Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mau Dibawa ke Manakah Peradaban Bumi Nusantara Pasca Pilpres 2024?

12 Mei 2022   16:00 Diperbarui: 12 Mei 2022   16:04 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instagram/Nyoman_Nuarta

"Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal."

Dan begitupula kitab Suci Veda yang dianut oleh umat Sanatana Dharma yang umum dikenal Hindu di bumi Nusantara yang berpegang teguh pada Ajaran Veda. Veda pun sebenarnya jika diperdalam oleh para Brahmana Umat Hindu kemudian dikembangkan menjadi pengetahuan yang terukur dan dapat diterima secara ilmiah. Tentu dapat menunjang kecerdasan potensi hati Nurani umat manusia. Karena toh banyak Ilmuwan Amerika sendiri yang mengkaji Kitab Bhagavad Gita dan Srimad Bhagavatam yang merupakan setetes pengetahuan Veda, karena Veda begitu banyak sekali sastranya sehingga kalau di bukukan bisa berukuran sebuah ruangan kamar rumah seluas 2 x 3 meter persegi, dan itu pun masih sebahagiannya saja. Wow!

Lihat saja Amerika dengan peradaban yang mengandalkan teknologi kecerdasan akal, masih kesulitan berupaya mendamaikan konflik Rusia-Ukraina. Ini tidak bisa dibantah, yang mana kita sendiri dalam menjalankan Roda Pemerintahan menganut Bentuk dan Sistem Pemerintahan yang berkiblat kepada Amerika lho! Apa itu? Yakni Republik-Demokrasi-Presidential.

Kegagalan-kegagalan Republik-Demokrasi-Presidential, membuat bisikan ghaib di masyarakat membuat dan menghasilkan fenomena unik per tahun 2020 lampau. Bagaimana tidak, banyak penggagas Pemerintahan basis Kerajaan seperti Sunda Empire dan Keraton Agung Sejagat. Sejatinya alam bawah sadar masyarakat saat ini di bumi nusantara menolak kontroversi pemerintahan yang selalu terjadi karena kita masih berkiblat segala hal kepada negeri Paman Sam. 

Sebuah siklus Polybius, yang mana Polybius merupakan murid Aristoteles menggambarkan sebuah siklus memutar sebuah bentuk pemerintahan:

https://brainly.co.id/
https://brainly.co.id/
  • Monarki = Pemerintahan yang dipimpin Satu Orang
  • Tirani = Penyelewengan Monarki
  • Aristokrasi = Pemerintahan yang dipimpin oleh Sekelompok Orang
  • Oligarki = Penyelewengan Aristokrasi
  • Demokrasi = Pemerintahan yang dipimpin oleh banyak Orang (dengan pembagian 3 Kekuasaan/LEY = Legislatif - Eksekutif -Yudikatif)
  • Okhlokrasi = Penyelewengan Demokrasi

Kita akan melihat sendiri kelak Demokrasi akan bertransformasi menjadi Okhlokrasi sebagaimana Siklus Polybius. Mengapa bisa terjadi demikian? Kita saksikan sendiri begitu banyak orang-orang yang berhasrat besar mengikuti Ajang Pilpres 2024, padahal sekarang masih 2022. Ada apa gerangan?

Padahal urgensi eksistensi bangsa dan negara sudah bukan lagi seperti yang saat ini diutopiakan. Semakin kedepan tantangan yang dihadapi oleh dunia semakin berat. Karena kita lihat sendiri banyak negeri-negeri yang mulai tidak berdaya menghadapi fenomena krisis yang diwarnai variasi wabah penyakit, tingkat kriminalitas yang masih terjadi dimana-mana, kesenjangan perekonomian, perang ideologis yang menginflitrasi masyarakat, isu perubahan iklim dan masih banyak lagi.

Kalau calon pemimpin bangsa masih berorientasi menikmati kekuasaan dan meraup keuntungan sebanyak banyaknya untuk golongan, niscaya negeri tersebut itu akan hancur dengan sendirinya. Maka mau tidak mau suka tidak suka dibutuhkan pemimpin bangsa yang dapat mengatasi itu semua, bukan karena hasrat rendah ingin menjadi penguasa dan penikmat negeri, namun ada keinginan luhur untuk menyelamatkan bangsa dari segala macam bentuk krisis. Pertanyaan besarnya adakah calon pemimpin kuat yang memiliki kriteria tersebut? Penulis rasa masyarakat lebih cerdas untuk menjawabnya.

Artinya perlu adanya keseimbangan peradaban antara Hati Nurani, Akal yang Sehat, dan Keinginan luhur untuk bangsa Nusantara tercinta ini. Sehingga apa yang diramalkan leluhur bangsa kita di zaman kerajaan Hindu-Buddha masa lampau, bahwa Nusantara Mercusuar Dunia benar-benar terealisasi. Hasilnya... tercipta Peradaban Manusia yang dapat harmoni dan menyatu dengan alam, disisi lain terkoneksi dengan kemajuan teknologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun