Film-film buatan James Wan kerap kali mendapat sambutan meriah berkat cerita dan terutama, kesadisan dan kehororannya. Sebut saja Insidious, Saw, Trilogi The Conjuring, hingga Malignant.Â
Saya termasuk penonton yang berharap cukup tinggi pada film terbarunya ini. Sayang, rupanya ekspektasi saya terlalu tinggi pada film M3GAN yang rilis awal Januari lalu.
Sejak pertama kali dan kemudian kerap kali melihat promosi film M3GAN di media sosial, sedikit terbaca jika kali ini James Wan menggabungkan elemen sci-fi yang kental dengan horor dan thriller.Â
Hal yang sebelumnya, sependek yang saya tahu, belum pernah ia lakukan pada film-filmnya terdahulu. Rasa penasaran tentu menjadi salah satu pemicu semangat saya untuk menonton dan berharap besar pada film ini.Â
Nyatanya, hingga berakhirnya film, saya masih merasakan ada sesuatu yang kurang memuaskan saya. Saya merasa M3GAN nanggung dalam memberikan elemen ciri khas yang biasa dibawa James Wan. Aura misteri, adegan sadis, dan thrillernya seakan kurang menguasai film ini. Yang tak terduga, justru M3GAN membawa pesan lain yang lumayan menyentuh.
Alih-alih menyuguhkan kisah full misteri yang biasanya ditaburi dengan horor dan sadis, M3GAN justru membawa sebuah pesan penting mengenai pengasuhan dan hubungan antara orang tua, atau dalam film ini orang dewasa atau wali kepada anak yang diasuh atau menjadi tanggung jawabnya.Â
Sedari awal kita sudah diberi adegan yang menggiring penonton untuk memikirkan hal tersebut. Kekosongan secara tiba-tiba pada hidup Cady dengan kehilangan kedua orang tuanya diisi dengan sang tante yaitu Gemma, yang ternyata sangat kaku dalam menghadapi anak kecil.Â
Ia seperti tidak tahu apa yang semestinya ia lakukan, tak pandai cara berkomunikasi yang baik dengan anak kecil, dan bahkan mengabaikan nasihat atau panduan orang yang lebih berpengalaman.
Bagian ini diperlihatkan dari karakter sang terapis Cady yang berulang kali meminta Gemma untuk lebih menyempatkan waktu dan membangun relasi yang hangat dengan keponakannya itu. Terutama di saat seperti itu dimana Cady membutuhkan seseorang yang dapat menyembuhkan trauma atas kejadian mengerikan yang sudah menimpanya.Â
Sang terapis bahkan terlihat prihatin dan gemas dengan cara pengasuhan yang dilakukan oleh Gemma. Apalagi melihat Gemma justru memberi Cady mainan dan berharap mainan tersebut dapat membuat Cady jadi lebih baik.Â
Dari lain sisi, isu ini juga diperkuat dengan pendapat salah satu rekan kerja Gemma yang menyarankannya untuk lebih menyisihkan waktunya untuk Cady. Namun, sekali lagi, Gemma lebih memilih mementingkan pekerjaannya dan menganggap Cady akan baik-baik saja.