Mengapa Konsumsi makanan Manis, tidak selalu aman?Â
Dimana ada gula disana ada semut, kini memiliki makna " dimana ada gula yang banyak disana akan timbul penyakit. Mengapa demikian ?  Rasa manis pada  minuman maupun makanan, menjadi salah satu pembangkit selera, selera kalau diingini akan  membawa awan gelap bagi Kesehatan manusia. Â
Kelebihan mengkonsumsi yang manis- manis, ditengarai dapat memberikan  efek sebagai pemicu munculnya berbagai penyakit obsesitas, jantung, diabetes, dan penurunan imun tubuh. Oleh karena itu, tidak sedikit yang berpesan Ketika sudah berumur, kurangi makan -makanan yang mengandung gula. Kalau tidak anda dibuat susah karenanya
Salah seorang teman. Ketika dia mampir ke rumah, saya selalu menyodorkan kopi, namun dia  pasti berpesan jangan diisi gula. Ya... saya senang kopi pahit. Kopi manis tidak enak di lidah saya. Tidak hanya pada kopi, kue-kue tradisional yang disajikan, kerap dia tak mau diisi gula. Namun tak semua orang memiliki selera yang unik seperti teman say aitu, yang lain... lebih suka dengan yang manis-manis. Walaupun kerap bayangan gelap "penyakit "  kerap hadir tanpa diundang.
Untuk hidangan kopi di Bali biasanya dominan ditambahkan gula pasrir (kristal), namun ada juga dengan penambahan gula ental /lontar gula semut, kalau untuk kue jajanan Bali,  dominan menggunakan gula merah, gula yang berasal dari nira. Di bali ada beberapa gula merah yang terkenal, di Bali utara ada 'Gula merah pedawa Buleleng Yang berasal dari Desa pedawa, Buleleng) ., sedang di Bali selatan ada "Gula dawan (dari desa dawan ), di  kabupaten Klungkung. Harga  jenis  kedua gula tersebut bisa dua kali lipat dari gula bisa. Ketika gula pasair mudah didapat dengan harga yang relative lebih mura , maka penggunaan gula aren atau gula merah itu, sepertinya tersisih.  Oleh karena itu, gula menjadi penarik  untuk mendapat perhatian masyarakat.
Gula sangat enak dan bermanfaat, baik dalam rasa maupun nutrisinya. Konsumsi gula yang berlebihan, bagaimanapun, dapat memicu adaptasi saraf dalam sistem perilaku makan dari kebutuhan kalori yang  menyebabkan makan berlebihan kompulsif.
Asupan gula yang berlebihan pada gilirannya terkait dengan kondisi kesehatan yang merugikan, termasuk obesitas, sindrom metabolik, dan penyakit inflamasi. Kajian yang menarik adalah  untuk menggunakan bukti terbaru dalam  menghubungkan dampak gula pada tubuh, otak, dan perilaku untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa konsumsi gula telah terlibat dalam perilaku adiktif dan hasil kesehatan yang buruk.
GULA ADALAH KARBOHIDRAT
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditas perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.
Gula, termasuk dari kelompok karohidrat, dalam makanan makanan terutama  berupa : heksosa, termasuk glukosa, fruktosa, sukrosa dan Sirup Jagung Fruktosa Tinggi (HFCS). Gula ini terutama diserap dalam usus sebagai fruktosa dan glukosa. Metabolisme ini disebut Glikolisis untuk menghasilkan energi.
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Dua monosakarida yang bergabung disebut disakarida, contohnya sukrosa yang terbuat dari glukosa dan fruktosa. Terdapat pula oligosakarida yang merupakan rangkaian beberapa monosakarida.[3] Banyak karbohidrat merupakan polimer (rantai berulang yang panjang), yang tersusun dari banyak rangkaian molekul gula,yang disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa.