Terbitnya matahari muncul di ufuk timur, tepat pada hari rabu tanggal 16 September 2020, umat Hindu merayakan hari raya Galungan.
Hari raya yang dirayakan setiap 210 hari, sesuai pertemuan tiga elemen, yakni Rabu (sapta wara) dengan keliwon (panca wara), Dunggulan (Wuku). Sintesis ketiga elemen itu, melahirkan momentum yang padat dengan kesucian.
Oleh sebab itu, Hari Raya Galungan dimaknai sebagai kemenangan Dharma (Kebaikan) melawan aDharma (Keburukan). Kemenangan atas pengendalian hawa nafsu, yang sesungguhnya juga berstana dalam diri manusia.Â
Itu sebabnya sehari sebelum Hari raya, diadakan penyucian diri, yang dikenal upacara pembersihan 'mabyakala', maknannya adalah penyucian bhuwana agung (makrokosmos) dan buana alit (mikrokosmos, tubuh manusia), yang pada hakikatnya adalah untuk mencapai kesehimbangan lahir bathin.
Dengan hati yang tulus, menangkupkan tangan bersembah sujud, bahwa sejatinya kekuatan manusia tidak ada artinya dihadapan-Nya, berserah dengan total surrender' UNTUK menyatukan bakti menuju konsepsi tertinggi "atmaniwidenam" menyerahkan diri sepenuhnya pada keagungan Yang Maha Kuasa.
Perayaan Galungan dalam suasana pandemi Covid-19, sungguh momentum yang tepat untuk merenungi keadaan, mengevaluasi diri, dan meningkatkan kesadaran menjaga sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah agar kita bisa cepat bebas dari pendemi Covid-19.
Dengan selalu bersujud kepada Ida Sanghyang Widhi sebagai Tuhan semesta alam, bahwa manusia wajib berserah dan yakin bahwa "tanpa krida-Nya, tak setangkai rumput pun dapat diterbangkan angin."
Galungan sebagai bentuk perayaan dalam agama Hindu, dikenal juga sebagai "Pawedalan Jagat atau Oton Gumi' tempat kita manusia hidup, dan harus menjaga agar tetap harmoni baik pada lingkungan, manusia, maupun hubungan kita dengan Tuhan. Harmonisasi adalah vibrasi ketuhanan dan hadir disetiap jiwa yang berserah pada-Nya.
Umat Hindu di hari suci Galungan, lebih meningkatkan rasa syukur atau menghaturkan maha suksemaning idepnya ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi atas terciptanya dunia serta segala isinya.
Keprihatinan tentu menjadi dasar perayaan kali ini, bahwa kita harus lebih khusuk berdoa, kepada yang maha memberi nikmat. Tuhan yang Maha bijak.