Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesedihan Duryodana di Kurusetra

31 Desember 2020   12:32 Diperbarui: 31 Desember 2020   13:09 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Manusia itu adalah salah satu diantara banyak simbol kehidupan peradaban di bumi,yang kian tergerus, akan ketuaan bumi. Tak pelak,  aneka bencana hadir tak pernah surut, menguncang riak-riak peradaban manusia itu,bila tak awas dengan habitus baru, maka manusia bisa jadi bernasib sama dengan dinosaurus' yang pernah berjaya di bumi.Punah dan menyisakan fosil menyeramkan.

Manusia kini, nampaknya kian menjauh dengan keakraban alam. Sungguh memang rumit, sebab manusia dihujung evolusi teknologi, karena aras otak kerap mengacu pada aspek mementingkan sang diri." Dalil sombong pun kerap mencuat" manusia mahluk tertingi, namun tertinggi dominan sifatnya alpa mendengar getar-getar emosi alam yang ritmis.

Tak aneh, bahwa manusia yang merupakan makhluk yang berada di tempat paling tinggi rantai makanan, terus berbenah mengulik daya pikir otaknya, untuk bisa mengubah batu menjadi makanan, atau merancang sistem hidup yang tidak perlu makan, hanya bernafas untuk melangsungkan daya hayati manusia. Mimpi yang kerap menjadi tertawaan, walau begitu, dalil bahwa manusia, terbedakan dengan mahluk lain karena adanya akal pikiran., tetap membuat 'kesombongan memuncak, Sang waktu memberikan ruang untuknya untuk menggunakan akal pikirannya dalam membangun peradaban.

Dalam naskah  berbahasa Jawa kuno, Sarasamuscaya,  Bhagawan Wararuci  menorehkan nilai luhur sang waktu, yakni" Waktu itu tiada berbatas,  sang waktu terus bergulir  meski telah menyusuri  ribuan putaran tahun,  sedangkan hidup itu terbatas , bahkan seringkali dijalani dengan sangat cepat, seperti kilatan petir, sementara sekali  dan begitu juga  pikiran hanya  satu kedipan mata, dia berubah  pikiran dan akal  musnah  bersama tubuh yang mulai kaku.

Manusia kerap tak disadarkan akan hal tersebut, apakah yang menyebabkan orang masih menyia-nyiakan waktu, hanya sesungguhnya manusia hadir untuk manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk berbuat kebajikan.

Namun sang waktu juga menghadirkan ruang perdebatan dengan medan laga justru terjadi dalam diri sang aku, sebab manusia terbentuk dari lima unsur yang berbeda jauh, karakternya sangat kontroversial.Letih dan kerap , menjemukan.

Dalam narasi manusia sebagai tempat bersandar, dia bukan lurus kerap banyak tak menentu, " seperti ujaran bijak,  Seoarang yang telah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling terasa pahit dan menyakitkan adalah  berharap kepada manusia, manusia kerap goyah hati dan tidak konsisten, seperti gerakan bandul pecah berganda. 

Dari sana muncullah bahwa cinta itu terjadi karena aktualiasi dari sebuah kegelisahan rohani manusia, Kegelisahan itu ibarat perang dalam  jiwa manusia. Maka, tak aneh bila seseorang menang , maka banyak didapati  rasa  tulus ikhlas,  pikiran terbuka , sabar dan damai hati. Namun, bila sesorang kalah,  maka karakter putus  asa, sesat, lemah hati, rasa penyesalan akan berkorban , dan ras percaya diri tenggelem di titik paling nadir.

Baju-baju yang dipakai manusia adalah kejujuran, sebab Kejujuran adalah sebuah kebaikan untuk mengajarkan kita untuk bersyukur pada hidup kita sendiri dan membagi kebahagiaan tersebut dengan orang-orang."

Ditinjau dari sikapnya, jawaban tentang pertanyaan ini, Apa yang dimaksud dengan sifat kemanusiaan? Adalah tak sulit, sebab manusia adalah bersikap dan bertingkah laku tanpa kebodohan (tanpa menyamakan diri dengan badan adalah sifat manusiawi. 

Kehidupan membutuhkan penerang, sehingga kehidupan tanpa kebodohan, maka di dijalankan di jembatan yang berpredikat sebagai kebenaran, yang menyeberangkan manusia dari tempat gelap menuju wilayah terang. Hanya dengan demikianlah ia dapat disebut mnava 'manusia' dalam pengertian yang sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun