Mohon tunggu...
Wira Manalu
Wira Manalu Mohon Tunggu... -

simple

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepenggal Kisah

8 Desember 2013   11:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:11 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"sejak kapan aku menyukainya?? Kenapa aku merasa begitu sesak ketika dia mengatakan sedang PDKT dengan seseorang?? Kenapa aku bingung??? Kenapa ?? Kenapa ...." ...

Bukan sebuah awal yang indah ketika aku bertemu dengannya. Dia adalah anak seorang yang terbilang penting didaerahku. Ayahnya merupakan orang yg sangat berpengaruh karena memiliki perkebunan yang sangat luas didaerahku. Yahh, seperti yg sering kita lihat kalau orang yang kaya itu sangatlah sombong dan begitu jugalah dia. Sangat sombong, amat sangat sombong bahkan. Dia sangat suka menghina orang lain, berfoya2, sangat tempramen dan tentu saja gila kemewahan. Sehingga ia menjadi sangat tidak disukai disini, di desa kami ini.
Karena hal itulah, aku seorang yang biasa ini tak mau melirik ataupun memandangnya. Karena yang kutahu aku tak sekelas dengannya. Walaupun kami satu sekolah didesa ini, aku selalu mengacuhkannya. Aku tak pernah mau menyapanya, tak mau menyapa ketika berpapasan dengannya, tak mau tersenyum kepadanya, bahkan aku tak suka memandangnya. Tetapi entah bagaimani takdir selalu berkata lain, ketika aku sibuk untuk berusaha mengacuhkannya dia malah selalu berada disekitarku. Ck, aku benci hal ini.
"Rama, kamu satu kelompok dengan Rina. Kalian membahas tentang Tenses, tepatnya Presen Past Tense." Aku shock mendengarnya. Itu adalah titah dari guruku untuk tugas kelompok dikelasku. Ya Tuhan, aku benci iniii.
Dan yang terjadi selama kami mengerjakan tugas ini adalah silent selalu. Tak tahu kenapa aku tak bisa berkata dengan normal dengannya, dan anehnya dia juga sama sepertiku. Padahal yang kutahu dia sangat banyak bicara dan angkuh bila didepan temannya. Aku jadi bingung sendiri.
Hari kedua kami masih begitu. Hari ketiga kami mulai bisa berbicara dan aku sangat benci hal ini, karna ketika berbicara denganku dia sangat lain. Dia terlihat anggun dan (menghela nafas) baik. Dan hari berikutnya kami sudah bisa berteman akrab. Oh God, bagaimana mungkin ini bsa terjadi.
Sejak tugas kelompok itu kami semakin dekat dan entah bagaimana perasaan yang tak mau dulu menjadi mau. Aku menjadi sangat candu akan tawanya, suaranya dan senyumnya. Sungguh gila aku ini.
Tapi, itu ternyata hanya sebuah topeng saja. Ketika aku tahu bahwa itu hanya sebuah permainan saja. Dia tak tulus, itu hanya untuk bermain2 saja. Dan bodohnya aku bsa luluh dengan itu smw. Bodoh!! Dan semakin bodoh ketika dia bilang maaf aku memaafkannya. Dan bisa dengan mudah menerima semua penjelasannya yang tak masuk akal.
"sejak kapan aku menyukainya?? Kenapa aku merasa begitu sesak ketika di mengatakan sedang PDKT dengan seseorang?? Kenapa aku bingung??? Kenapa ?? Kenapa ...." pertanyaan ini berkecamuk dengan begitu hebatnya di fikiranku, dan membuat aku bingung. Karena tiba2 saja aku bisa menyukai wanita seperti dia. Gila memang, tapi itulah yang terjadi.
"Aku cinta Kamu Rin"
Kata itu meluncur begitu saja ketika aku dan dia sedang makan di kantin, dan sialnya aku mengatakannya agak terlalu keras sehingga semua orang dikantin menyorakiku. Malunya aku.
"Aku juga cinta sama kamu Ram"
Aku kaget dan teriakan dikantinpun semakin menggema.
"ciiiiiieeeeeee" adalah kata terbanyak yang kudengar, tetapi ada lagi yang sangat aku dengar, yaitu gendang hatiku yang bertabuh sangat kencang.
Yah, kisah yang klasik memang tetapi sangat indah bagiku. Aku yang biasa bisa bersamanya. Aku sangat bersyukur akannya. sejak saat itu kami berpacaran.
Dan sekarang kami sudah memiliki 2 anak yang menjadi buah cinta kami. Yah, jalan cinta siapa yang tahu bukan? Hanya Tuhanlah yang tahu. Jadi,Terimakasih Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun