Mohon tunggu...
Into Nabu
Into Nabu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seniman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yang terluka yang menyembuhkan

13 Mei 2023   11:36 Diperbarui: 13 Mei 2023   11:44 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap orang tentu pernah terluka. Tetapi ukuran luka setiap orang itu berbeda-beda. Ada ukuran yang kecil, sedang, dan ada pula yang besar. Namun tidak menuntut kemungkinan ukuran luka yang kecil dan sedang itu bisa menjadi lebih besar sehingga sulit untuk disembuhkan. Dan sebaliknya ukuran luka yang besar bisa menjadi kecil dan bahkan dapat dengan mudah untuk disembuhkan. Hal ini kembali kepada perspektif setiap orang terhadap luka yang dideritanya. Sebab ada segelintir orang yang selalu berasumsi bahwa ukuran lukanya lebih besar daripada luka oran lain. sehingga demikian luka yang mestinya kecil atau sedang itu menjadi besar karena dengan sadar, tahu dan mau untuk memperbesar luka yang diderita itu. Hal ini yang menjadi keprihatinan seorang pelayan di jaman modern ini.
Menjadi pelayan di jaman yang modern ini tidak mudah. Apalagi ketika berhadapan dengan penyakit jaman yang semakin marak ini. Ialah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Oleh karena itu pengenalan jaman mestinya dilihat sebagai hal terpenting dalam karya pelayanan itu sendiri. Seorang pelayan mestinya melihat pengenalan itu sebagai awal dari pelayanan yang dilakukannya. Pengenalan berarti melakukan pendekatan dan kemudian dilanjutkan dengan pengarahan yang baik menuju penyembuhan dan perubahan. Agar sampai pada tahap yang demikian, maka pengenalan yang dilakukan ialah pengenalan dari hati ke hati. Itu berarti harus menggali sampai pada akar-akar penyebab luka itu sendiri.
Hal terpenting bagi seorang pelayan ialah menyembuhkan yang terluka bukan sebaliknya. Oleh karena itu seorang pelayan perlu mengetahui bahwa sebelum ia dapat menyembuhkan luka dari jemaat yang ia layani, tahap pertama mestinya ia menyembuhkan dirinya sendiri kemudian barulah ia dapat menyembuhkan orang lain. sebab kalau tidak demikian, akan terjadi seperti yang Yesus katakan bahwa "Tidak mungkin orang buta dapat menuntun orang buta sebab dengan demikian keduanya akan terperosok dan terjatuh ke jurang yang dalam". Oleh karena itu seorang pelayan tentu sembuh dari luka yang ia derita itu terlebih dahulu barulah ia dapat menyembuhkan orang lain.
Dalam buku yang terluka yang menyembuhkan kita dapat menemukan berbagai macam resep yang disediakan oleh penulis untuk menyembuhkan luka orang lain. akan tetapi penulis sendiri tidak menyediakan resep yang bersifat instan. Sekali pakai langsung sembuh atau sekali lakukan langsung sembuh. Akan tetapi penulis hanya menyediakan resep yang mestinya dilakukan secara rutin terus menerus dan bukan hanya sekali. Oleh karena itu penulis sendiri menyarankan agar para pelayan dan para pendamping di jaman yang modern ini mestinya berani meninggalkan diri mereka, membuka diri menjalin relasi dengan jemaat dalam semangat bela rasa, semangat berbagi keprihatinan dengan sesama. Ini adalah jalan pembebasan dan penyembuhan bagi masyarakat modern.

Aku yang terluka aku pula yang menyembuhkan
Aku yang terluka dan menjadi sembuh
Aku adalah seorang anak yang memiliki postur tubuh pendek dan bulat. Aku juga berkulit hitam. Lebih dari itu aku juga memiliki wajah yang "buruk". Hal ini yang menjadi penyebab mengapa aku selalu diejek oleh teman-teman dan bahkan oleh keluarga aku sendiri. Sebagai manusia yang normal aku tidak menerima ejekan itu. Aku selalu marah dan bahkan terkadang menangis saat diejek. Aku sangat membenci keluarga dan teman-teman yang selalu mengejek aku. Terkadang aku ingin menjauh dari mereka, sebab aku mengira mereka tidak mau bergaul dengan aku. Tidak menerima aku sebagai bagian dari milik mereka yang harus mereka terima. Sehingga mereka selalu mengejek aku.
Namun perlahan-lahan akhirnya aku sadar. Bahwa apa yang dikatakan itu sebenarnya bukan ejekan tetapi salah satu aksi untuk menyadarkan aku untuk sadar diri dan berani menerima diri apa adanya. Tanpa harus mengubah realita yang jelas-jelas dilihat dan diketahui oleh semua orang. Sehingga dengan menerima diri apa adanya akhirnya aku tidak lagi membenci mereka dan tidak ingin untuk menjauh dari mereka. Tetapi aku berusaha untuk semakin dekat dengan mereka dan melihat mereka sebagai teman perjalanan yang mestinya saya terima sebagai milik aku sendiri.
Aku seorang pelayan yang menyembuhkan
Menjadi seorang pelayan memang tidak mudah. Apalagi di jaman yang modern ini. Sebagai seorang pelayan di jaman yang modern ini tidak jarang aku akan menemukan banyak umat yang datang untuk melakukan bimbingan dengan berbagai macam penyakit yang mereka alami. Dan aku sebagai pelayan, aku tidak mungkin menghindar atau mengelah dari mereka melainkan aku harus menerima mereka dan mendengarkan keluhan mereka.
Sebagai seorang pelayan yang baik berarti aku harus mengenal jemaat yang aku layani. Aku harus mengenal penderitaan mereka. Mengenal dengan cara apa? Ialah dengan berbagai pendekatan dan pengarahan. Sehingga dengan adanya pendekatan aku mampu melihat dan merasakan penyakit apa yang diderita oleh mereka. Setelah melakukan pendekatan dan berhasil melihat dan merasakan penyakit jemaat itu, langkah selanjutnya aku mestinya melakukan pengarahan. Pengarahan kepada perubahan menuju pada penyembuhan yang baik. Oleh karena itu aku mestinya melakukan pendekatan yang baik kepada jemaat yang aku layani. Agar dengan adanya pendekatan dan pengarahan yang baik, jemaat akan lebih mudah sadar dan mampu melihat serta merasakan penyakit apa yang mereka derita itu. Sehingga dengan demikian mereka akan menerima arahan yang aku berikan untuk proses perubahan menuju kesembuhan itu sendiri. Aku yang terluka dan telah sembuh yang akan menyembuhkan mereka yang terluka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun