Jayaprana berkata, walaupun kita bertemu hanya sementara dalam hidup, bersyukurlah bahwa kita masih bisa bertemu. Oleh karena itu, jangan sekali-kali saling menyakiti, aku katakan bahwa kita semua hidup dengan cinta, sebagaimana ikan yang hidup di air. Ia bisa meringankan pekerjaan dan menjadikan duka menjadi sesuatu yang indah.
Layonsari berkata dengan penuh rayuan, Bli... senyummu yang manis, jiwa mu yang halus sebagai penghias laku, terus hadir menyibak jiwaku yang lelah dan terkapar dalam ruang doa ini.
Perlu Bli tahu, aku berdoa, semoga engkau bahagia bisa kembali hadir bersama, kita menyusuri pantai idaman kehidupan ini, oh..... sayang, moga senyummu selalu merekah untukku yang merindukan dirimu.
Bli, cinta memiliki jemari yang sehalus pasir putih pantai, tapi kuku-kukunya yang runcing meremas jantung dan membuat manusia menderita karena duka. Dan cinta adalah seonggok duka  yang terangkum dalam pujian doa, yang kerap terbang ke angkasa bersama aroma dupa dupa pemujaan.
Jayaprana memeluk Layonsari, sambil mengelus rambutnya, dan berkata" hidup selalu memiliki sisi indah untuk kita nikmati, oleh karena itu selalulah bergembira dalam suka maupun duka. Suatu saat, kamu akan melihat kebelakang, saat kamu menemukan penyesalan yang manis.
Kamu akan melihat duka dan hati yang hancur, tetapi pada akhirnya hidupmu berubah. Kita adalah titik-titik kecil yang terkorelasi oleh Alam Semesta. Duka mereka, duka kita. Sakit mereka, sakit kita. Doa mereka, doa kita. Semuanya itu satu adanya.
Layonsari berkata lagi, Oh... cintaku, tiada yang bisa membuat jiwaku, bangkit selain nafas yang diberikan oleh senyum bahagia olehmu, moga engkau selalu bisa hadir dalam berbagai ruang yang terjepit dalam jiwaku, Oh.... cintaku, Jika harus memilih, antara nafas dan cinta.Maka aku memilih nafas terakhir untuk mengatakan, "Aku cinta padamu."
Itulah reaksi metabolisme dalam diriku yang agung, semoga engkau hadir selalu dalam benakku yang terus bersenandung keindahan akan cinta, sebab disana aku memaknai cinta sejati yang dalam, 'yakni, cinta sejati bukanlah bagaimana kamu memaafkan, tetapi bagaimana kamu melupakan, bukan apa yang kamu lihat tetapi apa yang kamu rasakan, bukan bagaimana kamu mendengarkan tetapi bagaimana kamu mengerti, dan bukan bagaimana kamu melepaskan tetapi bagaimana kamu bertahan.
Itulah yang selalu hadir dalam jiwaku ini, jiwa yang selalu ingin hadir bersamamu untuk mengisi hidup ini, hidup yang selalu manis untuk dikenang dan disia-siakan,"
Layonsari terus mengingatkan kata-kata kenangan yang diucapkan Jayaprana, "Jika kamu benar-benar sedang jatuh cinta, apa yang nampak di luar tidak akan penting. Karena rumah terbaik adalah tempat yang kamu bangun di hati masing-masing, itu semakin tampak memukau dalam deburan jiwaku yang selalu merindu.
Layonsari berkata dengan sendu, Sayang dengarkanlah bisikan hatiku, hari ini, tengah malam ini, aku merindukan dirimu, selalu ada bayangan seakan-akan datang menggoda tidurku, aroma rambutmu dan liuk tubuhmu selalu membuat aku terjaga, sebab itulah kebiasaanku mengenangmu bila hati lelah berjibaku dalam kenangan lamaku.