Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Diam Tak Selamanya Emas

20 Mei 2022   08:00 Diperbarui: 20 Mei 2022   08:43 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak ucapan yang sering diucapkan umum. Bahwasanya Diam adalah Emas.

Saya kurang sependapat, karena kontekstual/situasional. Diam mendengarkan sebaik mungkin menghargai seorang berbicara dan memberikan pengetahuan, maka ucapan Diam adalah emas itu tepat.

Namun Diam membiarkan kejahatan dan kedzaliman merajalela, sementara ia memiliki segala sumber daya dan kewenangan untuk menghentikannya, maka ia sungguh telah melakukan kedzaliman yang sesungguhnya dimata Tuhan. Sama seperti ungkapan kejahatan terjadi bukan terjadi banyaknya orang jahat, namun karena diamnya orang-orang baik dari segala kejahatan yang terjadi.

Oleh karena itu saya tak akan tinggal diam membiarkan kejahatan merajalela. Memang saya memiliki segala sumber daya yakni Keberanian, Keimanan dan Ilmu. Namun saya tidak memiliki kewenangan. Apa artinya saya bermain pahlawan-pahlawanan sementara masyarakat tidak mengizinkan saya dan membutuhkan peran saya. Nanti saya dianggap gila dan kurang waras.

Kalau masyarakat merasa kejahatan sudah makin memuncak, dan membutuhkan peranan saya untuk mengatasi semua bentuk ketidakberdayaan melawan kejahatan, kedzaliman, dan ketidakberdayaan. 

Maka segeralah bersama-sama masyarakat yang baik dan benar bersatu padu melawan keangkaramurkaan. Dan bolehlah saya dipanggil di suatu masa untuk memenuhi tugas dari masyarakat, untuk beradu kekuatan keimanan dengan orang-orang jahat. Biar Allah menunjukkan siapa yang benar dan siapa yang berdusta dimata masyarakat dan dunia.

Saya masih menunggu masa-masa genting dan urgent itu dalam ketersembunyian dan keterasingan. Saya sedang mempersiapkan segala sesuatu untuk masa nanti dengan kekuatan tarekat dan pelayanan bhakti, mengekang diri dari segala kenikmatan lidah dan perut, juga kenikmatan inderawi yang tidak sah dimata norma dan aturan agama, untuk mewujudkan harapan tertinggi masyarakat, yakni hidup penuh kedamaian, kesejahteraan, keadilan, dan kebahagiaan.

Mari masyarakat terkasih, kita bermain strategi. Kita saksikan dan catat berapa banyak blunder-blunder yang dilakukan oleh orang-orang jahat berkedok religius, berkedok tokoh masyarakat, berkedok pemangku kedudukan dan profesi andalan, yang masih berkeliaran di bumi masyarakat dan menyebarkan agenda dan propaganda kebencian, perpecahan bangsa, radikalisme brutal, penyimpangan norma dan lainnya. Jika sudah mencapai puncak klimaks, dan sudah tak bisa ditolerir.

Izinkan saya... berhadapan dengan mereka seorang diri. Dengan segala sumber daya yang saya miliki, akan saya tunjukkan Moralitas selalu berdiri tegak di muka bumi.

Oleh karena itu. Diam tak selamanya Emas.

Selamat hari Kebangkitan Nasional!

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 20 Mei 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun