Niscaya orang yang jujur dan berakal sehat akan pasti menduga, PDIP kini ibarat seekor banteng yang sedang panik ketika berhadapan dengan hanya satu sosok banteng lain yang bernama Ahok. Seekor banteng yang panik, anda tahu sendiri bagaimana sepakterjangnya, seruduk sana-sini.
Golkar juga sama sekali tak sempurna, sebuah partai yang sudah melahirkan sejumlah partai pecahan. Kita juga tahu siapa sosok SN itu yang kini menjadi Ketum partai yang berlogo pohon beringin ini.
Kita juga sudah tahu bahwa UU Pilkada yang baru disahkan DPR (dengan persiapan yang sangat cepat!) membangun dinding penjegal yang berlapis-lapis yang akan sangat menyulitkan dan membentur Ahok jika dia maju lewat jalur independen. Kita musti realistik!
Politikus ZZZ di DPR tersenyum sangat lebar karena yakin Ahok akan terjegal oleh UU Pilkada baru itu. Kini si ZZZ itu, bisa diduga, ketar-ketir karena Ahok kini juga memenuhi syarat untuk maju ke Pilkada 2017 lewat dukungan tiga parpol tanpa parpol banteng merah dan tentu saja tanpa parpol sang politikus ZZZ ini juga.
Sosok ZZZ dkk mungkin sekali sedang cari-cari jalan lain lagi untuk Ahok tak bisa maju lewat jalur parpol sekalipun. Caranya? Ya kita lihat dan tunggu saja. Mungkin akan dimunculkan kasus-kasus khayalan baru bahwa Ahok itu koruptor kelas kakap yang harus dibui. Siapa yang akan memunculkan, saya tidak tahu. Saya bukan ahli nujum soalnya.
Nah, satu hal yang sangat penting adalah ini: kita harus bantu Ahok agar dia tidak tersandera parpol-parpol pendukungnya kalau nanti dia jadi gubernur DKI periode kedua lewat jalur parpol. Kita sudah tahu watak Ahok. Dia tipe insan pendobrak. Bukan seorang pemanut buta. Terali-terali besi “kandang” parpol tak akan bisa mengurungnya, kapanpun juga. Termasuk terali besi kandang Teman Ahok.
Atau, saya melihat masih ada suatu kemungkinan lagi bahwa Ahok akan akhirnya menyanderakan dirinya sendiri entah ke TA atau ke parpol-parpol tertentu karena sikon-sikon khusus yang sedang dan akan dihadapinya. Sekuat-kuatnya A Lone Kungfu Guy semacam Ahok, titik-titik lemah tentu masih ada pada dirinya sebagai seorang insan yang terbatas.
Karena itu, kita semua harus bantu Ahok agar dia tetap tegar, tetap bermarwah, dan nanti bisa mengubah parpol-parpol di NKRI menjadi parpol-parpol modern yang dewasa dan matang. Jangan sekali-kali terjadi kebalikannya: parpol-parpol berhasil menjinakkan Ahok, mengandanginya lalu mengendalikannya. Peran kita semua akan sangat menentukan ke arah mana DKI kelak akan bergerak, dus juga NKRI, dan bagaimana parpol-parpol akan berubah lewat Ahok yang kita terus dukung.
Kita semua ingat, Jokowi semula dulu dilihat orang tersandera oleh PDIP atau oleh Ketum PDIP Mama Megawati yang menyebut sang Presiden NKRI ini sebagai “petugas partai”. Tapi kini kita sedang lihat, Pak Jokowi makin leluasa memperlihatkan diri sebagai sosok Presiden yang merdeka dan tunduk hanya pada konstitusi NKRI dan mempertahankan dengan teguh pilar-pilar NKRI lainnya.
Dalam dunia politik, orang jauh lebih sering diperhadapkan pada suatu kondisi untuk memilih bukan dari semua hal yang baik, tetapi memilih yang “paling kurang buruk” dari hal-hal lainnya yang semuanya buruk. Inilah pengambilan sebuah keputusan moral yang dinamakan “necessary evil”, “buruk, tapi apa boleh buat!” Dalam kondisi kita sekarang ini, mari kita bersama melakukannya, dengan mendukung Ahok terus sekalipun dia maju lewat jalur parpol ke Pilkada 2017, lalu ke depannya kita ubah semuanya secara bertahap untuk menjadi makin baik dengan bergotongroyong.
Membenci dan mencaci Ahok karena mungkin sekali dia akan memilih jalur parpol untuk Pilkada 2017 tidak menyelesaikan persoalan bangsa. Ahok itu bukan seorang politikus karbitan; juga bukan seorang yang memakai jalur politik untuk memuaskan nafsu ketamakan manusia. Persoalan persepsi personal kita terhadap Ahok bukan persoalan bangsa dan NKRI.