Mohon tunggu...
Inung Kurnia
Inung Kurnia Mohon Tunggu... Penulis - Gemar berbagi kebaikan melalui tulisan

Ibu dari Key dan Rindang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Terlibat Konflik di Group WA, Ini 10 Langkah yang Bisa Kamu Coba!

11 Oktober 2022   13:07 Diperbarui: 20 Oktober 2022   03:09 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampilan opsi See Past Participants buat cek anggota yang keluar grup WA.(KOMPAS.com/Zulfikar)

Bagi saya persoalan memang sudah selesai. Toh tidak ada yang dirugikan dengan chat bercandaan saya, kecuali hanya merasa tersinggung. Fisik masih utuh, nama baik juga tidak tercemar, hahahaha. Pokoknya amanlah, menurut versi saya. Jika kemudian ada yang memutuskan memutus tali silaturahmi, itu pilihan yang bersangkutan.

Hingga pagi harinya, ketika saya berangkat kerja, makmak yang lain menghubungi saya, mengajak ngobrolin soal bubarnya group. Saya yang sudah memutuskan untuk menutup konflik kecil ala makmak mencoba menghindar. 

Maaf ya mak. Bagi saya, berteman itu tidak perlu dibumbui rasa baperan. Repot kalau baperan, kalau gampang tersinggung. Namanya makmak, kerjaan numpuk, lelah pasti. Kalau ada salah kata pasti sudah biasa. Apalagi kalau momennya tidak pas datangnya, mood lagi rusak atau badan serasa dicabik-cabik. Mau dikata apa?

Siang kemudian, pesan japri masuk ke hape saya. Tapi bukan dari makmak yang ngambek. Pesan datang dari sang admin. Ngomong persoalan anak-anak, sharing dan tidak mengungkit bubarnya group WA. Saya masih menanggapi dengan datar. Wajarlah, saya trauma. Takut ketularan baperan..Kwkwkwkwk,

Saya yang dihadapkan pada pekerjaan yang numpuk, tugas yang bererot, rasanya tidak punya waktu lagi untuk sekadar menanggapi persoalan kecil yang begituan.

Ini sebetulnya kisah riak kecil, konflik sepele yang bukan sekali dua kali muncul dalam group makmak. Sudah berulang kali, dan beberapa kali pula, ada saja makmak yang mengancam akan keluar group. Lucunya, ancaman yang datang berulang itu baru terealisasi sekarang. Dan itu malah dari person yang berbeda, pokoknya lucu.

Akhirnya, saya pun merenung. Pelajaran berarti buat saya. Pertama, jangan menanggapi obrolan di group WA ketika memang lagi tidak ada waktu luang, apalagi badan sedang lelah dan mood berantakan. Takutnya yang keluar malah menyinggung rasa anggota lain.

Kedua, tak perlu tergesa-gesa menyelesaikan konflik jika memang tidak terlalu serius dan menyangkut hajat hidup orang banyak. Biarkan saja, sampai suasana dingin dan kepala sudah tidak lagi mendidih. Menyelesaikan persoalan dalam suasana kepala dingin hasilnya akan jauh berbeda dibanding menyelesaikan masalah dalam suasana tergesa-gesa. Apalagi ini antar makmak.

Ketiga, bersiaplah untuk mengalah jika menghadapi salah satu atau dua anggota group yang baperan. Mengalah dan minta maaf bukan berarti kita kalah. Kadang menjadi bijaksana jauh lebih penting untuk menjaga tali silaturahmi.

Keempat, jangan memperpanjang masalah jika memang berpotensi melebar ke mana-mana. Lebih baik diam dan diam, kalau perlu tidak usah baca chat dengan orang-orang yang berkonflik. Tunggu beberapa hari sampai mood anggota group kembali pada rel yang benar.

Kelima, bersikap biasa dan berkegiatan normal dan anggap konflik itu hal biasa pada setiap hubungan pertemanan. Alihkan perhatian kita ke hal-hal yang lebih penting. Jika memang masih saling membutuhkan, group akan kembali normal seperti semula. Berbeda jika memang sudah tidak saling membutuhkan, maka bersiap dan berbesar hati kalau harus kehilangan group.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun