surga. Sementara di surga mau apa? Bermain bersama bidadari-kah?
Banyak orang yang berfikir bahwa tujuan tertinggi beragama adalahTujuan tertinggi beragama itu adalah melayani dan menghamba kepada Tuhan di Angkasa Ruhani. Karena kita bersandar pada Kemahakuasaan dan Kemahatahuan-Nya lah kita bisa berbahagia di Alam Tuhan Yang Maha Perkasa berada.
Surga itu sendiri berasal dari kata sansekerta yakni Svarga, tepatnya alam Svarga-loka, langit atas ke-3 Alam Material tempat Dewa Indra memimpin. Dimana kenikmatan sensual bisa diperoleh di Svarga ini. Memang benar Svarga adalah tempat para bidadari ada, dan minuman memabukkan lagi lezat diperbolehkan disana.
Namun Svarga tidaklah kekal, karena kita harus dilahirkan kembali ke muka bumi apabila akumulasi pahala kita sudah habis digunakan untuk "Membayar" kenikmatan di Svarga. Mencapai Svarga ini syaratnya adalah kita harus memiliki banyak pahala, terbebas dari segala dosa dan berlaku saleh selama hidup di muka bumi.
Lantas mengapa kita mengejar Surga Alam Material yang tidak kekal? Sebenarnya ada distorsi bahasa antara Surga dan Jannah oleh para penerjemah Al-Quran.
Jannah yang disebutkan di Al-Quran pun berasal dari bahasa sansekerta, yakni Jana-loka, tempat Sapta-Resi (7 Orang berpengetahuan Rohani) berada untuk membimbing makhluk berkesadaran agar dapat kembali kepada Tuhan. Jannah merupakan langit atas ke-5 Alam Semesta Material/Benda.
Jannah juga dapat dihancurkan apabila alam semesta material mengalami kiamat terbesarnya. Sehingga pembubaran kehidupan di alam material terjadi. Namun karena proses umur planet Jannah setara dengan umur alam semesta, maka Al-Quran sendiri menyebutkan dengan istilah kekal. Karena memang usia Alam Semesta Material itu luar biasa lamanya. Ini semua jelas tertulis dalam kitab suci Veda.
Kalau kita sendiri menelusuri zaman Pra-Islam di Bumi Mekah, dijelaskan disana peradaban Sanatana Dharma berdasar Kitab Suci Veda memanglah sudah ada. Namun terdegradasi karena kehidupan masyarakat bumi mekah yang hidup penuh dengan sensualitas dan menjadikan dewa-dewi sebagai bentuk pemujaan hawa nafsu mereka sahaja.
Hingga akhirnya Nabi Muhammad S.A.W. diutus menghancurkan amoralitas yang terjadi salah satunya dengan menghancurkan arca-arca dewa-dewi yang dipuja masyarakat yang ada didalam ka'bah kecuali satu yakni Hajar Aswad. Nabi Muhammad S.A.W bertugas untuk meningkatkan kesadaran penduduk jazirah arab agar secara berangsur-angsur kesadaran berketuhanannya naik secara signifikan, dengan mengucap Nama Suci Allah.
Itu semua terjadi kesadaran berketuhanan di bumi Mekah sangatlah merosot, dengan kesadaran itu apakah mereka dapat memahami pengetahuan Ruhani bahkan tentang Ruh yang ada di Kitab Suci Veda? Tentu saja tidak, karena Al-Quran sendiri memberikan batasan kepada mereka dengan bunyi Ayat Quran Al Isra ayat 85:
"Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.”