Mohon tunggu...
I Nyoman Cahyadi Wijaya
I Nyoman Cahyadi Wijaya Mohon Tunggu... Konsultan - Forum Penulis dan Penerbit Indonesia

Penulis saat ini berprofesi sebagai dosen praktisi dan konsultan makanan dan minuman yang berfokus pada UMKM, Hotel, Villa, Restaurant dan Cafe. Topik-topik bahasan penulis pada platform ini seputar pariwisata, ulasan dan opini seputar film, gastronomi/kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Komersialisasi Seni dan Budaya dalam Pariwisata

23 Agustus 2021   14:53 Diperbarui: 23 Agustus 2021   15:09 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Flew our the window

We traded our customs

Foe sunglasses and pop

We turned sacred ceremonies

Into ten-cents peep shows

Pada forum yang sama, Imelda macros telah menyampaikan kekhawatiranna dengan mengatakan bahwa para kritisi social mengecam keramah-tamaha bangsa pilipina sebagai hal yang merugikan bangsa pilipina sendiri. Imelda macros kembali menegasakn bahwa: kami diperingatkan oleh mereka, bahwa keramah tamahan kami dapat disalahgunakan dan sikap bersahabat kami akan di jadikan untuk menghancurkan kami sendiri. 

Kami dinashekati agar bangsa kami lebih bersifat "impersonal", lebih efisien dan bertindak sebagai pengusaha yang ketat, watak manila sebagai kota metropolitan tidak akan berubah menjadi efisien tanpa hati, nyaman tapi kesepian, kosmopolian tapi dingin." 

kritik Imelda berlajut kepada hal-hal yang lebih dalam seperti jangan sampai pariwisata hanya sekedar media pemenuhan kebutuahn fisik dan hal-hal baru, penyesuaian diri dengan suatu iklim yang asing dan kenikmatan manusiawi, tetapi alangkah baiknya pariwisata tetap sebagai cara kita berpetuagan dalam menemuka khazanah seni dan budaya yang luput dari mata kita, 

pelaku pariwisata sudah harus memikirkan pariwisata sebagai tata sosial, konservasi kekayaan alam dan keseimbangan ekologis alam, jangan sampai terjebak pada modernisasi dan homogenitas yang menghilangkan ciri khas dari suatu kota, dua hal tersebut akan menghancurkan ciri fisik kota dan jaringan social masyarakat yang bersifat tradisional, jangan sampai ini menjadi momentum penjajahan di era modern yang berkedok wisata, 

kita sudah lihat pada dewasa sekarang kualitas turis yang datang khususnya Bali merosot tajam sejak di berlakukannya mass tourism yang lebih menyasar kuantitas turis daripada kualitas turis yang datang berkunjung.

Demikianlah, tanpa disadari kegiatan kepariwisataan telah menimbulkan efek negative dan bila tidak segera di benahkan, kekhawatiran yang di sampaikan pada tulisan ini akan menjadi kenyataa dan dapat membahayakan kehidupan sosial. Setiap keuntungan selalu dihantui oleh resiko dan tidak terkecuali dengan pariwisata, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun