Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Apakah Kita Bisa Memenangkan Diri dari Pengaruh Al-Masih Ad-Dajjal?

22 April 2022   09:30 Diperbarui: 29 April 2022   15:22 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejatinya Al-Masih Ad-Dajjal itu ada sepanjang zaman para Nabi Hingga kini, yang mewarisinya perwatakannya adalah sifat-nya yang senang menguji umat manusia. 

Dari Zaman Nabi Musa A.S. seperti terkisahkan Samiri dan Patung Sapi terbuat dari Emas. Juga Sahabat Nabi Muhammad S.A.W. yang bertemu dengan sosok misterius dan perawakan yang mengerikan untuk dipandang karena terdampar di sebuah pulau yang misterius.

Al-Masih Ad-Dajjal atau dikenal Meshiha Deghala memiliki kemampuan untuk memanipulasi alam dan memanipulasi pikiran manusia. Maka itu beliau adalah ujian terbesar iman dan takwa umat manusia di akhir zaman, menuju zaman pembuka penuh cinta dan kehebatan. Karena diseleksi secara ketat untuk manusia yang benar-benar berkualifikasi melanjutkan zaman penuh cinta dan kehebatan ini.

Orang-orang yang semasa hidupnya materialistik dan hedonistik sangat mudah terkena pengaruh dari syuhbat-syuhbat yang merupakan salah satu metode efektif Meshiha Deghala dalam memanipulasi pikiran manusia sehingga "Menghamba" pada dirinya.

Lantas bagaimanakan cara mengecek kita ini bisa memenangkan diri dari pengaruh beliau sang juru uji umat manusia?

Jawablah pertanyaan berikut cukup dalam nurani pribadi.

  • Apakah kita masih terikat dan mengakar dengan keinginan fana duniawi seperti harta dan tahta, juga kenikmatan interaksi dengan lawan jenis bahkan "hubungan yang belok" sekalipun? atau tidak?
  • Apakah kita berorientasi sebagai manusia yang berkarakter dicintai Tuhan? Atau tidak?
  • Apakah kita berperilaku layaknya seorang penikmat kehidupan yang abai dengan hukum hukum yang ditetapkan? atau tidak?
  • Apakah kita pantas diterima sebagai ahli Jannah karena niat mulia kita semasa hidup demi kebermanfaaatan hidup? atau tidak?
  • Apakah kita menjalankan segala perintah Tuhan dan menjauhi larangannya dengan niat hanya karena cinta mutlak kita kepada Tuhan? atau tidak?
  • Apakah kita siap melepaskan diri dari segala kenikmatan duniawi, dengan mengekang diri dari segala kenikmatan inderawi (Misal dengan bertirakat)? Atau tidak?

Jawaban-jawaban itulah yang menentukan apakah diri kita berpotensi terjebak pengaruhnya sehingga menjadi pengikut Meshiha Deghala... atau tidak.

Setiap orang berhak memutuskan untuk mau menghamba kepada Tuhan, atau ingkar. Konsekuensi tidak mau diselamatkan oleh orang yang sudah berpengalaman di bina mental oleh Tuhan melalui ujian kehidupan berhadapan dengan Meshiha Deghala, saat tiba waktunya yang tepat dan dibutuhkan kebanyakan manusia yang sadar. Siap menanti seorang yang ingkar tersebut.

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 22 April 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun