Mohon tunggu...
febi liana
febi liana Mohon Tunggu... -

Tiada hari tanpa membaca dan menulis ..

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Bebek Betutu Ubud Pak Mangku

2 September 2014   20:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:48 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14096407141719266834

Seperti biasanya, Ubud selalu menjadi pesinggahan terakhir jika berlibur ke Bali. Begitu juga pada liburan terakhir kami ke Bali beberapa waktu yang lalu. Setelahlelah menyelam di Amed, mendaki gunung Batur, Trekking di desa Munduk, rasanya sangatpantas jika kami menghadiahi tubuh dan raga ini dengan ketenangan dan ke Eksotis an Ubud.

Kali ini, selama di Ubud kami menginap disebuah villa yang letak nya di tengah-tengah hamparan sawah. Bahkan, untuk sampai di vila ini kami harus berjalan kaki terlebih dahulu menyusuri jalan setepak di tengah sawah yang terbuat dari conblock, baru sampai di villa yang dituju. Selepas mata memandang hanya terlihat hamparan padi menghijau. Jika malam hari, suasana begitu tenang, hanya terdengar suara gemericik air dari kolam di depan kamar dan nyanyian binatang malam sesekali turut mengiringi.

Akan tetapi Ketenangan malam itu akan terusik oleh suara ramai dari kepak sayap dan bunyi kwek-kwek yang keras dari sekelompok bebek yang sedang berebut cacing dan bermain daun enceng gondok di keesokan pagi nya. Menurut saya, menonton iringan bebek-bebek ini menyusuri pematang sawah dengan goyangan jambul mereka dari teras kamar merupakan suasanayang paling puitis dari Bali.

Berbicara mengenai Bebek di Bali rasanya tidak lengkap jika saya tidak menyambungkan nya dengan Kuliner Khas Bali yang sangat terkenal, yaitu Bebek Betutu. Untuk di Bali sendiri, masakan bebek atau ayam betutu ini terdapat beberapa versi, akan tetapi saya hanya tau betutu versi Gianyar dan versiUbud. Betutu versi Gianyar tampil berkuah karena memang proses memasak nya yang di kukus dengan banyak cabai rawit, sedangkan betutu khas Ubud, tampak kering terbungkus dalam daun atau pelepah, proses pembuatan nya tidak dikukus akan tetapi diasap, oleh sebab itu betutu khas Ubud ini juga dikenal dengan sebutan bebek asap.

Mumpung lagi di Ubud, kami memesan bebek betutuyang terkenal dari Banjar Penestanan Kaja, Ubud, buatan Mangku Gunung Lebah. Untuk dapat mencoba bebek betutu buatan Pak Mangku ini, kita harus pesan dua hari sebelum nya dan kita harus menjemput nya sendiri dir umah nya, karena memang Pak Mangku tidak mempunyai warung atau restoran. Bahkan, plang nama nya saja tidak ada di depan rumah, informasi akan bebek betutu Pak Mangku biasanya beredar dari mulut ke mulut penduduk sekitar yang akhirnya berkembang luas.

waktu diberi tahu kalau bebek betutu ini harus di order dulu dua hari sebelum nya, maka hal pertama yang saya lakukan ketika baru turun dari Gunung Baturadalah menelpon Pak Mangku untuk order. Saya sudah membayangkan, makan siang pertama kami di Ubud adalah dengan menyantap bebek betutu.

Sesuai dengan rencana yang sudah saya atur, hari pertama di Ubud dari pagi saya sudah telpon-telponan dengan Pak Mangku untuk janjian menjemput bebek betutu. Saya berjanji jam 11 siang akan menjemput nya, sebenar nya saya sangat ingin bertemu dengan Pak Mangku untuk ngobrol tentang Bebek Betutu ini, tapi sayang Pak Mangku tidak bisa menunggu saya, karena beliau harus segera datang ke istana dalam Ubud untuk membantu memasak di acara pernikahan agung keluarga kerjaan Ubud. Akhirnya jam 11 lewat saya baru sampai dir umah Pak Mangku , agak sedikit bingung mencari rumah yang semua tampak sama dengan pura di depan rumah di perkampungan Bali, untung nya Pak Mangku cukup terkenal di banjar ini, jadi sekali bertanya kami langsung dapat petunjuk.

Rumah khas Bali ini tampak sepi, hanya ada istri Pak Mangku yang sudah menunggu kami. Ibu Mangku menyambut kami dengan ramah khas masyarakat Bali. Kami diajak duduk di teras sambil ngobrol. Ibu Mangku cerita kalau usaha bebek Betutu ini sudah ada sejak tahun 60 an, berawal dari kakak nya Pak Mangku yang memulai usaha ini, setelah Kakak nya meninggal, baru Pak Mangku yang meneruskan.

Mari kita simak penuturan Ibu Mangku dalam mengolah Bebek Betutu, pertama-tama daging bebek dilumuri terasi, garam dan asam untuk membuat empuk daging bebek. Baru setelah itu diisi dengan bumbu halus, minyak kelapa, air dan rempah pengharum, lalu bebek yang sudah terbalut bumbu tersebut dibungkus pelepah daun pinang. Lalu bebek tersebut diletakan di dalam wadah logam dan ditimbum dengan banyak sekam dan sabut kelapa yang nantinya akan dibakar. Delapan jam kemudian bebek itu akan matang dengan kelembutan daging yang sempurna.

Agar menjaga rasa, Pak Mangku menyiapkan semua bahan-bahan yang segar dan menumbuk semua nya dengan menggunakan tumbukan batu yang masih traditional, bahan-bahan tersebut bukan digiling. Rasa nya berbeda antara bumbu yang digiling dan yang ditumbuk kata itu Mangku. Bahan penting lain nya yang membuat bebek betutu ini terasa wangi adalah penggunaan minyak kelapa. Minyak kelapa juga dipilih yang masih segar.

Mendengar semua penjelasan Ibu Mangku tersebut, tidak heran jika usaha pembuatan Bebek Betutu Pak Mangku terus berkembang, kelezatan rasa bebek betutu nya dari tahun ke tahun tetap terjaga kualitas rasa nya. Karena semua bahan-bahan yang digunakan dipilih yang kesegaran nya terjamin, belum lagi proses memasak nya yang menurut saya tidak lah mudah, butuh integritas dan kecintaan yang tinggi akan cita rasa asli dari sebuah masakan. Dan menurut saya, Pak Mangku sudah membuktikan nya.

Setelah puas ngobrol dengan ibu Mangku, kami pamit dengan membawa pulang bebek yang kami pesan. Pertanyaan berikut nya adalah, dimana kami akan menikmati se ekor bebek betutu ini? Makan di villa mungkin saja karena memang disediakan dapur dan peralatan makan, tapi bagaimana dengan nasi dan sayur mayur nya ? untuk membeli nasi putih dan sayur saja di café-café fancy di Ubud rasanya gak mungkin. Untung nya, penjaga Villa tempat kami menginap memberi petunjuk dimakan kami dapat membeli nasi dan sayuran di sebuah warung makan sederhana tidak jauh dari perkampungan dekat Villa. Akhirnya kami mengikuti saran Bapak penjaga Villa yang sampai saat ini masih saya sukuri, karena selama dua hari kami di Ubud, setiap hari kami menyambangi rumah makan ini, selaintempat nya asyik makanan nya juga enak. Cerita lengkap nya tentang rumah makan ini menyusul ya.

Singkat cerita, siang itu pun kami dapat menikmati makan siang kami dengan sempurna. Bebek betutu Pak Rapin, nasi hangat, pelecing kankung , lawar batang pisang dan lengkap dengan sambal Matah. Bebek betutu terasa lembut dengan bumbu yang meresap sempurna, aroma asap dari proses pembakaran tipis terasa, wangi minyak kelapa segar secara tersamar keluar disetiap suapan, sempurna.

Penulis :

Febi

Twitter : @ioflife

Blog : http://ioflife.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun