Selamat Pagi Sahabat Setia Kompasianer dan Readers!
Pagi ini saya terinspirasi dari Kalimat Sufi yang tertulis oleh Jalaluddin Rumi perihal berhala.
Saya pernah membuat puisi tentang Epic Mahabharata, dengan memilih tokoh favoritenya saja dan menjadikannya sebagai figur yang dianggap satu nasib dengan kita, bisa membuat nasib kita benar-benar sama dengan nasib sang Tokoh tersebut di Mahabharata.
Epic Mahabharata bukan sembarang bacaan, bagi pembacanya yang paham betul maksud dari tertulisnya Epic tersebut adalah kisah tentang Permainan Nasib yang realistis.
Melalui tulisan ini bagi yang sudah terlanjur mengidolakan tokoh-tokoh Mahabharata yang bernasib malang, sehingga membenarkan dirinya senasib dengan sang Tokoh. Hati-hati Sahabat, karena semakin kuat kita membenarkan nasib kita selaras dengan tokoh dalam Epic Mahabharata, maka semakin kuat nasib yang akan terjadi di kemudian hari seperti tokoh tersebut.
Saya menelusuri ada 3 Tokoh Favorite Masyarakat di Epic Mahabharata yang membuat nasibnya menjadi tidak mujur bahkan hingga akhir hayatnya, oleh karenanya ini bisa menjadi berhala pikiran seseorang yang membahayakan nasib dirinya jika terus menerus dibiarkan menguasai pikiran, diantaranya:
1. Karna
Ada segolongan masyarakat Nusantara yang mengidolakan Karna, karena baginya ia senasib dengan dirinya. Stop pemikiran ini! Karena bisa membuat nasibmu sama seperti Karna! Apa saja karakter yang muncul pada diri seorang jika mengidolakan dan mengganggap dirinya satu nasib dengan Karna? Berikut:
Tidak Jujur dengan Identitas diri membuatnya bernasib malang. Terkisah Karna berbohong terhadap identitasnya kepada Gurunya yaitu Parasurama yang masih Avatara Sri Vishnu. Karna tahu Gurunya Parasurama sangat membenci kasta Ksatria karena kisah masa lampaunya semenjak kedzaliman yang dilakukan kasta ksatria di zaman beliau berjuang. Maka Karna menipu Parasurama bahwa ia adalah dari kalangan Brahmana agar bisa menjadi muridnya. Hingga kebohongan itu terbongkar, Parasurama mengutuk Karna akan melupakan pengetahuan yang diberikannya saat masa-masa paling genting.
Dimanfaatkan dan dikelabui oleh orang-orang jahat membuat hidupnya berada di jalur yang salah. Duryodhana mengetahui potensi Karna untuk melawan Para Pandawa, maka Karna dijadikannya sebagai Raja Angga dan sahabatnya yang paling utama agar Karna mau melawan Para Pandawa.
Merasakan ketidakadilan pada dirinya dan haus akan pengakuan sepanjang hidupnya. Karna mengeluhkan akan ketidakadilan yang menimpa dirinya atas perlakuan masyarakat kepada Sri Krsna menjelang wafatnya. Sri Krsna menerangkan, karena Karna hanya berfokus pada pengakuan, bukan dedikasinya kepada masyarakat yang penuh kebaikan. Walau pada akhirnya Karna dikenang dan diakui kekuatannya karena bisa menjadi lawan seimbang Arjuna, dan wafat dalam keadaan malang.
2. Sengkuni
Saya kaget setelah melihat banyak artikel yang secara tidak langsung beberapa masyarakat mengidolakan Sengkuni. Hentikan segera pemikiran diam-diam ini! Karena berikut nasib yang akan didapatkan:
Dahulu orang baik namun tersakiti, akhirnya dendam menguasai. Terkisah Sengkuni meratapi nasib malangnya karena harus memakan saudaranya sendiri untuk menjalani hukuman yang menimpa keluarganya. Akhirnya gelora dendam membara, ia bersumpah akan menghancurkan tahta Hastinapura.
Tipu daya, hasutan keji dan Adu Domba menjadi kegemarannya. Sengkuni selalu menghasut dan berupaya mengadu domba keponakannya Duryodhana untuk memerangi Para Pandawa. Hingga akhirnya Perang Baratayudha pecah.
3. Yudhistira
Mungkin ada yang tidak setuju, saya memasukan Yudhistira sebagai salah satu penyebab nasib pembaca Epic Mahabharata menjadi bernasib kurang baik di akhir hidupnya, bagaimanapun ia sesuai yang terkisah di Epic Mahabharata. Berikut ulasannya:
Seorang jujur dan bijaksana, namun sayang tenggelam dalam kehidupan hedonis dan materialistis. Yudistira dikenal bijak, dan dipercaya akan kejujurannya. Namun sayang Yudhistira adalah salah seorang penyebab Perang Bharatayudha pecah. Satu karena hasrat nafsunya besar untuk menguasai Drupadi agar berada dalam kuasanya, sehingga banyak yang menganggap hidup Drupadi semakin kacau karena perilaku Yudhistira kepada dirinya. Hal itu terlihat makin jelas, saat Pandawa diundang untuk bermain dadu dengan Sengkuni dan Pihak Kurawa, dan Yudhistira senang akan undangan permainan dadu tersebut. Namun sayang Yudhistira melenceng dengan menjadikan Drupadi sebagai taruhannya. Akibat peristiwa ini Alam menjadi Murka karenanya.
Pada akhir hidupnya, Yudhistira dikenal sebagai pendusta. Perang Baratayudha saat menjelang akhir, memaksa Yudhistira berbohong kepada Guru Drona. Ia berbohong bahwa Aswatama telah mati, walau dikondisikan seperti tidak berbohong. Namun sayang berita ini tersebar hingga pelosok publik. Sehingga timbul fenomena, masyarakat Kerajaan Hastinapura menjadi bermentalkan pembohong, dan memperoleh harta dengan cara menipu. Dari peristiwa inilah Zaman Kaliyuga (Kegelapan) mulai muncul. Yudhistira sendiri bersumpah ia akan menanggung dosa yang diperbuat atas kebohongan yang dilakukannya. Hingga akhirnya para Pandawa dan Drupadi memutuskan untuk meninggalkan alam fana dengan berjalan menuju puncak himalaya setelah mendengar berita Mokshanya Sri Krsna.
Demikian ulasan saya perihal kehati-hatian kita dalam memilih panutan di Epic Mahabharata, karena itupun akan membuat nasibmu malang seperti yang ditokohkan diatas. Ini dikarenakan pikiran kita selalu membanding-bandingkan peristiwa yang kita alami dengan kisah tokoh favorit diatas, hingga kita membenarkan bahwa tokoh tersebut satu nasib dengan kita.
Karena rumus nasib berjalan bahwa apa yang kau pikirkan itu sejatinya mempengaruhi nasibmu secara totalitas. Nasib ditentukan oleh kualitas pikiran kita, hingga akhirnya kita berkesadaran Karna, berkesadaran Sengkuni atau berkesadaran Yudhistira.
Selain diatas. Nama-nama Iblis yang disebutkan dalam keyakinan beragama pun mesti dihindari, karena jika terpikirkan terus menerus dan diulang berkali kali penyebutannya di pikiran kita. Itu bakal menguasai pikiran kita, dan proses penyembuhannya sangat lama, karena kesadaran kita berubah menjadi kesadaran Iblis.
Saya mengalami kesadaran Iblis akibat terus mengulang nama-nama Iblis tersebut selama 11 tahun lamanya. Jadi kalau menemukan nama-nama Iblis dan tak sengaja membaca, melihat dan mendengarnya. Segera mengingat nama suci Tuhan sesuai keyakinan pribadi, karena itu akan menguatkan keimananmu kepada Tuhan melindungi dari pengaruh buruk Iblis melalui namanya.
Sebaiknya berkesadaran dalam berketuhanan sesuai ajaran agama yang dianut, agar hidupmu bisa berubah menjadi lebih mujur dan sarat moral, etis dan perjuangan.
Banyak model kesadaran yang baik untuk diaplikasikan yang tersebar di dunia, ada 5 yang saya telusuri sepanjang saya berguru mencari ilmu kesadaran selama belasan tahun. Seperti:
- Kesadaran Allah, dengan berdzikir Nama-Nama Suci Allah dan membayangkan ke-Mahakuasaan-Nya.
- Kesadaran Muhammad, dengan bershalawat dan membayangkan perjuangan hidup beliau.
- Kesadaran Kristus, dengan selalu menyanyikan pujian kepada Yesus Kristus dan membayangkan perjuangan beliau yang penuh kasih kepada umat Manusia.
- Kesadaran Buddha, sesuai keyakinan pemeluk Ajaran Buddha
- Kesadaran Krsna, dengan selalu berjapa Mahamantra Hare Krsna (*berbunyi Hare Krsna Hare Krsna, Krsna Krsna Hare Hare, Hare Rama Hare Rama, Rama Rama Hare Hare) dan membayangkan permainan rohani Sri Krsna.