Manusia spiritual melaksanakan tirakat ketat seperti yang dilakukan para Vaisnava (Penyembah Sri Vishnu dan Avataranya) untuk menyucikan jiwanya dengan:
- Kesederhanaan, tidak melekat dengan keinginan fana dan sementara akan keberlimpahan materi duniawi, dan cenderung bergaya hidup seadanya, tidak glamor dan mewah.
- Kesucian, tidak melakukan perzinahan, pelecehan martabat lawan jenis yang tidak dibenarkan norma dan agama, dan lainnya yang berkaitan dengan kehormatan diri.
- Pengendalian diri, tidak marah untuk hal-hal duniawi (berupa materi dan kenikmatan sementara), tidak mabuk-mabukan (minum-minuman keras), tidak mengkonsumsi zat adiktif berlebih seperti narkotika dan obat-obatan terlarang.
- Kejujuran, menjaga lisan dan tulisan yang sesuai fakta dan benar. Berpantang merugikan sesama.
- Tidak melakukan kekerasan yang tidak diperlukan, maka ada kecenderungan untuk bertirakat tidak makan daging-dagingan karena penyembelihan hewan tanpa kerelaan hewan tersebut untuk disempurnakan ruhnya adalah salah satu tindakan kekerasan demi isi perut dan pemuas lidah belaka.
Pengetahuan Meta pun menjelaskan mekanisme Ilmu Laduni yang memiliki kemiripan dengan teknologi modern interkoneksi. Artinya seorang yang berpengetahuan laduni, dapat mengakses pengetahuan laduni yang bersifat Ruhani dari para makhluk hidup transendental tinggi (Malaikat dan Dewa) seperti manusia yang mengakses informasi di internet.
Ada proses transfer ilmu dari Malaikat atau Dewa kepada seorang yang diberkati, melalui kekuatan pikiran, yang mana kecepatan kekuatan pikiran dapat melampaui kecepatan cahaya seperti yang terkisah dialog Puntadewa/Yudhistira dengan Yamaraja, karena dengan kekuatan pikiran kita bisa membayangkan lokasi suatu tempat dengan begitu instan terpikirkan. Sehingga sang manusia yang diberkati ilmu laduni selalu dalam penjagaan Tuhan melalui kepanjangan tangannya yakni para Malaikat dan Dewa.
Penulis tidak dapat menjamin perjuangan pembaca untuk meraih ilmu laduni bisa terwujudkan begitu saja. Ada Otoritas Tertinggi yang Absolut (Almighty Supreme Authority) yakni Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri yang menganugerahkan seorang dengan Ilmu Laduni.
Karena semua tergantung dari Keinginan Luhur, Pengabdiannya kepada umat manusia, Kontribusi nyata bagi seluruh yang hidup dimulai dari lingkaran sosial dan alam terkecil, juga semangat hidup dengan tujuan mulia dan karakter yang indah, yang Membuat Tuhan terpuaskan dan menjadi cinta karenanya.
Demikian semoga mencerahkan.
Citasi E-Book:
- Epistemology of Laduni Science on Muhammad Al-Ghazali Thought. Ismail Suardi Wekke, Acep Aam Amiruddin, Moh. Wardi. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong, Papua. Universitas Paramadina, Jakarta. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Nazhatut Thullab Sampang. Volume 18 Number 2 December 2018. p 247-270
- Laduni Science: An Overview Of Sufism, Spiritual Intelligence And Modern Learning Theory A. Busyairi. INTERNATIONAL JOURNAL OF SCIENTIFIC & TECHNOLOGY RESEARCH VOLUME 9, ISSUE 02, FEBRUARY 2020.
Tertanda.
Rian.
Cimahi, 7 Mei 2022.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI