Kata mnava terdiri dari tiga aksara begitulah ditulis dalam tafsir hikayat suci, ma, na, dan va. Ma berarti 'kebodohan', na berarti 'tanpa', dan va berarti 'bersikap dan bertingkah laku'. Karena itu, orang yang menjalani kehidupannya dengan mereduksi kedunguannya  adalah mnava 'manusia yang sesungguhnya.  Di bingkai itu manusia sejati harus mengejar ilmu untuk menghilangkan kebodohan itu., sehingga layak disebut manusia.
Manusia ingin menghapus kebodohannya dengan banyak acara spiritual, sehingga semuanya mekar bagaikan bunga teratai ketika matahari bersinar karena mereka percaya bahwa inilah hari ketika Tuhan hadir menginspirasinya dalam wadah-wadah suci, untuk membangkitkan nilai-nilai kemanusiaannya.
Manusia itu kadang berujar bahwa Banyak hal yang kucintai, tetapi ternyata dibenci orang - orang.Disisi lain, kerap apa yang aku tolak dan benci, mereka mencintainya. Kalau mencintai kebenaran akan terasa bahwa cinta dari anak-anak itu, akan dibawa sampai mati, adalah tutur yang kerap diyakini bisa menyadarkan sang jiwa yang masih tertutup awan gelap egoisme.
Maka, Di wilayah cinta, manusia menjadi ruang berdepatan yang panjang, energi cinta bisa membakar semangat juang, karya manumental lahir dari manusia-manusia yang membangun dirinya debut cinta yang terus menyala, sebab " Hidup harus terjurai dengan cinta, sebab tanpa cinta itu, maka kehidupan itu membosankan, ibarat pohon  tumbuh dan mengering , yang  tak sedap dipandang mata, karena tidak dihiasi oleh bunga yang indah maupun buahnya  yang manis.  Oleh sebab itu, bila  ada orang lain menghinamu, diri kita mungkin melupakan penghinaan itu; tapi jika kita  menghina orang lain, Anda akan selalu mengingatnya.
Maka setiap orang bisa berpotensi sebagai Duryodana, yang membuat tubuh menjahui kebenaran, dan itu karena dalam dirinya juga sang Iblis Kali yang condong mendengar bisikan --bisikan yang penuh asutan.
Ia bersikap layaknya seorang kesatria, tetapi mudah terpengaruh hasutan Sangkuni, yaitu pamannya yang licik dan suka memprovokasi pihak Korawa dengan pihak Pandawa (anak-anak Pandu), sepupu para Korawa. Sesungguhnya Tuhan sudah memberinya satu wajah, dandia malah membuat satu lagi untuk diri nya sendiri."
Maka, Duryodana terbiasa dimanjakan oleh kedua orangtuanya. Karakter itu menyebabkan Duryodana berkembang liar, semau dirinya, walaupun guru-guru yang mengajarinya sangat hebat, Â Drona, krepa dan baladewa, sang guru tak bisa mengubah hati nuraninya, dia tetap dengki dan iri pada kekuatan Bima.
Bima akhirnya bisa melaksanakan sumpahnya mematahkan pangkal paha Duryodana, karena di hadapan rapat bangsa Kuru, diminta  pada Drupadi menduduki pahanya itu. Dengan tenaga yang masih tersisa, taka da yang bisa membantu, pasukan telah hancur, namun dipihaknya ada Aswatama, Krepa, dan Kertawarma.. mereka sangat sedih melihat kondisi duryodana sepertini, Dan, dalam posisi yang tidak berdaya itu, dia mengangkat Aswatama menjadi
Aswatama sebagai pemimpin sisa-sisa prajurit Korawa, dan berpesan agar Aswatama membalaskan dendamnya untuk menghancurkan  para Pandawa.
Lalu,  Aswatama pun  bergerap pada malam hari itu juga, dia  menyusup ke perkemahan para Pandawa, tetapi Pandawa sedang tidak berada di sana. Namun Aswatama mebalaskan dendamnya dengan  membunuh Drestadyumna, Srikandi, Pancakumara, Utamoja, Yudamanyu, dan sisa laskar Pandawa.
Lanjut dia kemudian bergerak menuju tempat Duryodana Kembali  dan menceritakan pembalasan dendam yang telah dilakukannya, Duryodana tersenyum  dan puas , kemudian Duryodana mempersilahakn mereka pergi mereka ingin sendiri di tempat itu sampai ajal menjemputnya.