Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Freelancer atau Kantoran?

28 Februari 2017   00:00 Diperbarui: 28 Februari 2017   00:09 2404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena saya ngotot nggak mau pakai asuransi BP*S dan swasta apapun, kalo badan udah mulai drop, komat-kamit semoga nggak harus ke dokter. Pernah saya tiba-tiba harus ke spesialis penyakit dalam dan harus mengeluarkan uang yang jumlahnya agak wow waktu sepi kerjaan, langsung bikin sakit kepala waktu bayar di kasir spesialis dan farmasi, padahal sebelum masuk ruang dokter spesialis nggak ada keluhan sakit kepala sama sekali : )))

Kalo ditanya kenapa saya nggak mau bayar asuransi BP*S? Jawabannya, saya nggak telaten untuk wara-wiri dan antri, apalagi waktu sakit. Jadi mending bayar di RS swasta dengan biaya pribadi. Mahal? Iya, ini resiko yang memang harus saya ambil meski mengiris hati dan kantong.

Kenapa nggak mau pakai asuransi swasta? Balik lagi ke poin pertama, kalau lagi masa paceklik sepi kerjaan, mau bayar asuransi pakai uang apa? Apalagi perbulan harus bayar rutin selama 10 tahun.

Jadi anak kantoran sebenernya agak ajaib buat saya. Kalo lagi hopeless masa paceklik, saya sukanya buka-buka Jobstreet (www.jobstreet.co.id), JobsDB (http://id.jobsdb.com/id ), dan Jora (https://id.jora.com/lowongankerja ) . Klik apply ke beberapa lowongan kerja, beberapa bulan kemudian saya ditelepon untuk interview, dan diterima. 1 tahun 3 bulan jadi anak kantoran yang juga tetep nerima project luar duitnya emang dobel-dobel. Enaknya ngantor itu:

office-productivity-1024x612-58b45a8b917e614b0cb75104.png
office-productivity-1024x612-58b45a8b917e614b0cb75104.png
  • Gaji stabil tiap bulan

Saya jadi lebih bisa tenang belanja bulanan, beli ini itu, karena saya tau tiap tanggal 31, rekening bakal diisi lagi sama bagian finance. Berani juga bayar cash beli home theatre dan berani nyicil beli barang branded. Tentunya cicilan 0%. Setelah nggak ngantor, agak was-was, kudu mikir alasan kenapa beli barang X dengan cicilan.

Ini hanya berlaku di posisi tertentu, ya. Kerjaan lancer, si Bos happy, naik jabatan, otomatis gaji juga naik. Kalau kerjaan kantor saya dulu nggak ada jenjang karirnya karena saya kerja individu, bukan tim. Atasan langsung si bos. Nggak mungkin dong naik jabatan meski lebih pinter daripada si bos?

  • Jaminan kesehatan

Nah ini lumayan deh, dulu kantor tempat part-time saya pakai asuransi swasta dan sekarang jadi pake BP*S, meskipun pada ngeluh diganti, tapi masih untung ada. Berhubung saya part-time di sana, jadi nggak dapet. Di kantor full-time baru diadakan setelah saya minggat dari sana, jadi nggak pernah ngerasain manfaatnya. Paling nggak, kalau sakit apalagi sampai opname, nggak usah bingung ngeluarin duit ekstra kan?

  • Hidup Teratur

Kantoran bikin jam tidur saya teratur, paling nggak bukan yang melek sampai jam 4 pagi waktu nge-freelance. Bangun jam 6 pagi, kena sinar matahari waktu berangkat kan sehat tuh, meskipun bonus asap kendaraan sih. Karena capek terforsir di kantor, energi udah abis, jam 11 malem udah bobo cantiks.

Resiko jadi anak kantoran tentunya ada juga dong, kayak gini:

  • Jatah cuti

Mau liburan 2 minggu ke luar negeri? Mana bisa! Kantornya nenek moyang apa, yang ada malah dipecat. Jatah cuti biasanya cuma 12 hari dalam setahun, kalau ada sisa di akhir tahun, bisa dijadiin duit, yang apes ya angus gitu aja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun