Kini dikenal apa yang dinamakan “war drone”. Cukup dengan memonitor suatu area asing dengan detail lewat kamera tajam udara yang dikerjakan dengan cermat oleh sebuah “spying drone”. Lalu menyiapkan rudal-rudal dari pangkalan-pangkalan mesin-mesin perang yang ditempatkan jarak jauh di darat, di laut dan di udara, yang diarahkan ke kawasan-kawasan yang sudah dibuat petanya dengan sangat rinci lewat pemindaian dan pemotretan.
Kegiatan pengintaian dan pemetaan ini, yang dilanjutkan dengan penyerangan, melibatkan dan menggunakan drone-drone canggih yang dapat berfungsi juga sebagai “war drones” atau “killer drones” ketika sebuah drone dirancang untuk dapat juga membawa sendiri rudal yang akan diluncurkan dan bergerak otomatis seolah cerdas ke arah target rudal yang posisinya sudah dikunci dengan cermat.
Biaya proxy war lewat politik adudomba rakyat asing yang besar jumlahnya bisa ditekan dengan pengerahan teknologi “killer drone”, drone pembunuh, kalau betul pihak-pihak asing itu mau mengobarkan perang untuk menjajah dan merebut sumber-sumber daya alam tanpa pengerahan pasukan manusia.
Para pakar hukum internasional di dalam PBB misalnya tentu saja sudah paham betul bahwa proxy war dan dalang-dalangnya yang bertindak di bawah selimut SAMA JAHATNYA dengan kolonialisme yang diawali dengan serangan langsung oleh pasukan darat, laut dan udara pihak asing dalam perang fisik terbuka terang-benderang. Keduanya juga dapat SAMA JAHATNYA dengan perang yang mengerahkan “spying and killing drones”. Tentu membuktikan sebuah atau lebih negara sebagai aktor-aktor utama sebuah proxy war lebih sulit dibandingkan membuktikan aktor-aktor perang tradisional atau perang lewat “spying and killing drones”. Tetapi bukan tidak bisa dibuktikan dan dibongkar.
Terkait negeri kita NKRI, sekarang ini ada pihak-pihak, yang mungkin karena memiliki penciuman dan indra kesebelas yang sangat tajam, yang sedang berteriak-teriak bahwa negeri Nusantara ini sedang menjadi ajang proxy war.
Mereka menunjuk segala macam indikasi, kejadian, dan tanda dan simbol yang dengan subjektif bahkan dicari-cari dipersepsi mereka sebagai bukti Indonesia sedang dalam proxy war. Tapi faktanya mereka ini juga yang terus memperkeruh air kehidupan kebangsaan dan kenegaraan NKRI yang sebenarnya jernih dan sedang mengaliri dan menyuburkan lahan-lahan sawah dan ladang kehidupan dan pertumbuhan NKRI di banyak bidang.
Jadi, hemat saya, tidak ada faedahnya menudingkan telunjuk kita ke negara-negara lain yang dicurigai sedang menggelar proxy war, sementara bangsa kita sendiri tidak mempunyai empat hal yang sudah disebut di atas: nasionalisme, cinta tanah air, bela negara, cinta pemerintah yang sah dan mengabdi untuk rakyat alias pemerintah yang amanah.
Lebih perlu, semua pihak yang sedang berkoar-koar itu memeriksa diri, berintrospeksi, bahwa mungkin saja mereka sendirilah pihak-pihak ketiga itu yang sedang mengobarkan proxy war di NKRI.
Akhirulkalam, perkuatlah empat hal yang saya sudah tulis lebih dari satu kali di atas jika kita tidak menginginkan NKRI menjadi ajang proxy war apapun dan oleh siapapun. Jadilah bangsa yang bermarwah dan solid demi masa depan negeri sendiri dan dunia yang lebih luas.
Jakarta, 20 Januari 2017
Salam,