Mohon tunggu...
ioanes rakhmat
ioanes rakhmat Mohon Tunggu... Penulis - Science and culture observer

Our thoughts are fallible. We therefore should go on thinking from various perspectives. We will never arrive at final definitive truths. All truths are alive, and therefore give life, strength and joy for all.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Somafobia dan Logical Fallacy Terkait Pon 2016

19 September 2016   23:07 Diperbarui: 20 September 2016   09:19 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Di sebuah TV, citra tubuh-tubuh perenang perempuan dalam PON 2016 di-blur atau dibuat buram pada bagian-bagian yang kalangan tertentu namakan aurat. Lihat foto terlampir. Apakah aurat itu? Indah atau buruk? Jahat atau baik? Alamiah atau buatan? Atau keduanya?

Sumber image http://m.solopos.com
Sumber image http://m.solopos.com
Ada tiga hal yang saya ajak anda untuk kita renungkan bersama-sama dalam-dalam saat ini dan seterusnya, supaya pikiran rerumputan, semut, unggas dan serangga, apalagi pikiran kita sebagai manusia, terbuka lebar dan jauh.

1. Itu dinamakan SOMAFOBIA: Kebencian atau penolakan atau rasa takut berlebihan pada tubuh. Semua fobia yang tidak logis, ekstrim, dan tak punya dasar ilmiah, digolongkan patologi, seperti halnya Islamofobia yang salah sasaran dan xenofobia yang bisa lahirkan genosida.

2. LOGICAL FALLACY: Tubuh perempuan harus ditutup rapat seluruhnya supaya perkosaan oleh pria tidak terjadi, atau supaya syahwat pria tidak menggelegak bak lahar panas yang memacu mereka untuk memperkosa perempuan.

3. LOGICAL ACCURACY: Yang salah bukan tubuh perempuan (berpakaian ketat, berbikini atau nudis), tapi pikiran pria yang kotor karena tidak terdidik dengan benar atau karena syahwat pria yang tidak didisiplinkan atau tidak dikendalikan sehingga menjadi bak kuda-kuda liar. Tabrak sana-sini. Mendengus keras.

Janganlah “buruk muka cermin dibelah!”

Bersikap wajar-wajar sajalah dengan para atlit renang perempuan Indonesia yang memang waktu berlomba renang ya tidak menggunakan pakaian-pakaian renang gombrong yang melembung berisi air, tetapi pakaian renang yang seketat mungkin, minim tetapi tetap sopan dan bermartabat. 

Jakarta, 19-9-2016

Sang Sunyi

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun