Mohon tunggu...
Rio Febriansyah
Rio Febriansyah Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang yang merasa bodoh tapi sedikit menghibur. Tidak cerdas, tidak tampan juga, apalagi berwibawa. Tetapi jujur, dan sering bangga dengan kebodohannya. Sekarang sedang senang menulis, cek http://ioaddakhil.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah di Bumi Siliwangi (Bagian Pertama)

6 Februari 2014   12:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:06 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laki-laki itu berdiri di depan pintu gerbang rumahnya, dengan merapihkan jaket tebalnya ia memanaskan motor yang selalu menemaninya kemanapun ia pergi. Thermometer menunjukan 18 derajat celcius suhu kota Bandung. Hatinya berdebar, hari ini adalah hari pertama ospek di kampusnya. Untung saja waktu ospek bertepatan dengan bulan suci Ramadhan, sehingga kesannya tidak terlalu menyeramkan seperti ospek-ospek biasanya. Lagipula ia masuk di Universitas yang tidak mempunyai sejarah menyelenggarkan kegiatan ospek yang disertai kekerasan yang dilakukan oleh senior kepada juniornya.

Setelah makan sahur ia langsung berpamitan kepada kedua orang tuanya, jam dinding menunjukkan pukul 4 pagi. Memang terlalu pagi untuk berpergian. Jarak dari rumah ke kampusnya sekitar 20 kilometer, cukup jauh memang. Itu salah satu alasannya untuk pergi nyubuh ke kampus, alasan lain ia harus datang duluan dibandingkan dengan mahasiswa baru lainnya. Ada yang harus ia siapkan bersama beberapa teman barunya.

Kampus masih terlihat sepi. Untung saja gerbang pintu masuk sudah dibuka. Ia disambut oleh petugas keamanan yang memberikan kartu parkir, sayup-sayup terdengar alunan ayat suci Al-Qur’an dari pengeras suara mesjid di kampusnya. Konon katanya mesjid tersebut adalah salah satu mesjid terbesar yang ada di lingkungan kampus-kampus di Indonesia. Setelah memarkirkan motornya, ia disambut sinar matahari pagi. Udara masih cukup dingin, wajar kampusnya berada di daratan tinggi Bandung. Di kampus inilah akan dibuat banyak kenangan. Pengalaman hidup, perjuangan juga persahabatan, percintaan, bahkan kehilangan.

Disamping hatinya berdebar karena tidak sabar untuk berinteraksi dengan lingkungan dan teman-teman barunya, sebenarnya ia juga merasa sangat sedih. Banyak kejadian-kejadian menyenangkan ketika di SMA yang takkan ia ulangi kembali. Bermain bola basket bersama teman-temannya yang selalu bersama dari SMP mungkin bukan lagi kegiatan rutin yang akan terus dijalani, walaupun dimasa mendatang mereka akan kembali berkumpul untuk bermain bola basket bersama-sama. Bermain bola basket dilakukan bukan sekedar hanya untuk hobby saja, tetapi sudah menjadi sarana teman-teman untuk berprestasi. Bahkan diantara teman bermain bersama atau lawan bertandingnya dulu saat ini sudah bermain di National Basketball League. Di SMA pun ia sempat merasakan menjadi Ketua OSIS yang merupakan jabatan yang cukup prestisus bagi seorang siswa, tidak lupa di SMA pula ia mungkin merasakan cinta monyetnya.

***

Kampus ini cukup luas, bahkan masih terdapat banyak lahan-lahan kosong. Menurut dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang dulunya menyelesaikan sarjananya di kampus ini mengatakan suasana dan iklim ketika beliau masih berkuliah jauh lebih sejuk dan lebih asri dibandingkan dengan saat ini. Bahkan katanya di siang haripun banyak mahasiswa yang masih menggunakan jaket untuk menghangatkan dirinya. Gedung-gedung di kampus ini cukup megah, tapi anehnya ia tidak menemukan gedung Fakultas dimana nantinya ia sehari-hari akan melaksanakan kegiatan perkuliahan. Setelah bertanya-tanya ternyata Fakultas tempat ia berkuliah merupakan Fakultas baru, dimana usianya baru satu tahun. Jadi perkuliahan nantinya masih akan menumpang ke gedung-gedung lain sampai akhirnya Fakultas akan memiliki gedung sendiri.

Hari-hari awal kegiatan perkuliahan di isi dengan kegiatan perkenalan dengan teman-teman baru dan para dosen. Ini lingkungan dan suasana baru, itu yang ia rasakan bersama teman-teman lainnya. Teman-temannya berasal dari tempat dan latar belakang yang berbeda, ada yang merasa bahagia bisa masuk ke jurusan tempat berkuliahnya sekarang dan ada juga yang merasa sebaliknya.

Gedung FPIPS lantai 5 ruang V.15 adalah ruangan belajar pertama orang-orang yang baru saja meninggalkan status siswanya menjadi seorang mahasiswa. Dia sendiri pada awalnya merasa asing dengan suasana baru di dunia perkuliahan, ditambah tidak seperti SMP atau SMA dimana kita mempunyai teman yang sudah dikenal dekat dalam proses adaptasi di lingkungan pendidikan yang baru. Sebenarnya pada saat itu ada teman SMA-nya juga yang masuk di jurusan yang sama, tetapi sayangnya tidak ditakdirkan untuk mendapatkan kelas yang sama. Teman pertamanya adalah seorang wanita berjilbab yang sepertinya cukup cerdas, karena ia tau temannya itu masuk ke Universitas lewat jalur PMDK. Dia ditakdirkan bertemunya karena mereka ditunjuk sebagai perwakilan Fakultasnya untuk menjadi Pasukan Pengucap Janji Mahasiswa Baru. Namanya hanya terdiri dari satu kata saja, tetapi terkesan sangat islami.

Dalam dinginnya suasana pagi Bandung, laki-laki dan teman barunya tersebut bergabung dengan mahasiwa perwakilan dari Fakultas lain melakukan persiapan terakhir untuk upacara pembukaan Kuliah Umum dan Bimbingan Akademik mahasiswa baru. Mereka sudah bersama-sama selama beberapa minggu untuk menghadapi acara tersebut, mereka di bimbing oleh kakak tingkat dari Korps Protokoler Mahasiswa untuk berlatih. Sangat menyenangkan walau dalam suasana bulan Ramadhan kita berlatih baris berbaris. Waktu upacarapun tiba, kami memakai pakaian yang sama yaitu kemeja putih dan celana bahan berwarna hitam tidak lupa memakai sepatu pantofel berwarna hitam. Para wanita memakai jilbab berwarna hitam dan sedangkan untuk para laki-laki mereka mencukur cepak rambutnya seperti tentara. Mereka adalah pasukan pengucap janji mahasiswa baru yang akan mengucapkan janjinya di depan Rektor dan para Guru Besar. Ini adalah prestasi yang laki-laki itu raih di awal cerita perkuliahannya, ia berharap ini adalah prestasi awal untuk mendapatkan prestasi-prestasi besar lainnya di masa depan.
Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun