Seolah gelombang kebencian yang terjadi pada Revolusi Perancis, penembakan demi penembakan anggota Polri telah mencuri perhatian media. Berita terkait penembakan polisi berada hampir disetiap liputan khusus media. Pasalnya sejak juli hingga tanggal 13 september 2013 beberapa hari yang lalu, timah panas dari senjata orang tidak dikenal telah membuat 4(empat) anggota polisi menghembuskan nafas terkahirnya.
Tidak hanya dari tubuh Polri, sontak reaksi juga datang dari berbagai kalangan. Berbagai analisa dan spekulasi motif penembakan disampaikan. Dendam dan sakit hati terhadap Polri menjadi analisa motif yang paling populer dari kicauan para pakar. Sebut saja Pakar kriminolog atau anggota Kompolnas Prof. Bambang Widodo Umar dan Adrianus Meliala mengatakan demikian. Lebih ekstrim lagi Gede Pasek Suardiaka (Ketua Komisi III DPR RI) yang mengatakan adanya motif persaingan “side job” antar instansi. Ada juga analisa umum yang mengatakan rentetan penembakan yang dilakukan kelompok terorisme yang sengaja menyampaikan pesan “kami masih ada”.
Siapapun pelakunya, apapun motifnya, yang pasti sang peneror telah berhasil membuat geger Kepolisian Republik ini. Alih-alih memburu pelaku secepat mungkin, Polri justru berdalih kekurangan dana, sehingga dalam bertugas anggotanya tidak dapat dibekali dengan rompi anti peluru. Ironis memang jika melihat para perwira tinggi dan pejabatnya mendapatkan fasilitas mewah, bahkan beberapa diantaranya menjadi “anak asuh” KPK, sementara anggotanya yang bertugas mempertaruhkan nyawa tidak dibekali “instrumen vitalnya”.
Tidak bisa dipungkiri, tanpa disadari Polri terus menggerus kepercayaan masyarakat. Diri sendiri saja masih dihantui teror, bagaimana mungkin memberikan rasa aman kepada masyarakat. Kapolri saja mengakui bahwa ada kelompok yang dendam terhadap Polri. Polri layaknya disegani bukan “didendami”.
Polri perlu instropeksi dan segera berbenah. Jalan terbaik menyelesaikan goncangan martabat yang dihadapi Polri saat ini ialah menemukan pelaku dan motif penembakan. Pasalnya, hingga saat ini, tidak satupun dari pelaku penembakan tertangkap. Hilangkan Arogansi korps dan mulai fokus pada kasus. Tidak menutup kemungkinan Polri mulai menggandeng lembaga tinggi negara lainnya yang memiliki visi yang sama seperti BIN dan TNI. Alangkah besarnya negara ini jika aparat keamanannya selalu bekerjasama, saling menutupi kekurangan dan menyelesaikan permasalahan bersama-sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H