Mohon tunggu...
Intan AkmalaBeauty
Intan AkmalaBeauty Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

Santri di Pondok Pesantren Al-Nahdlah kelas X MIA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Implementasi Disiplin Positif sebagai Upaya Pembentukan Karakter di Pondok Pesantren

3 Februari 2023   08:16 Diperbarui: 3 Februari 2023   08:37 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karakter merupakan sifat yang selalu dikagumi sebagai tanda-tanda kebaikan, kebajikan, dan kematangan moral seseorang. Secara etimologi, istilah karakter berasal dari bahasa Latin character, yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhlak.

Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran karena di dalam pikiran terdapat seluruh peristiwa atau memory yang terbentuk dari pengalaman yang telah ia lewati. Program pembentukan karakter ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola berpikir yang bisa mempengaruhi perilaku dan bicaranya. Jika karakter yang tertanam tersebut sesuai dengan kebenaran , maka perilakunya berjalan selaras dengan hukum alam. Alhasil, membawa kepada ketenangan dan kebahagiaan. Sebaliknya, jika karakter tersebut tidak sesuai dengan kebenaran, maka akan membaw ke dalam kerusakan dan menghasilkan penderitaan. Oleh karena itu pikiran yang merupakan unsur terpenting dalam pembentukan karakter harus mendapatkan perhatian yang serius.

 Model pendidikan di pondok pesantren bisa diartikan sebagai model pendidikan yang mengedepankan pendidikan karakter. Pemahaman yang diberikan, lebih tertuju terhadap agama, moral-etika, dan semangat kerja, menjadi keunggulan pondok pesantren. Anak-anak dibekali dengan berbagai pengetahuan sebagai bekal hidup di masa depan. 

Penanaman karakter atau akhlak terhadap para santri memang menjadi prioritas agar bisa menjadi fondasi sekaligus pilar yang kokoh jika para santri tidak lagi tinggal dalam naungan pondok pesantren. Dengan demikian, pendidikan karakter atau akhlak di pesantren tidak hanya sebagai pelengkap namun justru menjadi salah satu modal utama bagi santri untuk tetap konsisten dalam kepribadian di tengah keragaman persoalan dan tantangan kehidupan. Pendidika di pesantren sangat berbeda dengan pendidikan non-pesantren. Ciri khas pembelajaran pesantren dengan mengamalkan sistem integrasi yang di antaranya adalah intelektual, emosional, dan spiritual. Dalam hal proses pembelajaran, pesantren menerapkan  bentuk pembelajaran  menetap selama 24 jam, dari bangun tidur sampai tidur lagi. Hingga kini, pesantren masih melekat dengan budaya tersebut. 

Upaya dalam mengembangkan pendidikan karakter salah satunya dikembangkan budaya positif di lingkungan pesantren. Budaya positif yang dikembangkan di pesantren berisi kebiasaan yang disepakati bersama untuk dijalankan dalam waktu yang lama. Jika kebiasaan positif ini sudah membudaya, maka nilai-nilai karakter yang diharapkan akan terbentuk pada diri santri.

Budaya positif apabila dapat berkembang dengan baik pada diri santri dan tenaga pengajar maka akan dapat membangun hubungan kerjasama yang baik antara santri, ustadz/ah dan wali santri, menumbuhkan kesadaran dalam melakukan hal- hal baik, mengembangkan kepercayaan diri dan tanggung jawab bersama, membangun karakteristik santri, menumbuh kembangkan motivasi dari dalam diri santri, membangun hubungan sosial yang bagus antar warga pesantren, menumbuhkan rasa aman, nyaman, dan kesadaran dari santri terhadap budaya positif.

 Salah satu bentuk budaya positif yang sekarang tengah semarak dibicarakan adalah dengan menerapkan Disiplin Positif. Disiplin positif adalah disiplin tanpa ancaman atau tanpa hukuman, menerapkan displin positif dapat meningkatkan kesadaran siswa dalam membentuk karakter positif. Disiplin positif dapat dibuat melalui kesepakatan antara tenaga pengajar dan santri, agar siswa merasa terlibat dan bertanggungjawab dalam menjalanankan disiplin tersebut. 

Kita seringkali memandang bahwa hukuman adalah bentuk yang sama dengan proses pen-disiplin-an dan memberikan hukuman sebagai salah satu langkah dalam proses disiplin santri. Padahal, disiplin dan hukuman memiliki arti yang berbeda dan memberikan efek yang berbeda pula. Disiplin merujuk pada praktik mengajar atau melatih seseorang untuk mematuhi peraturan atau perilaku dalam jangka pendek dan jangka panjang. Sementara hukuman dimaksudkan Hukuman adalah tindakan pendidikan yang sengaja dan secara sadar di berikan kepada anak didik yang melakukan suatu kesalahan, agar anak didik tersebut menyadari kesalahannya dan berjanji dalam hatinya untuk tidak mengulanginya.

Dengan menerapkan disiplin positif, tenaga pengajar dapat meningkatkan kesadaran santri dalam membentuk karakter yang positif. Dalam penerapannya, disiplin positif akan dibuat melalui kesepakatan antara tenaga pengajar dengan santri dengan tujuan membuat santri terlibat dan bertanggung jawab dalam menjalankan disiplin tersebut. Dengan adanya sikap disiplin ini, tenaga pengajar ingin memaksimalkan pengendalian diri santri pada apa yang sedang mereka pelajari. 

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses disiplin yang dilakukan digunakan untuk membantu santri. Proses tersebut dilakukan agar santri lebih mampu mengendalikan diri dan bertindak sesuai dengan peraturan. Dengan demikian, santri dapat fokus terhadap pembelajaran. Untuk menerapkan budaya disiplin positif dalam proses kegiatan belajar di pesantren, caranya adalah dengan membentuk lingkungan pesantren yang mendukung terciptanya budaya disiplin positif tersebut. Dengan melakukan kesepakatan bersama atau kontrak forum. Kesepakatan itu berisi beberapa aturan untuk membantu  bekerja bersama membentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kesepakatan itu tidak hanya berisi harapan pengajar terhadap santri, tapi juga harapan santri terhadap pengajar. Kesepakatan disusun dan dikembangkan bersama-sama antara tenaga pengajar dan santri.

Implementasi disiplin positif sebagai upaya pembentukan karakter santri pondok pesantren dimaksudkan supaya para santri memiliki motivasi untuk mengembangkan pribadi mereka, dan memancing karakter positif yang terpendam untuk bisa muncul kepermukaan. apabila santri sudah mempunyai karakter tersebut, maka mereka telah mampu memotivasi diri untuk tidak terpengaruh dengan hukuman. Mereka akan tetap menjalankan prilaku baik dengan berlandaskan kesadaran dalam diri masing-masing santri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun