Mungkin ini adalah kesempatan emas bagi Rian berbagi Tips Melimpah untuk menggapai Cita dan Asa bagi saudaraku yang muslim yang sedang berupaya meraih Ridha Allah melalui berpuasa dan saudaraku yang bukan muslim yang juga begitu menghargai dan menghormati kaum muslimin yang berpuasa.
Kaum muslimin sejatinya sedang berkeinginan luhur demi meraih hari kemenangan Idul Fitri dengan berpuasa selama sebulan penuh.
Semua berjuang menahan lapar dan haus, tidak merokok, tidak maksiat, tidak mengumbar amarah dan nafsu, dan pengekangan lainnya yang penuh keberkahan.
Namun sejatinya kita perlu menjadikan bulan puasa yang penuh rahmat ini sebagai pelatihan di bulan-bulan setelah Ramadhan. Jangan malah jadi abai, sesudah ramadhan kita malah berbuat seenaknya tidak berkaca dari pelajaran berharga semasa bulan suci Ramadhan.
Untuk menggapai Cita dan Asa, maka kita perlu doa dan ikhtiar (usaha dan perjuangan) juga perlu ditunjang dukungan moril orang-orang terdekat kita dan fasilitas yang membantu pencapaian cita dan asa kita.
Berdoa untuk menggapai Cita dan Asa, adalah fasilitas kita untuk mengakses restu dari Tuhan Yang Maha Penyayang. Maka dari itu berdoalah untuk keinginan luhur anda. Bukan berdoa untuk materi dan kenikmatan belaka, ibarat pesugihan.
Berdoa kepada Allah yang paling mulia derajatnya yaitu berdoa demi masa depan kita, dimasa depan kita mau jadi apa? Polisi? Tentara? Hakim? Pengacara? Bahkan Penyelamat Umat Manusia sekalipun? Berdoalah! Mohon pada-Nya penuh tunduk hati dan ucapkan lantunan doa dengan penuh kelembutan dan kesantunan kita kepada Sang Maha Pemurah.
Jika doa kita diijabah. Misal mau jadi Hakim. Nanti mentalitas kita dibentuk untuk menjadi Hakim. Prinsip keseimbangan Dualitas Alam Dunia berjalan untuk menguji kita. Karena saya mau jadi hakim, saya harus siap berhadapan dengan ujian hidup berupa ketidakadilan, agar bisa belajar menjadi orang yang adil. Saya harus siap dihakimi oleh orang lain secara tidak adil, sebelum nanti siap menghakimi orang lain untuk penuh keadilan.
Ujian ada agar kita belajar, tidak mengulang kesalahan fatal, saat peran kita dibutuhkan. Ujian ada agar kita memiliki parameter, yakni ukuran dan nilainya dari yang paling rendah hingga paling tinggi, sehingga kita bijaksana memaknai dan merespon gap/kesenjangan yang ada pada kehidupan.
Seperti ada yang berdoa agar menjadi pengusaha yang sukses dan kaya raya. Maka ia diuji dengan kemelaratan. Agar dikemudian hari tidak merendahkan orang orang melarat, saat ia menjadi sukses dan kaya raya. Semua adalah bentuk pelajaran kedewasaan, bijaksana untuk memahami perbedaan dan keragaman hidup yang ada. Dan tidak menjadi kepribadian yang penuh kedengkian yang malah sibuk menjegal perjuangan orang lain untuk menggapai cita dan asanya.