Pada abad 21 pembelajaran mendesak siswa agar belajar lebih aktif dalam mencari, menciptakan, mengkonstruksi, mencerna, serta memakai pengetahuannya sehingga tercapai pendidikan yang bermakna lewat tata cara 5M (mengamati, menanya, mencoba, merumuskan, serta mengkomunikasikan).
Pembelajaran bermakna merupakan proses pendidikan yang lebih menitikberatkan pada pemahaman serta pemaknaan materi pembelajaran, bukan hanya menghafal kenyataan ataupun data. Dalam proses belajar bermakna, siswa diharapkan sanggup mengasosiasikan konsep-konsep baru dengan pengetahuan yang sudah terdapat sehingga bisa memahaminya secara lebih mendalam dan utuh.
Pembelajaran bermakna menekankan uraian yang lebih dalam, lebih abstrak, sehingga siswa tidak cuma bisa mengingat data, namun bisa pula mempraktikkan apa yang sudah mereka pelajari dalam suasana kehidupan nyata. Pendekatan ini pula menekankan pemecahan permasalahan serta pelaksanaan kemampuan berpikir kritis serta kreatif, sehingga siswa bisa meningkatkan kemampuan buat membongkar permasalahan secara mandiri serta membuat keputusan yang pas.
Pembelajaran bermakna menempatkan siswa selaku pembelajar yang aktif serta berfungsi dalam pembelajaran, menjadikan proses belajar lebih mengasyikkan serta bermakna untuk siswa. Pembelajaran yang bermakna pula bisa tingkatkan motivasi belajar siswa, sebab mereka merasa lebih ikut serta dalam proses pembelajaran serta sanggup mengaitkan materi pembelajaran dengan atensi serta pengalaman pribadinya.
Oleh sebab itu, dalam mengalami tantangan abad ke- 21 yang terus menjadi kompleks, pembelajaran memegang peranan yang sangat berarti dalam tingkatkan sumber daya manusia (SDM). Banyak kemampuan yang wajib dikuasai seorang, misalnya kemampuan berpikir. Terdapat 2 tipe kemampuan berpikir, yaitu: kemampuan berpikir tingkat rendah (LOTS) serta kemampuan berpikir tingkat tinggi ( HOTS).
HOTS ialah salah satu keahlian yang wajib dipunyai di abad 21. Aspek HOTS antara lain merupakan keahlian berpikir kritis siswa, keahlian berpikir kreatif, pemecahan permasalahan, serta penalaran matematis. Dimana HOTS bukan hanya keahlian menghafal, mengenali ataupun mengulang. Indikator yang bisa digunakan buat mengukur HOTS ialah menganalisis, megevaluasi serta mengkreasi.
Timbulnya HOTS pada siswa ditandai dengan: (1) kerjasama yang baik antara guru, siswa serta antar mata pelajaran, (2) rasa ingin mengetahui, temuan serta riset, (3) pembelajaran berpusat pada siswa, (4) kegagalan dilihat selaku peluang belajar, (5) pengakuan usaha, serta (6) pembelajaran konseptual kehidupan nyata. Kelebihan memakai HOTS dalam pembelajaran yaitu data yang diterima akan tersimpan lebih lama di memori dibanding dengan memakai LOTS yang bersumber dari proses hafalan.
Bersumber pada hasil riset internasional semacam Mathematical and Science International Studies (TIMSS) serta Program for International Student Assesment (PISA), dikenal prestasi akademik siswa Indonesia masuk dalam jenis rendah.
Butuh mengadopsi model-model pembelajaran yang bisa tingkatkan HOTS, misalnya pembelajaran berbasis masalah (PBL). PBL ialah model pembelajaran berbasis permasalahan yang bisa meningkatkan keahlian pemecahan permasalahan, penalaran, berpikir kritis serta kreativitas siswa. PBL bisa menggali kemampuan siswa, membangun pendidikan yang bermakna sebab berpusat pada siswa serta guru cuma selaku fasilitator. PBL pula bisa tingkatkan aktivitas pendidikan serta transfer pengetahuan yang diterima siswa buat bisa menguasai permasalahan kehidupan nyata.
Dutch( 1995) berkomentar kalau PBL merupakan model pembelajaran yang mendesak siswa buat belajar dan belajar, bekerja dalam kelompok untuk menciptakan pemecahan dari permasalahan dunia nyata.
Berikutnya, dalam Savery (2018), PBL mempunyai pendekatan yang berpusat pada siswa serta sanggup mendesak siswa agar mempraktikkan pengetahuan yang dipelajari dalam pemecahan permasalahan. Dengan demikian, keahlian berpikir kritis siswa bisa mulai dinaikkan dengan mempraktikkan model pembelajaran ini di dalam kelas.
Langkah awal dalam mengimplementasikan PBL adalah mengorientasi siswa tentang permasalahan tersebut. Pada sesi ini, guru mengkomunikasikan permasalahan yang hendak dipecahkan secara berkelompok. Permasalahan yang diangkat hendaknya permasalahan kontekstual lewat bahan teks ataupun lembar aktivitas sehingga siswa bisa menciptakan perkaranya sendiri.
Langkah kedua, mengorganisir pembelajaran siswa. Pada sesi ini, guru memastikan kalau tiap anggota menguasai dengan jelas tugasnya.
Fase ketiga, pedoman evaluasi individu serta kolektif. Pada sesi ini guru memantau partisipasi siswa dalam mengumpulkan informasi ataupun modul dalam proses inkuiri.
Sesi keempat, penataan serta presentasi karya. Pada sesi ini, guru memantau dialog serta membimbing tiap kelompok buat menulis laporan sehingga hasil kerja siap untuk dipresentasikan.
Langkah kelima, menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan permasalahan. Pada sesi akhir ini, guru membimbing presentasi kelompok serta mendorongnya dengan membagikan penghargaan serta pendapat kepada kelompok lain. Pada sesi ini pula, guru serta siswa menarik kesimpulan berarti.
Sebagaimana model pembelajaran pada biasanya, PBL pula mempunyai kelebihan serta kekurangan. Adapun kelebihan dari PBL adalah: siswa dilatih supaya bisa berpikir kritis serta terampil dalam menuntaskan permasalahan, meningkatnya kegiatan siswa di kelas, siswa terbiasa belajar dari sumber yang relevan, pembelajaran jadi kondusif serta efisien.
Sementara itu, kelemahan dari PBL yaitu: model ini tidak bisa diterapkan pada seluruh pelajaran, memerlukan waktu belajar yang lebih lama, siswa yang tidak terbiasa menganalisis sesuatu permasalahan kerapkali enggan melaksanakannya, serta bila siswa kelas besar, guru akan kesusahan dalam mengerjakannya dan mengkondisikan latihan.
Tidak gampang untuk pendidik dalam merancang skenario pembelajaran berbasis PBL, serta selaku pendidik, spesialnya di bidang matematika, mengganti paradigma yang sepanjang ini menyangka matematika itu susah serta matematika yang kaku serta membosankan wajib diawali serta diterapkan di sekolah. Salah satu pemecahan yang bisa diterapkan buat perihal tersebut adalah pemakaian modul ajar.
Modul ajar merupakan kumpulan program pembelajaran yang disusun dalam wujud standar tertentu guna melayani kebutuhan belajar serta membentuk modul pembelajaran terpadu yang dijabarkan dalam wujud mandiri sehingga siswa bisa menekuni sendiri modul pembelajaran yang sudah disiapkan dengan dorongan terbatas dari pendidik ataupun orang lain. Modul ajar pula ialah unit aktivitas yang sistematis serta dirancang buat menolong peserta didik menggapai tujuan tertentu, antara lain: isi, tata cara, serta evaluasi. Dengan demikian, modul ajar merupakan kumpulan program pendidikan opsi yang bisa dipelajari sendiri oleh siswa dengan sokongan terbatas dari pendidik ataupun orang lain, sehingga siswa bisa mengalami pembelajaran yang bermakna.
Kelebuihan pembelajaran dengan memakai modul, yaitu bisa membagikan umpan balik sehingga siswa mengenali kekurangannya serta lekas melaksanakan revisi, modul mempunyai tujuan pembelajaran yang valid sehingga kegiatan siswa lebih terencana, modul yang didesain menarik, gampang dimengerti serta bisa penuhi kebutuhan siswa dengan metode yang memunculkan semangat belajar siswa yang besar, modul yang fleksibel, sebab siswa bisa mempelajarinya dengan metode yang berbeda serta dengan kecepatan yang berbeda, terjalin kerjasama dengan kompetisi yang minimun antar siswa, serta ada program tutoring.
Di balik kelebihan serta kekurangan PBL serta modul ajar, hendaknya guru mempraktikkan model pembelajaran yang cocok, memakai perlengkapan peraga serta modul yang gampang dimengerti, membuat siswa bergairah buat tingkatkan pendidikan siswa yang bermutu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H