Mohon tunggu...
Intan yanrisyah
Intan yanrisyah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Pelajar/Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mencapai Kekuasaan di Era Mengikuti Tren dari Perspektif Filsafat Nietzsche

8 Januari 2025   21:10 Diperbarui: 8 Januari 2025   21:10 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pada era digital saat ini,fenomena dalam mengikuti tren telah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Tren tidak hanya sebatas pada musik ataupun gaya hidup, melainkan hingga ke berbagai aspek seperti perilaku sosial, opini politik, hingga identitas diri yang dibentuk melalui media sosial. Banyak orang yang sering kali merasa terdorong untuk mengikuti tren demi mendapatkan pengakuan, status sosial dan pengaruh. Namun, dibalik dorongan tersebut terdapat sebuah pertanyaan penting pun muncul. Apakah Upaya untuk mencapai kekuasaan melalui tren tersebut dapat mengungkapkan kekuasaan dari dalam diri sendiri? Melalui perspektif filsafat Nietzsche yang terkenal dengan konsep "kehendak untuk berkuasa" (Will To Power), Nietzsche mengajukan pandangan radikal tentang kehidupan, kekuasaan dan nilai-nilai sosial yang pada dasarnya bertujuan untuk membebaskan individu dari norma-norma yang membatasi potensi diri. Artikel ini akan mengulas karakteristik seseorang dalam mengikuti tren serta apakah termasuk dalam kekuasaan dalam diri sendiri atau tidak.

Di dunia yang penuh dengan tren ini, banyak orang yang terdorong untuk mengikuti tren agar dapat diterima dan memperoleh status sosial. Contohnya media sosial, banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi viral, mendapatkan banyak pengikut, atau memperoleh status sosial yang tinggi di platform seperti Instagram, Twitter, atau TikTok dimana orang diberikan ruang untuk memperlihatkan diri mereka melalui foto, status, atau konten-konten yang disukai banyak orang. Hal ini menciptakan rasa kekuasaan sosial dimana sebuah pengaruh yang didapatkan dari banyaknya pengikut atau jumlah like yang diperoleh. Namun, Nietzsche menantang kita untuk berpikir lebih dalam. Menurut Nietzsche, kekuasaan yang diperoleh melalui tren sering kali hanyalah bentuk kekuasaan yang besar dimana pengaruh yang datang dari tindakan menyesuaikan sikap, keyakinan, dan perilaku dengan norma sosial, politik, atau kelompok terhadap nilai-nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Individu yang mengikuti tren cenderung menyesuaikan diri dengan harapan sosial eksternal, bukan mengejar tujuan pribadi yang otentik. Mereka lebih mengutamakan pengakuan dari luar daripada mengarahkan hidup untuk menguasai diri sendiri.

  • Konsep kehendak untuk berkuasa dalam filsafat Nietzsche mengarah pada dorongan internal untuk mengendalikan hidup sesuai kehendak pribadi, bukan sekadar menguasai orang lain. Ini berkaitan dengan kebebasan untuk mengatasi nilai-nilai sosial yang diterima dan menciptakan nilai otentik sesuai potensi individu. Jika dilihat dari perspektif ini, kekuasaan yang diperoleh dari mengikuti tren tidak mencerminkan kekuasaan dari dalam diri sendiri. Individu yang mengikuti tren terperangkap dalam kepatuhan terhadap norma sosial yang sering tidak mencerminkan keinginan dan potensi pribadinya. Nietzsche menekankan bahwa kekuasaan sejati berasal dari kemampuan hidup sesuai kehendak diri, bukan dari validasi sosial atau popularitas. Kekuasaan sejati datang dari dalam diri, ketika individu mengarahkan hidupnya untuk mencapai tujuan yang lebih bermakna.
  • Konsep bermensch dalam filsafat Nietzsche menggambarkan individu yang melampaui nilai-nilai sosial, menciptakan nilai sendiri, dan hidup sesuai kehendak pribadinya. bermensch tidak terjebak dalam tindakan menyesuaikan sikap, keyakinan, dan perilaku dengan norma sosial, politik, atau kelompok atau mengikuti tren, tetapi hidup secara otentik dan berfokus pada pencapaian diri yang lebih tinggi. Bagi Nietzsche, kekuasaan sejati adalah kebebasan untuk menciptakan dan menjalani hidup sesuai kehendak kita, bertentangan dengan mengikuti tren yang lebih berfokus pada pengakuan eksternal. bermensch menciptakan jalannya sendiri, sementara mengikuti tren hanya mengarah pada peniruan, bukan penciptaan yang otentik dan bermakna.

Di dunia digital yang terhubung, kekuasaan sering diukur dari seberapa banyak orang yang mengikuti atau mengagumi seseorang. Tren menjadi alat untuk popularitas, yang dianggap kekuasaan sosial. Namun, menurut Nietzsche, kekuasaan ini bersifat sementara dan dangkal. Kekuasaan sejati berasal dari dalam diri, yaitu kemampuan untuk mengarahkan hidup sesuai kehendak pribadi dan menciptakan nilai baru yang mencerminkan siapa kita sebenarnya. Bagi Nietzsche, kekuasaan sejati adalah kebebasan pribadi untuk hidup sesuai visi dan keinginan tanpa terjebak dalam konformitas sosial yang fokus pada kepuasan sesaat.

Mencapai kekuasaan melalui tren bisa memberikan pengaruh sosial yang besar, tetapi jika dilihat dari perspektif Nietzsche, kekuasaan tersebut tidak mencerminkan kekuasaan yang sesungguhnya. Kekuasaan sejati bukan tentang jumlah pengikut atau popularitas yang datang dari luar, tetapi tentang kebebasan untuk mengarahkan hidup kita sendiri, untuk melampaui norma-norma yang membatasi kita, dan untuk hidup sesuai dengan kehendak pribadi yang lebih dalam dan lebih otentik.

Dengan demikian, meskipun mengikuti tren dapat memberikan kekuasaan sosial, ia tidak dapat mengungkapkan kekuasaan yang sejati dari dalam diri kita. Kekuasaan yang sesungguhnya adalah kemampuan untuk membentuk hidup kita sesuai dengan visi pribadi kita, dan ini hanya dapat dicapai dengan mengarahkan kehendak kita pada pencapaian yang lebih bermakna, bukan pada pengakuan eksternal. Sebagaimana Nietzsche mengajarkan, kekuasaan sejati adalah kekuasaan yang datang dari kebebasan untuk menjadi diri sendiri dan menciptakan dunia sesuai dengan kehendak kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun