Mohon tunggu...
Intan Nur Hapsari
Intan Nur Hapsari Mohon Tunggu... -

Kegagalan tidak boleh menjadikan saya seorang PENGECUT!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjumpaan Tak Terduga

10 Oktober 2016   11:18 Diperbarui: 10 Oktober 2016   13:20 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siluet dari lampu-lampu jalan yang temaram, memperlihatkan hari mulai beranjak larut dalam pekat. Sepersekian menit hanya ku tatap lamat-lamat tangisan yang menumpahkan segala keluh kesah dunia. Begitu deras dan hawa dingin pun seakan menyayat-nyayat tubuhku. Detik itu juga ada yang menelisik masuk ke dalam ruang di antara erangan ingin bertemu, dimana seluruh kehidupanku berubah setelah kecelakaan yang menimpaku 2 tahun lalu. Tak dapat ku hindari lagi ketika bergejolaknya seluruh rasa sakit yang hanya dapat ku lakukan dengan membuncahkan butiran-butiran bening dari sudut-sudut mataku. Dengan cepat bayangan yang telah lama pergi itu tiba-tiba muncul kembali dalam ingatan. Saat itu juga, ku lihat satu titik yang menyemburatkan kisah.

“Tidak lagi, cukup sudah!” batinku menyalak. Segera ku usap wajahku yang penuh dengan kekecewaan itu.

Malam semakin menepi menuju penghujung penantiannya. Ku lirik jam yang berada tepat disampingku, pukul 23:57. Dengan sigap ku putar roda kursi yang ku duduki saat ini, ingin melelapkan seluruh raga yang lelah dan ingin melenyapkan pula pikiran yang memuakkan itu.

***

Subuh pun menjelang, terdengar suara yang sangat menentramkan jiwa, berasal dari masjid di ujung jalan sana. Ku kerjap-kerjapkan mataku dan segera bangun untuk sholat Subuh. Setelah selesai, kusiapkan sarapan dan makanan ringan yang akan dijual oleh adikku sepulang sekolah nanti.

Semakin lama, hari semakin memburu. Makanan yang dijual siang ini sudah diambil oleh adikku 1 jam yang lalu untuk  dijajakan keliling kampung. Dalam hati ku lantunkan doa-doa agar adikku senantiasa dilundungi oleh Tuhan dan juga makanan yang terjual hari ini banyak.

Dalam waktu-waktuku menunggu adikku kembali pulang, tiba-tiba saja ada seseorang yang mengetuk pintu rumahku.

“Tumben ada yang ingin bertamu ke rumah. Tapi siapa?” pikirku mulai melayang-layang.

Ketika ku buka pintu, ku lihat sosok yang sangat begitu aku kenali. Saat itu juga sekujur tubuhku kaku, dadaku berdentum amat kencang dan mulutku seakan terkunci rapat. Peluh bercucuran membasahi wajahku, mataku begitu dengan mudahnya terhipnotis akan kehadirannya. Rasa muak yang sempat hilang, kembali terkuat lebih besar lagi ke permukaan. Perasaanku terkoyak, rajutan-rajutan rapi yang aku sulam begitu mudahnya terputus. Tak dapat lagi aku sembunyikan perasaan amarah yang telah usang ini, karena terlalu lama aku gantungkan. Tapi yang hanya aku keluarkan saat itu adalah genangan kesedihan yang begitu luar biasa.

“Maafkan aku Arini, atas segalanya. Aku telah lama mencarimu dan ternyata kau berada disini” ucap Arlan.

“Untuk apa kau kemari? Tak cukupkah dengan engkau yang telah tinggalkan aku? Kau hanya memikirkan dirimu sendiri!” dengan sekuat tenaga aku menjawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun