Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Belajar dari Suku Baduy Dalam: Dunia Jernih Tanpa Deterjen dan Plastik

6 Juni 2022   16:00 Diperbarui: 6 Juni 2022   16:02 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para Jurnalis yang berpengalaman singgah di Kediaman Suku Baduy Dalam di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, telah mengajarkan hal indah akan lingkungan alam yang seimbang dan asri. Dimana Kampung Cibeo merupakan kediaman Baduy Dalam, dan Kampung Marenggo merupakan kediaman Baduy Luar. Para wisatawan lebih memilih mengunjungi kampung Marenggo dan menginap disana, untuk mendalami bagaimana cara hidup penduduk Suku Baduy Dalam.

Selalu terdapat aturan plang "Bawa Kembali Sampah ke Luar Baduy" dimana para wisatawan dilarang keras membawa atau meninggalkan sampah terutama sampah plastik yang mencemari lingkungan hidup suku Baduy. 

Bahkan dalam berkehidupan lebih memilih tidak menggunakan produk berbahan kimia, hanya dengan garam dan gula sebagai bumbu masakan, apalagi bumbu dengan bungkus plastik sangat dihindari.

Masyarakat mencuci pakaian hanya dengan mengucek dan membilasnya dengan air sungai, karena kejernihannya, dan mandi dengan pewangi bahan-bahan alami tidak menggunakan sabun, juga tidak menyikat gigi dengan odol. Tak ada penggunaan deterjen di kehidupan masyarakat baduy dalam. 

Kita orang perkotaan jika berkaca dari beliau Suku Baduy, sepertinya kita memang manusia egois. Yang tidak memperhatikan kelestarian alam, hanya ingin wangi dan bersih untuk diri sendiri saja, namun lingkungan alam dibiarkan tercemar dengan bahan kimia deterjen melalui limbah rumah tangga yang memenuhi sungai-sungai perkotaan.

Penggunaan plastik, mencerminkan kepribadian masyarakat yang ingin hidup serba praktis, namun sebenarnya malah berbalik menjadi petaka. Karena dibalik kepraktisan, ada tantangan kesulitan menguraikan plastik menjadi unsur yang mudah diolah menjadi bahan yang ramah lingkungan. Ini adalah sikap ingin hidup serba instan yang tidak kita sadari dalam keseharian.

Saya kira indoktrinasi kesehatan akan kebutuhan deterjen dengan korelasinya dengan kesehatan dan kebersihan adalah sebuah fenomena Psuedo-Hygiene. Hal ini bisa dipatahkan dengan evidence nyata dan ilmiah akan kehidupan Suku Baduy Dalam yang lebih bersih, asri dan ramah lingkungan, juga beliau semua lebih terjaga kesehatannya.

Jika saja masyarakat perkotaan menyadari akan dampak penggunaan plastik dan deterjen, saya kira alam yang bebas dari pencemaran lingkungan bisa kita raih bersama-sama, tinggal dicari alternatif lain (pembersih) yang bersifat ramah lingkungan.

Tentunya para akademisi terlegitimasi berkewajiban mengabdi pada alam, dengan melakukan studi dan konsentrasi bidang restorasi lingkungan alam guna mengantisipasi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh deterjen dan plastik. Pasti ada jalan dan ilmunya bagi seorang yang konsisten dan penuh dedikasi bagi kehidupan alam.

Kita, orang-orang perkotaan yang sudah menyadari akan kelestarian alam, masih bisa menunggu untuk mewujudkan utopia itu dengan mengurangi penggunaan plastik, sementara pembersih berbahan deterjen sepertinya bagaimanapun juga kita masih bersandar menggunakannya, perlu waktu untuk terbebas dari penggunaan deterjen. Dan konsep 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) dilakukan guna mengurangi penggunaan plastik.

Dunia jernih tanpa deterjen dan plastik, itu adalah utopia saya guna mewujudkan keseimbangan alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun