Selamat membaca Sahabat Kompasianer dan Readerku yang setia!
Seorang pemuda membuat puisi makna dalam guratan pena di selembar kertas. Mengisahkan orang-orang yang sejatinya salah. Tapi tak mau disalahkan. Akhirnya hanya penyesalan. Menghantui dirinya.
Salah bikin resah...
Gelisah...
Perasaan cemas membahana...
Takut melanda...
Kadang penyesalan tiba...
Selalu saat-saat akhir menjelang...
Karena yang diawal itu adalah...
Pendaftaran...
Seorang yang merasa dirinya benar...
Tidak mau disalahkan...
Saat dirinya dipertanyakan...
Eh malah balik nanya...
Gak mau mengakui salah?
Emang rugi kalau mengaku salah?
Yang ada malah makin disalahkan...
Oleh orang-orang yang dirugikan...
Karena egonya seorang...
Yang memang sejatinya salah...
Dan merugikan diri dan orang banyak...
Benarkah yang ditulis sang pemuda ini? Apakah memang seorang yang mengalami kisah ini membenarkan kisah ini dengan segenap jiwa raga? Atau menyangkal karena merasa diri paling benar? Karena memang hakikatnya kebanyakan manusia itu paling tidak mau disalahkan. Walau dirinya memang benar-benar salah.
Tertanda.
Rian.
Cimahi, 19 September 2022.
Indrian Safka Fauzi untuk Kompasiana.
For our spirit... Never Die!