Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rontoknya Mawar Merah (Negara Adidaya) dan Mekarnya Melati Putih (Negeri Adiluhung)

24 Maret 2022   04:00 Diperbarui: 24 Maret 2022   04:11 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Shutterstock.com dan dpmeme-lucu.blogspot.com dengan sentuhan Adobe Photoshop

Sekitar 9 tahun lalu. Rian mendapatkan sebuah pandangan spiritual, "kelak Negeri Mawar Merah bakal rontok (Negara Adidaya) dan Negeri Melati Putih (Negeri Adiluhung) bakal mekar dan berjaya." Dan memang fenomena global yang kini terjadi membuktikan pandangan bathin Guru Rian, kemampuan intuisi ini bukanlah sebuah isapan jempol belaka. 

Al-Quran dalam Surah Ali Imran ayat 140, menubuahkan sebuah perputaran roda kejayaan dan kehancuran suatu negara. Apabila Negara menjadikan kekuatan dan kecanggihan kemajuan ilmu untuk melancarkan agresi tak berurgensi dan perpecahan suatu bangsa melalui penyusupan ideologis yang destruktif, yah pada akhirnya mereka bakal kena batunya juga (dihancurkan oleh kata-kata dan perilaku bangsanya sendiri). 

Bangsa manapun yang berambisi demi pemenuhan hasrat kekuasaan dengan segala cara (termasuk yang tidak dibenarkan), bangsa tersebut diikat oleh roda perputaran kejayaan dan kehancuran yang dijanjikan, sebagai hikmah pelajaran bagi orang orang yang berakal.

Negara manapun yang terlibat dalam upaya agresi militer yang tidak ada urgensinya seperti yang pernah terjadi seperti Invasi Negeri Adidaya kepada Irak dan Afganistan, dan imperialisme baik kasar berupa penjajahan fisik maupun halus secara ekonomi atas bangsa-bangsa yang tercatat dalam sejarah, tinggal menunggu kehancurannya saja. 

Ngapain mengacak-ngacak negeri orang? Ngapain sok mengatur negeri orang? Bahkan sok-sok-an mendikte negeri orang dengan sanksi yang tidak ada dasar hukum yang kuat dan universal yang tidak memperhitungkan dampak berkepanjangan kepada dunia internasional? Sudah merasa adikuasa yah? 

Kalau pada akhirnya negara tersebut menjadi acak-acakan dengan sendirinya karena degradasi moralitas bangsanya sendiri. Ini sesuai dengan Janji Hukum Alam Semesta Raya yang tertulis dalam Al-Quran. Sebuah Karma... yang disebabkan Arogansi mereka sendiri.

Sementara yang dimaksud negeri adiluhung adalah Negeri yang berkarunia oleh kejembaran hatinya. Sebuah Negeri yang kini menjadi sorotan dunia. Lihatlah fenonema penuh kasih sayang dari saudara-saudari kita di sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat. 

Keramahtamahan bangsa dan penduduk lokal yang membuat terkenang sepanjang masa dalam memori bangsa yang bertamu dan singgah. Inilah yang dimaksud adiluhung. Kalau mau diakui bangsa lain, caranya menangkan hati mereka dengan keramah-tamahan yang indah mempesona dan cinta kasih yang penuh pelayanan tulus yang meluluhkan hati. 

Seorang Gurupun yang bisa memenangkan hati muridnya adalah guru yang mau memahami perasaan dan potensi anak didiknya, nanti juga kenangan indah melekat pada diri sang murid. Jangan heran kalau murid sudah dewasa nanti dan sukses, ada yang berkunjung ke kediaman sang guru dan memberikan apa-apa hasil perjuangannya yang dinilai berharga bagi sang Guru. Eits, jangan dijadikan pengharapan yah! Tetap jagalah ketulusan anda wahai Garda Terdepan Pendidikan Bangsa! 

Nah kisah diatas juga relevan, ada masanya Bangsa Kita ini akan menjadi Guru Peradaban Adiluhung bagi bangsa lain, para spiritualis mengatakan "Nusantara Mercusuar Dunia", ini bukanlah mimpi siang bolong kok. Sudah menjadi Karma Baik bagi bangsa kita, yang berjuang segala upaya penuh kasih, tanpa harus repot-repot melancarkan agresi militer yang tidak ada urgensinya, apalagi sampai berlaku imperialis, sangat bertentangan dengan Komitmen Bangsa dalam Pembuka Konstitusi Negeri Kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun