Bahkan ketika kamu bersisa sedikit, malah sudah menuju busuk, makmak mana ada yang tega membuangmu. Makmak pasti cari akal bagaimana kondisi tubumu yang mulai membusuk jadi menu enak di meja makan.Â
Buat campuran kacang panjang lantas dibenamkan di santan. Ingat kan, anak dan suami makmak langsung nafsu makan.
Dear tempe...
Kasus kamu menghilang dari pasaran bukan kali ini. Berulang kali seingatku. Ujung-ujungnya harga kamu naik, yang awalnya sepapan 4 ribu rupiah, jadi 6 ribu rupiah. Kamu memang unik dan lucu tempe.Â
Mau naik harga saja mesti pakai acara ngambek hilang dari panggung. Padahal kalau mau naik harga, bilang saja. Toh alasannya tepat kok. Apa-apa sekarang mahal. Pasti makmak paham.
Tak perlu khawatir bakal nggak laku. Harga mahal pun pasti kamu tetap dicari makmak, tetap jadi primadona meja makan. Apa sebab?Â
Sebab kamu adalah bagian dari legenda masa lalu para makmak, percayalah itu. Bukankah melupakan mantan itu tidak gampang? Lha kamu biar kata jadi bagian masa lalu, tetap belum pernah jadi mantan.
Jadi bagian masa lalu? Coba tanya ke makmak, dari mereka yang kaum dasteran sampai mereka yang pakai rok span dan pakai seragam gamis. Pernahkah mereka alergi tempe di masa kecilnya? Sebagai bagian dari makanan rakyat, dipastikan semua orang pernah menjadikanmu teman nasi harian.
Pengalaman masa lalu itu mereka bawa dan tularkan hingga kini. Makmak jika belanja ke tukang sayuran, di plastik kreseknya pasti ada kamu atau kolegamu.Â
Meski hari itu, makmak karena lagi baru dapat uang belanja, tetiba ingin beli ayam atau ikan bandeng. Cek, di kresek belanjaan tetap tidak meninggalkan kamu.