Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Desa Paksebali, Wisata Tirai Air dan Dewa Mesraman

10 Desember 2019   18:57 Diperbarui: 16 Desember 2019   07:56 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Udara pagi berhembus dari celah bukit Mandean dan bukit Gambir, dari kedua puncak bukit ini anda bisa melihat panorama  desa Paksebali, sebuah desa yang umurnya sudah tua di Kabupaten Klungkung Bali. Wilayahnya di dominasi oleh tegalan  yang dipenuhi oleh kebun kelapa yang asri.

Keasrian landscap desanya,seakan saling terkait dengan jiwa warga masyarakatnya. Sangat kentara bahwa 'falsafah TRI HITA KARANA yang dijadikannya sebagai pedoman hidup hingga membentuk karakter dan kepribadian warga desanya, yang ramah  dan rukun.

Tri Hita karana itu, seakan mengejewantah pada eksistnsi warga masyarakatnya,  secara abstrak terjalin  dengan tiga hubungan yang harmonis  antara sesama manusia (pawongan), dengan alam sekelilingnya (palemahan), dan hubungannya  dengan ketuhanan (parahyangan). Harmonisasi menjadi kata kunci relasi itu, yang sangat diyakini dapat menciptakan kesejahteraan berkelanjutan.

Akibatnya bisa diduga desa tumbuh damai, seperti layaknya liukan sungai kali Unda di sisi barat Desa ini, yang terus membentang dan mengalirkan air sungai yang jernih, dari sumber mata air di kaki gunung Agung, yang memberikan kehidupan bagi masyarakat Klungkung dan mengairi Subak yang ada di sekitar desa Paksebali itu.

Aktivitas ritual, memang padat, dan  sisi ini,  desa Paksebali memang layak menjadi obyek wisata  budaya,  sehingga  menarik untuk dipromosikan. Aktivitas ritual, berbaur dengan kemajuan zaman, menjadi semacam sinkritisme baru, modifikasi  adalah keniscayaan untuk berbenah agar tetap eksis mengikuti zaman.

Ritual bukan kering tanpa makna filosofis, Di krodor itu adalah sebuah bagian dari tiga konsepsi kerangka agama Hindu yang dianut warga, yakni  tatwa, susila, dan upacara (yadnya, ritual).

Upacara untuk membutuhkan sarana yang disebut  dengan upakara, komponen upakara inilah yang melahirkan kreativitas masyarakat  yang bergeliat berwujud seni, yang menghasilkan industri kreatif penunjang tradisi dan budaya Bali, seperti  payung Bali (Tedung), kain prada,  tenun ikat, endek  Bali dan aneka peranti adat Bali lainnya, sehingga menjadi industri rumahan yang dinamis dan sampai kini tumbuh menjadi sentra ekonomi baru  yang menghidupkan roda kehidupan masyarakat.

Tata cara hidup di desa ini, sangat unik dan menawan, hampir seluruh anggota masyarakat saling kenal dan saling menyapa ,ketika berpapasan, dimanapun bertemu, sehingga, tamu yang datang, pasti disapa, ketika ada pendatang yang tak jelas, masuk desa   dengan mudah diketahui oleh masyarakat.Kosepsi yang dianut kita semua bersaudara" menyame braya' wasudewam kutubakam, semua kita bersaudara.

Selain itu, filosofi menyatu dengan alam, dengan filsafat 'ede ngaden awak bisa depang anake ngadanin (Jaga mengatakan  diri kita bisa, biarkan orang lain menyebutkannya), konsep yang bermakna tidk sombong ini selalu kuat di tataran jiwa, sehingga pendududknya lebih menonjolkan aktivitas kerja dari pada banyak bicara, terbukti desa ini sebagai sentra kerajinan Bali untuk tradisi budaya Bali, tak pernah goyah, seperti kerap kita dengan dalam komunikasi di desa" de lebihan ngomong, ade aga garap, ada paica tunas' (Jangan banyak bicara, ada kerja kerjakan , ada berkah syukuri). 

Dalam menjaga nilai relasi ini  Desa Paksebali selalu aman-dan harmoni, dengan 5 Banjar Dinas, yaitu Banjar Dinas Paksebali Kanginan, Banjar Dinas Paksebali Kawan, Banjar Dinas Peninjoan, Banjar Dinas Bucu dan Banjar Dinas Timbrah serta terbagi atas 8 Banjar/Pesamuan, yaitu Banjar Kanginan, Banjar Kawan, Banjar Peninjoan, Banjar Timbrah, Banjar Bucu, Pesamuan Puri Satria Kawan, Pesamuan Puri Satria Kaleran dan Pesamuan Puri Satria Kanginan.Pengejewantahan trihitakarana yang sulit dibantah.

Dalam menjaga relasi dengan Tuhan, sang maha pencipta, tradisi selalu hidup yang ditunjang oleh keberaan Pesamuan puri itu, merupakan bagian dari kerjaan Klungkung, yang tersisa saat ini, walaupun kerajaan tidak ada secara politik dan administrasi, namun secara tradisi, puri itu tetap eksis untuk melakukan sebuah tradisi yang masih bertahan, upacara 'ngaben massal'misalnya dipelopori oleh puri ini, sehingga Kondisi ini memberikan warna tersendiri pada aktivitas budaya dan produk-produk budaya yalain, sehingga berkembang industri kreatif berbasiskan budaya bali, ekonomi masyarakatpun berkembang pesat karenanya nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun