Mohon tunggu...
Intias Maresta
Intias Maresta Mohon Tunggu... -

saya seorang mahasiswi Universitas Indonesia, Program studi Ilmu Administrasi Negara. Saya punya mimpi-mimpi dan prinsip untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang lebih baik, setidaknya dibandingkan dengan keadaannya saat ini. saya lebih suka berdiskusi ketimbang menulis, tapi akhir2 ini sepertinya memang harus seimbang antara menulis, membaca, dan berdiskusi.. :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Aksi Demonstrasi Peringatan 12 Tahun Reformasi, Lalu?

12 Mei 2010   06:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:15 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini rekan-rekan mahasiswa Universitas Indonesia melakukan demonstrasi ke Istana Negara untuk memperingati 12 tahun reformasi di Indonesia. Bagi mereka, masa 12 tahun tak memberikan dampak yang signifikan bagi perubahan negara.

Hmmm... sejujurnya saya adalah bagian dari mereka. Saya juga mahasiswa UI yang cukup lama berkecimpung di dunia pergerakan mahasiswa. Namun ada satu hal yang membuat saya menarik diri dari aksi hari ini. Saya berpikir, " apa iya harus aksi demonstrasi?"

Banyak rekan-rekan seperjuangan yang berpikir saya mengalami degradasi, atau apalah itu namanya. Yang cukup menggelitik adalah pernyataan seorang rekan, "makin tua makin rasional ya?aksi dianggap ga penting lagi."

Saya tidak anti aksi. Saya pun tidak menegasikan makna aksi secara parsial. Namun, akhir-akhir ini saya kerap berpikir bahwa kita sebagai kaum intel;ektual muda, harus punya banyak cara jika benar-benar ingin memperbaiki bangsa ini.

Entahlah bagaimana cara instan untuk mengatasi hal tersebut, tapi saya masih sangat yakin bahwa aksi demonstrasi bukan lagi menjadi cara yang relevan untuk memajukan Indonesia. Toh, nyatanya memang tidak signifikan rasanya jika masih memakai cara-cara konvensional seperti aksi.

Aksi, aksi, aksi..Basi sekali. Saya benci terperangkap dala paradigma lama yang sepertinya sudah menjadi tradisi. Rakan-rekan mahasiswa menjadikan aksi sebagai seremoni. tidak lebih..

12 Tahun reformasi Indonesia. Momen tepat untuk mengingatkan pemerintah kita, bahwa masih banyak sekali yang harus dibenahi. Peran mahasiswa? Tak perlu naif, mahasiswa punya tugas besar untuk mengabdi pada bangsa, salah satunya dengan cara memahami ilmu-ilmu di kelas, lantas mencoba menerapkannya di lapangan.

Semua itu butuh waktu.. bukan tidak mungkin Indonesia benar-benar berubah karena prjuangan mahasiswa. Tapi lagi-lagi, saya rasa bukan dengan aksi semata.

Saya pun teringat pada kata-kata Soe Hok Gie, saat ia meminta Herman Lantang untuk menjadi ketua Senat. "Kita isi saja senat ini dengan kegiatan-kegiatan yang kita sukai. Nonton, naik gunung.. Apa sajalah. Tapi, jangan lupa, sekali-sekali perlu kita dobrak pemerintah kita."

See? sekali-sekali. Hmmm..Saya hanya mencoba mencari cara yang lebih rasional, efisien, dan relevan untuk bergerak demi perubahan. Semoga suatu hari nati, semua rakyat Indonesia bisa bersatu untuk melangkahkan kaki menuju perubahan yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun