Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Metode Aktivasi Berpikir Kritis tentang Pemaknaan Keyakinan

9 Juli 2022   04:00 Diperbarui: 9 Juli 2022   04:08 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat berjumpa kembali di pagi hari ini sahabat kompasianer dan readers! Saya ingin membahas salah satu metode untuk aktivasi berfikir kritis tentang pemaknaan keyakinan. Selamat membaca~

Pikiran melahirkan Pemikiran. Salah satu komponen pemikiran diantaranya adalah Keyakinan. Keyakinan kita kemudian dimaknai oleh kita melalui bingkai pikiran (Frame of Mind). 

Jadi yang menjadi permasalahan dalam hidup bukanlah orangnya, namun bingkai pikiran yang digunakan seorang tersebut dalam memahami keyakinannya. Seorang manusia memiliki keyakinan yang berbeda-beda, namun dibalik perbedaan itu manusia masih bisa hidup rukun dan damai, karena pemaknaan keyakinan yang berbeda diantara mereka bernilai positif dan menguntungkan.

Apa itu pemaknaan keyakinan yang bernilai positif dan menguntungkan?

Yaitu memaknai keyakinan sebagai salah satu sumber daya yang mampu membantu kehidupannya antara hubungan vertikal dengan Tuhan dan horizontal dengan sesama. Pemaknaan keyakinan ini membuat seorang merasa dibela dan diselamatkan oleh keyakinan pribadinya dengan ditandai seorang tersebut taat menjalankan peribadatannya sesuai keyakinannya.

Mengapa seorang menjadi taat menjalankan peribadatan sesuai keyakinannya?

Karena ia yakin keyakinannya dapat menyelamatkan dunia dan akhiratnya (kehidupan setelah kematian).

Bagaimana tentang permasalahan yang seringkali terjadi pada hidup kita?

Kembali pada permasalahan. Bahwa manusia seringkali mempermasalahkan sesamanya. Padahal yang bermasalah adalah pemaknaannya pada sebuah produk pikiran (yaitu pemikirannya). 

Semisal seorang memaknai bos dalam pekerjaannya marah-marah dengan pemaknaan bos itu arogan, tentu jadi masalah. Karena bingkai pikiran (frame of mind) demikian dia berkeyakinan bahwa si bos adalah seorang arogan. Akibatnya kita jadi memusuhi si bos, dan berdampak buruk bagi kemajuan karir kita.

Adapun yang bijak seorang memaknai bos dalam pekerjaannya marah-marah dengan pemaknaan bos itu peduli, nah bisa jadi ini menguntungkan kita. Dengan bingkai pikiran ini, maka seorang dapat dengan bijak yakin bahwa sang bos sedang memberikan informasi akan kekurangan-kekurangan kita dalam mengeksekusi pekerjaan. Dampaknya kita dapat mengkoreksi setiap pekerjaan kita, sehingga kita lebih dapat efektif mengeksekusi pekerjaan kita. 

Kesimpulannya yang bermasalah adalah cara kita membingkai atau memaknai suatu fenomena. Bukan dari pelaku fenomena tersebut melainkan frame of mind kita yang mesti diganti dengan frame of mind yang lebih menguntungkan.

Demikian ulasan singkat tentang Pemikiran dan Frame of Mind.

Mari kita mencoba mengaktivasi berfikir kritis guna mengkritisi apakah keyakinan kita mampu menyelamatkan kita atau sebaliknya, dengan menjawab pertanyaan ini cukup dalam hati, atau jika sempat tulis di kertas atau ketik di gawai anda.

Apakah yang menjadi esensi keyakinan saya?

  • Jawaban: ...
  • Pengaplikasian sehari-hari: ...
  • Nilai-nilai kehidupan yang dipetik: ...
  • Tujuan Akhir dari keyakinan: ...
  • Tahapan-tahapan yang dilalui menuju Tujuan Akhir (Minimal 7 Tahap): ...
  • Yang menjadi sumber referensi keyakinan: ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun