Mohon tunggu...
Iwan Permadi
Iwan Permadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

a freelance tv creative

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

3 in 1 & Khofifah!

7 Mei 2015   15:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:17 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14309865901127818490

Acara talk show Three in One tadi malam yang ditayangkan Kompas TV sungguh "clear cut" (jelas).  Secara konten cukup komprenhensif (lengkap) dalam tayangan sepanjang 1 jam yang terbagi dalam 6 segmen ini.  Seperti biasa dibuka oleh musik sebagai pembuka bumper in dan bumper out dengan tiupan trompet oleh seorang musikus terkenal.

Three ini one memang hostnya keroyokan ada Kamidia Radisti, Tara de Thouars, dan Dentamira Kusuma, dari ketiganya yang berpengalaman jadi anchor Denta dan Kamidia. Pada awal penayangan program ini dulu porsi untuk Tara memang terbatas karena mungkin host baru (profesinya Psikolog) dan agak kurang pede ketika bertanya, namun saat ini Tara berkembang dan posisi duduknya sekarang di tengah diantara  Denta dan Kamidia yang lebih tinggi badannya. Kostum Tara juga jadi ciri khas, Tara selalu mengenakan rok yang pendek...sebagai pembeda.

Kehadiran guru SMA dan anak-anak Khofifah yang mengeluarkan uneg-uneg didepannya memang menjadi reality show tanpa diatur yang terasa tidak dibuat-buat ala reality show lain yang sudah dipersiapkan cara menangisnya yang akhirnya bukan buat haru yang nonton tapi malah buat tertawa...

Khofifah Indar Parawansa (suka dipelesetkan orang Pariwisata), memang sosok menarik yang layak ditampilkan sebab tokoh muda ini sejak masih muda sudah fenomenal selain karena wanita ini cerdas dan pemberani juga kritis. Program talk show ini memang menggiring penonton untuk mendapatkan konten si tokoh yang tidak saja secara kasat mata dikenal namun juga keseharian dan latar belakangnya yang membuat tokoh ini menjadi seperti ini.

Cerita Guru SMA Khofifah, Ibu Nur, mengenai bagaimana Khofifah membangun karir sebagai politikus memang menarik karena ini erat kaitannya dengan banyak anak muda pada jaman itu yang harus patuh pada aturan Orde Baru yang anti kritik. Cerita berlanjut ketika Khofifah harus berkonsultasi kuliah dimana karena dia mendapatkan PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan), sebuah fasilitas bagi murid pandai yang masuk universitas tanpa jalur tes, namun ditolaknya karena lokasinya jauh juga universitas dari luar negeri juga ditolaknya. Akhirnya Khofifah melanjutkan ke Universitas Airlangga Surabaya, dan itu hasil konsultasinya dengan sang guru dan juga mempertimbangkan amanah ibunya yang tidak mengijinkan dia sekolah jauh-jauh.

Pergolakan dalam menyikapi "aku mau jadi apa kelak? pada saat itu bagi banyak anak muda pada era 80an tidak bisa dibayangkan dengan kondisi saat ini dimana pilihan pekerjaan dan profesi banyak sekali, sekolah pun bisa on line, saat itu selain informasi tentang pendidikan yang terbatas, juga pilihan profesi juga kabur sehingga menghantui banyak potensi anak muda saat itu. Anda yang pernah menjadi siswa sekolah pada tahun 70 & 80an suka harus mengecek berkali-kali fakultas apa yang cocok dengan masa depan. Untunglah Khofifah muda punya mentor yang bijak, Ibu Nur, guru sekolahnya yang paham betul apa yang diinginkan murid kritisnya ini.

Program Three In One yang hadir tiap Rabu malam di Kompas TV mampu menyampaikan pesan dan kesan bagaimana kinerja ,track-record dan keseharian dari seorang Menteri Sosial yang tugasnya sangat banyak hingga mengungkap latar belakang si Menteri yang juga pernah berkiprah menjadi Menteri Peranan Wanita para era Gus Dur pada era reformasi dulu. Kehadiran dua orang anak Khofifah memberikan gambaran bagaimana ibunya sungguh sibuk sampai lupa menelpon kembali.

Hal yang mungkin "kurang" pada program ini pada tema Khofifah ini adalah stok gambar kalau boleh dibilang file sejarah masa lalu yang menjadi penguat konten program ini. Harusnya dengan menambahkan insert pidato Khofifah mewakili fraksi PPP saat menyampaikan pandangan yang berbeda dengan prestasi orde baru (puji-pujian) dan buah karya Khofihah sendiri tidak ada, juga foto-foto dan mungkin dokumentary soal peristiwa reformasi 1998 yang sekarang aktual terjadi 17 tahun lalu juga tidak ditampilkan. Foto keluarga Khofifah dan almarhum suaminya yang mendukung karir istrinya juga luput ditampilkan.

Tayangan yang inspiratif dan penuh makna seperti ini seharusnya memang sering dibuat dan diproduksi agar masyarakat paham dan tidak membuang waktunya untuk menyaksikan program-program televisi lainnya yang kebanyakan hanya hiburan saja dan miskin informasi...kemasan wah..isi tidak menghargai waktu pemirsa!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun