Mohon tunggu...
Indrian Safka Fauzi
Indrian Safka Fauzi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

🌏 Akun Pertama 🌏 My Knowledge is Yours 🌏 The Power of Word can change The World, The Highest Power of Yours is changing Your Character to be The Magnificient. 🌏 Sekarang aktif menulis di Akun Kedua, Link: kompasiana.com/rian94168 🌏

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Manfaat Mempelajari Pengetahuan Triangle Meta (Episode 3) - Faktor Pendorong dan Pencegahan Parameter Minus Kesadaran dan Kebijaksanaan

6 Maret 2022   07:00 Diperbarui: 7 Maret 2022   12:02 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salam jumpa kembali sobat kompasiana! Pada episode kali ini Rian ingin melanjutkan kesinambungan episode 1 tema Manfaat Mempelajari Keilmuan Triangle Meta, yang membahas adanya korelasi Ajaran Baginda Rasul Muhammad S.A.W dengan Parameter Minus Kesadaran dan Kebijaksanaan.

Baginda Rasul memperingatkan untuk selalu menjaga lisan/perkataan kita, dan menjaga perilaku kita. Rian akan menjelaskan setiap poinnya sesuai Ajaran Baginda Rasul, tanpa mengutip Ayat-Ayat Al-Quran dan petunjuk Al-Hadits. Namun esensi dari ajaran beliau sahaja.

 

1- Manusia yang sudah abai dengan kesadaran. Kebijaksanaannya minus karena mulai dikuasai amarah dan benci. Walau tidak dikategorikan manusia yang berbuat jahat namun karma baiknya minim dan didominasi karma buruk. Ada harapan dengan nilai nilai kebaikan.

  • Faktor pendorong:  seorang kelak terjebak dengan kesadaran dan kebijaksanaan yang minus ini adalah seringkali tidak mengontrol ucapannya, walau hanya guyonan, tapi perkataan kasar yang menjudge sering diucapkan. Contoh kalimat kasar pada umumnya di negeri ini dan negeri barat yang sering diucapkan kepada lawan bicaranya. Akibatnya hukum alam bereaksi, apabila ucapan kasar itu tidak relevan dengan perilaku seorang yang ia hina, maka yang menghina itu akan terbentuk karakter dan perilakunya seperti perkataan hinaannya tersebut.
  • Pencegahan: Anak anak dibawah umur sangat rentan dengan ucapan kasar ini, dan sangat tertarik mengucapkannya. Maka tugas kedua orang tua untuk mencegah mengucapkan kata-kata kasar agar tidak membentuk karakter buruk kelak saat ia remaja hingga dewasa.

2- Manusia yang abai dengan kesadaran. Kebijaksanaannya minus karena dikuasai amarah dan benci. Karma buruk yang banyak.

  • Faktor pendorong:  Seorang yang senang mengumbar amarahnya dengan ucapan kasar dan menyimpan niatan untuk memukul, menendang lawan bicaranya walau tidak kena badan, tapi hanya untuk menggertak. Akibatnya terbentuk karakter pemarah dan kasar.
  • Pencegahan: Berperilaku sopan santun dan penuh tutur kata yang lemah lembut.

3- Manusia yang diikat oleh sifat alam abai sudah mulai lenyap kesadarannya. Sangat tidak bijak memaknai hidup. Begitu hedonis dengan cara yang tak sah dan tidak dibenarkan secara hukum maupun agama

  • Faktor pendorong:  Sering berperilaku dan melakukan sentuhan fisik yang kurang etis kepada lawan jenis, yang menyebabkan dorongan syahwat mendominasi pikiran. Bahkan ucapan yang kurang etis kepada lawan jenis sering diucapkan.
  • Pencegahan: Menjaga pandangan, tidak melakukan sentuhan fisik yang tidak urgent kepada lawan jenis. Dan menjaga lisan yang etis kepada lawan jenis.

4- Manusia yang mulai berperilaku merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Kejahatan sudah menguasai diri. Karma buruk mulai menumpuk. Berperilaku manipulatif terhadap fisik dan mentalitas sesama hidupnya untuk pemenuhan ego diri.

  • Faktor pendorong:  Sering membicarakan keburukan orang lain dengan maksud untuk menghancurkan karakter yang dibicarakannya dengan mengumbar aib seorang yang dibicarakan.  Sehingga apabila tidak diterima pergaulan yang berkarakter ia sulit mencari sumber penghidupan yang layak, maka terdorong hasrat manipulatif dalam berpenghidupan dengan memanipulasi makanan jualannya dengan zat-zat berbahaya dan adiktif, yang parah bisa jadi pengedar narkoba. Jika ia seorang pemuka agama, sering melakukan judgemental preach yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa, karena dakwah yang berorientasi divide et impera dan coup de etat. Bahkan ada juga yang menjadi lintah darat yang memberikan pinjaman yang menyengsarakan dengan bunga tinggi dan melibatkan tindakan pemerasan premanisme.
  • Pencegahan: Jika memang sudah terlanjur membicarakan keburukan orang lain, maka ambillah pelajaran berharga agar tidak kita ulang, dan tidak sekali-kali berniat menghancurkan karakter yang kita bicarakan, melainkan memberikan pengaruh agar kita makin menyayangi seorang yang kita bicarakan.

5- Manusia yang sudah dikuasai perilaku negative. Kedengkian dan iri hati menguasai, sangat sulit bahagia jika tidak menyakiti. Karma buruk yang menumpuk tebal. Berperilaku sadis dan amoral.

  • Faktor pendorong:  Sifat iri hati yang disebabkan ia merasa tidak berharga dibandingkan siapapun yang lebih maju, cenderung dikendalikan pemikirannya sehingga pertanyaan-pertanyaan liar mendominasi pemikirannya seperti, “mengapa ia lebih berharga dariku?”, “mengapa ia lebih sukses dariku?” dan seterusnya, akibatnya ada hasrat untuk menjatuhkan dan menjegal seorang yang lebih maju darinya. Dan efek berkelanjutan dari sikap ini, jika tidak bisa menjegal secara fisik (karena ada aturan hukum), maka ia siap dengan konsekuensi untuk mempelajari sihir ilmu hitam/black magic untuk melukai seorang yang ia dengki. Padahal di Ajaran Islam, mempelajari sihir adalah terlarang. Jika ia tidak menggunakan black magic semasa hidupnya untuk melukai siapapun, maka black magic itu malah akan membinasakan dirinya, ilmu berbahaya yang harus selalu dipergunakan, atau konsekuensi terburuk menimpa dirinya.
  • Pencegahan: Selalu merasa bahwa diri ini berharga, dan siapapun berharga. Lebih baik menggali keberlimpahan potensi diri (Kemuliaan pikiran, keluhuran keinginan, kecerdasan akal, ketajaman hati, kepiawaian gerak tubuh, dan keindahan karakter). Jangan sekali-kali menyibukkan pikiran kita dengan dengan pemikiran yang kurang bersyukur. Menjaga rasa syukur adalah kunci, sebagaimana ajaran setiap agama.

6- Manusia dengan penuh propaganda perpecahan umat manusia. Jiwa-jiwa haus darah dan cinta peperangan. Tidak senang melihat perdamaian.

  • Faktor Pendorong: Sebenarnya sangat langka menemukan orang-orang seperti ini. Karena orang ini adalah aktor intelektual perpecahan suatu bangsa. Didorong oleh hasrat kekuasaan absolut di suatu negara. Gila kekuasaan dan gila pamor popularitas. Gemar membuat propaganda people power yang menyebabkan kerusuhan terstruktur, sistematif dan massif. Senang berkhianat kepada kawan seperjuangan adalah faktor pendorong utama perilaku ini. 
  • Pencegahan: Menghindari sifat khianat. Dengan memegang teguh ucapan dirinya dan tidak ingkar janji apalagi janji yang melibatkan Nama Suci Tuhan.

7- Manusia yang berhukum rimba. Cara-cara premanisme yang mengancam kehidupan orang banyak. Dari semasa hidup sampai maut menjelang.

  • Faktor Pendorong: Perilaku yang kasar menyakiti secara fisik dan mental kepada sesama hidup, yang dilakukan berulang-ulang, hingga membentuk karakter yang merugikan. Semasa mudanya senang membully teman teman belajarnya dan senang melakukan tindak pemerasan secara materi dan psikis.
  • Pencegahan: Berusaha untuk tidak membully dan memeras teman teman semasa muda. Jika sudah terlanjur sampai dewasa, bertaubat sebelum terlambat, untuk menjadi kepribadian yang lebih baik, dengan mencari guru kerohanian yang tepat dan bonafide.

8- Manusia dengan kehidupan neraka yang menyengsarakan banyak makhluk hidup, sudah tidak bisa ditolerir lagi, karena sangat berbahaya bagi kehidupan jika dibiarkan hidup. Kecuali taubatnya diterima Tuhan untuk mereset kesadaran dan kebijaksanaannya kembali dari nol.

  • Faktor pendorong: Semua faktor pendorong 1- sampai 7- lengkap ada di sang diri seseorang. Sebuah paripurna dari karakter manusia yang paling merugikan yang pernah ada. Senang melukai hewan-hewan yang tidak berdosa bahkan membunuhnya untuk dijadikan permainan belaka.
  • Pencegahan: Setelah bertaubat tidak akan mengulangi perbuatan kejinya, meminta maaf kepada orang-orang yang pernah ia sakiti dan mengganti sejumlah kerugian. Tidak berperilaku menyakitkan kepada hewan-hewan yang tidak berdosa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun