Politik pada dasarnya sebuah seni yang elegan. Lewat politik, artikulasi kepentingan rakyat banyak untuk keadilan sering dititipkan. Namun kini, politik itu berbiak dengan cabang baru yang lebih seru, yakni politik teror.
Politik teror lebih mengedepankan strategi kekerasan sehingga mengubah wajahnya menjadi horor. Orang yang melakukannya pun dicap sebagai "teroris'. Walaupun definisi teroris masih penuh dengan perdebatan, karena dari sudut mana dia dipandang. Paling tidak para teroris akan menjadi pahlawan bagi kaumnya, karena mereka menyuarakan kepentingan politiknya.
Hanuman bisa jadi adalah pahlawan bagi pihak Sri Rama, namun dia adalah teroris bagi Rahwana dan bangsa raksasa di Bumi Alengka. Karena dia menebarkan kebakaran hebat yang meluluhlantakkan gedung lambang supremasi Rahwana.Â
Hanuman seolah-olah tidak memiliki rasa belas kasihan karena ulahnya, banyak orang mati terbakar, atau mati karena terjun bebas untuk menyelamatkan diri dari bangunan yang terjebak asap. Tidak terhitung jumlah mereka yang luka bakar, patah tulang. Pun tidak terhitung jumlah mereka yang menjadi janda dan yatim piatu karena ulahnya itu.
Dalam wajahnya, Hanuman sedikitpun tidak merasa bersalah. Dia menganggap kejadian itu adalah bagian dari tugas suci untuk menghentikan prilaku jahat Rahwana.Â
Lambang keangkuhan dan arogansi Rahwana seolah sirna dalam hitungan menit. Gedung yang menjadi kebanggaan bangsa raksasa ternyata ludes oleh seekor kera kecil tetapi memiliki tingkat profesionalisme yang mengagumkan. Akibatnya, gedung yang bak pasar itu, luluh lantak. Ekonomi negara menjadi kacau, resesi meliputi seluruh bangsa di muka jagat.
Rahwana sendiri telah berpidato pada rakyatnya. Bangsa raksasa tidak akan kalah kita akan selalu menang. Kita nyatakan perang terhadap terorisme. Kita akan mengadakan retiliasi yang bersifat unilateral dan militeristik yang terjadi secara menyeluruh.
Namun dengan pernyataan itu jelas Rahwana kini harus berpikir ulang dengan gaya pendekatan baru. Tetapi tetap saja Rahwana memungkiri bahwa keamanan tidak pernah absolut, strategi adalah ilusi dan yang terakhir ada lingkaran setan yang mengglobal yang dikumandangkan oleh Hanuman, seharusnya menjadi pertimbangan Rahwana bahwa akumulasi power militer dalam menjaga keamanan negara harus segera diakhiri . Namun Rahwana memang keras kepala.
Para menteri dan ahli penasehat tidak dihiraukan oleh Rahwana. Rahwana terjebak dalam lingkaran setan kekerasan global. Rahwana bisa membunuh dan membasmi musuhnya, atau rakyat musuhnya, juga sebaliknya musuhnya, seperti Hanuman dan Sri Rama juga dapat melakukan hal yang sama. Kekerasan yang dibalas dengan kekerasan akan melahirkan kekerasan baru. Pada akhirnya perang tidak memberikan apa-apa selain penderitaan bagi rakyat sipil.
Satu solusi yang ditawarkan adalah ahimsa, yaitu anti kekerasan " Ahimsa paramo dharmah" tanpa kekerasan adalah dharma utama. Untuk kasus teror meneror diperlukan keharifan yang tinggi, karena aksi teror seperti yang juga dilakukan oleh Hanuman secara ilmiah terbukti gagal menimbulkan ketakutan, akan memunculkan kemarahan, resistensi dan tekad kuat untuk membalas, diperlukan kasih tanpa pamerih untuk membalasnya.
Namun Hanuman berargumen "pejahat masyarakat seperti Rahwana" adalah benalu pada phon kehidupan manusia di Bumi, menumpasnya dengan memotong dahan yang sudah ditumbuhi benalu wajib hukumnya untuk dibinasakan, agar pohon itu sehat kembali"