang periklanan tetap dianggap glamour, mudah tapi sayang nggak enak belakangnya, pekerjaan yang kurang etis. Waduh!

Sedangkan profesi periklanan di Inggris lebih dihargai daripada di Amerika Serikat, di Brasil profesi ini dihargai dan banyak dari praktisinya menjadi selebritis.  Di Indonesia? Anda nilai sendiri aja….

Reference:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun