Dewasa ini, industri perfilman semakin maju. Hal itu dapat dibuktikan dari banyaknya variasi tontonan baik dari  dalam negeri maupun luar negeri yang dapat dinikmati kapanpun dan dimanapun.Â
Akan tetapi, kemajuan industri perfilman ini berbanding lurus dengan menjamurnya situs-situs ilegal di internet yang dapat dengan mudah diakses melalui pencarian google ataupun aplikasi telegram.Â
Pasalnya, kultur menonton film bajakan ini dapat merugikan banyak pihak, terutama pelaku industri perfilman. Orang yang menonton film bajakan berarti telah mengambil hak para pelaku industri perfilman ini. Hal itu dikarenakan industri perfilman adalah ranah bisnis, bukan merupakan acara amal.Â
Produksi film layar lebar memakan biaya yang tidak sedikit. Belum lagi produser harus membayar pajak dan juga membagi penghasilan dengan pihak bioskop. Jika menurunkan biaya produksi, maka kemungkinan besar kualitas film pun akan ikut menurun.Â
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk setidaknya menghadapi tantangan menjamurnya situs film ilegal ini.
Pertama, dengan memiliki prinsip yang kuat dengan tidak menonton film di situs ilegal. Saat ini sudah banyak aplikasi menonton film legal yang tidak terlalu menguras kantong, seperti Netflix, Prime Video, WeTV, Viu, dan sebagainya. Â
Nonton Film udah dibikin gampang di streaming resmi. Seharga 1 cangkir kopi bisa untuk ratusan film.
Kalian tetap milih nonton bajakan. Uang nonton di streaming legal gak masuk ke kru dan pemain. Tapi mastiin industri jalan dan kami tetap bisa makan.
Kenapa kalian jahat sekali?
Tulis Joko Anwar (Produser Film) dalam unggahannya di Twitter pada
Sabtu (23/5/2020)