Mohon tunggu...
Intantya Purwoko Putrie
Intantya Purwoko Putrie Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Proffessional writer. Author of compilation books Terima Kasih Ayah (2013). Freelancer. Passionate photographer. Happy blogger. Lifetime learner.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Ngopi" Ala Mahasiswa

25 September 2012   14:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:43 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1348583305922580957

Mahasiswa dan kopi, bagaikan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Banyak tugas yang harus dilembur, maka kopilah yang menemani. Waktu luang sepanjang jeda kuliah, menikmati angin kantin, maka kopilah yang dinikmati. Ya, kopi. Bisa manis, bisa pahit.

Jujur, semenjak saya menjadi mahasiswa, saya terpengaruh teman-teman saya untuk menyukai kopi. Bukan candu, hanya menyukainya saja. Biasanya, yang identik dengan kopi itu, rokok dan laki-laki. Tapi saya rasa hal itu tidak lagi berlaku. Analogi saya justru lebih kepada bahwa kopi memiliki kaitan erat dengan mahasiswa. Entah apa, lihat saja, apa ada kampus yang tidak dikelilingi oleh warung kopi?

Pada malam hari, banyak warung kopi yang setiap malamnya dijejali dengan mahasiswa-mahasiswa yang menikmati secangkir kopi. Ada yang sambil  bersenda gurau, sambil main kartu, bahkan sambil rapat dan diskusi. Secangkir kopi mungkin akan menjadi secangkir semangat. Secangkir kopi mungkin bisa menghangatkan suasana. Ringan, santai dan apa adanya. Semua itu dinikmati dengan mengalir begitu saja. Sampai dirasa puas dan waktu sudah larut malam, maka mahasiswa-mahasiswa itu sadar akan kemampuannya untuk mengistirahatkan badan, kemudian pulang dengan senang, atau mungkin tenang.

Kopi memiliki beberapa sudut pro dan kontra. Kebanyakan orang mengatakan bahwa kopi itu buruk bagi kesehatan. Ya, betul. Kafein yang dikandung kopi memang dapat meningkatkan resiko penyakit jantung. Kafein yang terdapat di dalam kopi memang dapat menurunkan kesuburan khususnya bagi wanita, yang terkandung dalam kopi juga dapat menyebabkan ketergantungan pada kopi.

Tapi siapa kira? Kopi juga memiliki beberapa manfaat bagi kesehatan. Beberapa diantaranya, kafein yang terkandung dalam kopi dapat melindungi gigi, mencegah penyakit  diabetes dan bahkan untuk melindungi kulit. Itu setahu saya…

Dimanapun menikmati kopi, dari warung kaki lima, angkringan sampai kedai kopi elit kelas internasional, yang jelas kopi adalah kegemaran setiap khalayak. Khususnya kalangan mahasiswa, yang mungkin ‘hanya’ menjadi pelanggan setia kedai-kedai kopi murah yang sesuai dengan harga mahasiswa.

Satu lagi kopi andalan para mahasiswa. Tapi kali ini, konteksnnya bukan pada mahasiswa secara keseluruhan, melainkan para mahasiswa yang terlalu mudah mengambil jalan pintas, tanpa memikirkan dampak bagi dirinya sendiri. Iya, kopi-paste.

Sedih ketika mendengar salah seorang rekan yang dengan santainya kopi-paste tulisan orang tanpa berpikir dan menghela nafas panjang untuk dinilaikan sebagai tugas. Padahal sudah mahasiswa, kok masih penggiat plagiat? Apa tidak malu dengan isi otaknya sendiri? Sama perasaan sendiri?

Jika kopi-paste sudah menjadi sebuah budaya, lalu bagaimana cara menghilangkannya? Sadar sama sendiri-sendiri saja. Kalau yakin pada kemampuan diri, kenapa harus menggunakan karya orang? Tanpa izin pula.

Penyebabnya? Pastinya malas. Malas membaca, malas menganalisa sesuatu dan malas menulis. Bukankah seharusnya kita lebih bangga jika apa-apa itu adalah hasil jerih payah kita sendiri? Seharusnya iya. Mutlak. Maka perbanyaklah referensi, perbanyaklah membaca untuk memperkaya wawasan dan linguistic, supaya mudah mengeksekusi pikiran kedalam sebuah tulisan.

Yang jelas kopi rasa paste itu masih sering ditemui. Ada yang diam-diam. Ada yang berceceran.

***

Jika hidup itu seperti kopi, mungkin akan pahit rasanya. Tapi bukan berarti itu akan selamanya menjadi pahit, bukankah banyak cara dan pilihan untuk mengubah rasa pahit itu menjadi manis? Bersyukur contohnya. Sepahit apapun hidup yang kita jalani, syukurilah, dan nikmati semua. Dengan bersyukur, kepahitan itu akan berangsur-angsur hilang dan  tergantikan dengan manis, sebuah rasa baru yang lebih baik.

Analogi lagi, hidup itu seperti kopi. Pahit, manis, tergantung bagaimana kita menakarnya dan menyeduhnya. Jadi, apapun yang terjadi dalam hidup kita sekarang dan nanti, tergantung bagaimana kita membuatnya dan menyikapinya saat ini. Betul, kan?

Teruslah bersyukur. Teruslah temukan cara yang tepat untuk menjadikan hidupmu lebih manis.  Salah satunya dengan optimis.

Secangkir kopi, secangkir semangat. Intinya, kopi itu gak merugikan, gak sepenuhnya juga menguntungkan. Maka ngopilah sesuka hati, tapi yang bijak. Apapun yang berlebihan, pasti hasilnya kurang baik. Batasi diri kita sendiri  untuk mengkonsumsi kopi. Yang penting, jangan ngopi-paste. Plagiat ah.

Dari seorang mahasiswa pencinta kopi.

Yang sedang berada di kedai kopi.

Berbincang dengan rekan-rekan ditemani kopi.

[caption id="attachment_207910" align="aligncenter" width="300" caption="Selamat menikmati."][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun