Mohon tunggu...
Intan Samrotul Fuadah
Intan Samrotul Fuadah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Saya lebih senang sendirian. Saya senang bermain hujan. Me time adalah healing terfavorit saya. Saya dengan senang hati akan menghabiskan waktu hanya dengan orang yang benar-benar berarti bagi saya. Jika Anda bukan salah satunya, maka Anda akan menemukan 1001 alasan mengapa saya tidak dapat menghabiskan waktu dengan Anda.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Lingkungan yang Baik dalam Membentuk Kepribadian Seseorang

12 Desember 2023   14:20 Diperbarui: 12 Desember 2023   14:23 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Peribahasa mengatakan bahwa “buah tidak jatuh jauh dari pohonnya”, sehingga terbentuklah paradigma masyarakat bahwa kepribadian seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor biologis atau faktor genetik. Namun, pada kenyataannya kepribadian seseorang itu senantiasa berubah-ubah seiring berjalannya waktu. Hal tersebut memberikan pengertian bahwa kepribadian seseorang dipengaruhi oleh suatu hal. Terdapat tiga teori psikologi yang membahas mengenai hal tersebut. Pertama, teori nativisme yang memberikan pandangan bahwa kepribadian sebagian besar dipengaruhi oleh hereditas (keturunan). Teori ini menyatakan secara tegas bahwa lingkungan dan proses pembelajaran di lembaga formal maupun nonformal tidak dapat mempengaruhi karakter bawaan seseorang. Di sisi lain, teori empirisme memberikan pandangan bahwa faktor pengaruh kepribadian seseorang ditentukan oleh lingkungannya. Terakhir, teori konvergensi merupakan campuran dari kedua aliran di atas di mana faktor hereditas dan faktor lingkungan berperan penting dalam proses pembentukan kepribadian seseorang. Teori ini dipandang lebih realistis dan lebih sesuai dengan keadaan masyarakat. Lingkungan yang baik tentu dapat menjadi faktor terbesar seseorang memiliki kepribadian yang baik pula. Sebuah penelitian dari Minnesota Study of Twins Readred Apart menyimpulkan bahwa hereditas dan lingkungan adalah dua hal yang memiliki keterkaitan. Oleh sebab itu, sering dijumpai fenomena kepribadian seseorang yang menyerupai orang tuanya ataupun lingkungan kesehariannya.

Dalam laporan The Great Courses Daily, menyebutkan bahwa faktor pengaruh kepribadian seseorang, yaitu 50% - 70% lingkungan dan sekitar 50% - 30% faktor bawaan lahir. Dari fakta tersebut dapat dipahami bahwa lingkungan memiliki peranan yang besar dalam membentuk kepribadian seseorang, sehingga lingkungan yang baik tentu sangat penting untuk diperhatikan agar kepribadian seseorang dapat dikatakan baik dan tidak membawa pengaruh yang negatif. Paradigma bahwa kepribadian seseorang dapat dilihat dari pertemanannya telah melekat dalam masyarakat. Jika pertemanannya baik, maka orang tersebut pun dianggap baik, dan sebaliknya. Kepribadian tentu mempengaruhi  banyak hal dalam kehidupan ini termasuk proses interaksi sosial yang sudah seharusnya dijalankan oleh setiap manusia yang merupakan makhluk sosial agar seseorang tersebut ditempatkan dan diperlakukan sebagaimana kepribadian yang tercermin di dalam dirinya. Oleh karena itu, kepribadian harus selalu dibentuk agar seseorang diperlakukan dan diterima di dalam masyarakat. Untuk membentuk kepribadian yang baik tidak harus selalu dari orang tua yang baik juga. Jika harus selalu seperti itu, lantas apakah anak-anak yang terlahir dari keluarga yang tidak dapat dikatakan baik harus menanggung beban bahwa mereka pun harus dan akan menjadi seperti orang tua mereka yang tidak baik? Sementara itu, telah disepakati bahwa semua manusia terlahir ke dunia ini dalam keadaan bersih. Artinya semua orang memiliki hak untuk terjaga nama baiknya semenjak hidup di dunia ini. 

Kemudian, perlu dipaparkan kembali bahwa sifat yang diwariskan kepada anak lebih cenderung kepada sifat fisik yang sudah seharusnya tidak dapat diubah. Sedangkan, kepribadian yang diwariskan hanya seputar kecerdasan, introvert atau extrovert, dan hal lainnya yang dapat dikembangkan, dilatih, bahkan dimunculkan karena hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Maka dari itu, lingkungan sangat dapat membantu proses pembentukan kepribadian seseorang. Gagasan ini juga sepadan dengan pernyataan yang diutarakan oleh seorang psikolog Kanada, yaitu Profesor Albert Bandura yang memberikan pandangan bahwa kepribadian seseorang tidak muncul begitu saja. Kepribadian terbentuk karena proses mengamati lingkungan sekitar, sehingga hal tersebut menjadi jawaban mengapa dalam suatu daerah atau dalam suatu kelompok, kepribadian atau tingkah lakunya nyaris sama.

Lingkungan yang dapat menjadi sarana pembentuk kepribadian seseorang bukan hanya lingkungan keluarga, melainkan juga lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga tentu menjadi tempat pertama seseorang mempelajari tentang kepribadian. Seorang anak tentu akan mengikuti apa yang diperbuat oleh orang tuanya sehingga mengapa seorang anak ketika melakukan sesuatu sering dikaitkan dengan pernyataan bahwa hal tersebut diwariskan dari orang tuanya. Padahal, hal tersebut bukanlah kepribadian yang diwariskan, melainkan proses belajar anak yang meniru orang tuanya dan bagaimana pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga hal tersebut seolah menjadi sebuah kemiripan karena faktor genetik. Jika lingkungan keluarganya tidak baik, maka kepribadian seseorang tentu dapat menjadi baik jika lingkungan sekolah dan masyarakatnya baik. 

Sebuah riset yang telah dilakukan penulis di sebuah sekolah dasar membuktikan bahwa dengan lingkungan sekolah yang baik, seseorang dapat memiliki kepribadian dan kebiasaan yang baik pula meskipun kondisi keluarganya tidak baik. Begitu pula lingkungan masyarakat yang baik akan menjadikan seseorang baik pula karena seseorang dapat belajar melalui pengamatan terhadap lingkungan sekitarnya. Jika di dalam lingkungan keluarganya seseorang mendapatkan contoh yang tidak baik, maka ketika di lingkungan sekolah atau lingkungan masyarakat ia bisa mendapatkan bimbingan terhadap hal yang baik yang seharusnya dilakukan. Dengan demikian, sangat jelas bahwa lingkungan sangat menentukan kepribadian seseorang. Namun, perlu diperhatikan pula bahwa ketika seseorang telah memiliki pendirian yang kuat, ketika ia dihadapkan dengan lingkungan yang tidak baik sekali pun, ia akan tetap mampu membentengi dirinya bahkan mengajak orang lain kepada kebaikan. Hal tersebut mungkin terjadi tetapi belum dapat dilakukan oleh mayoritas orang terlebih lagi kalangan  remaja ke bawah. Umumnya kepribadian individu justru bergantung kepada lingkungan yang ditempatinya. Jika lingkungannya baik, maka ia akan mengikuti menjadi baik. Sebaliknya, apabila lingkungannya kurang baik, maka ia pun akan mengikuti pula lingkungannya. Sehingga, dalam permasalahan tersebut sangat penting untuk memerhatikan kualitas lingkungannya, agar kepribadian seseorang tidak terbawa kepada hal yang negatif.

Berlandaskan paparan di atas, kesimpulan yang diperoleh yaitu lingkungan menjadi faktor yang mendominasi terhadap bagaimana kepribadian seseorang. Pernyataan tersebut memperkuat argumentasi bahwa sebagai manusia yang memiliki akal sehat dan budi pekerti tentu menginginkan kepribadian yang baik. Salah satu usaha yang dapat dikerjakan agar  kepribadian menjadi lebih baik, yaitu dengan memperhatikan dan memilah lingkungan yang akan menjadi tempat untuk berinteraksi sosial dan menjalin hubungan sesama manusia. Kepribadian yang baik tidak tertanam begitu saja tanpa syarat, melainkan harus diupayakan dengan sekuat tenaga karena dikutip dari salah satu ayat Al Quran bahwa “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah sesuatu yang ada pada kaum sehingga mereka berusaha untuk mengubahnya terlebih dahulu”. Dengan adanya ayat tersebut, besarlah harapan bahwa kepribadian pun dapat berubah jika seseorang berusaha dan Tuhan menghendakinya.

DAFTAR RUJUKAN

Anastasya, A. Edeth Fuari. (2018). Identifikasi Kepribadian dengan Menggunakan Algoritma Genetika. Jurnal Sistem Informasi dan Teknologi Informasi, 6(1), 12-20. 

Kahfi. (2021). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Pustaka Taman Ilmu.

Karim, Bisyri Abdul. (2020). Teori Kepribadian dan Perbedaan Individu. Eljour: Education and Learning Journal, 1(1), 40-49.   http://dx.doi.org/10.33096/eljour.v1i1.45

Suwarti, Sri. (2019). Teori Kepribadian Social Cognitive: Kajian Pemikiran Albert Bandura Personality Theory Social Cognitive: Albert Bandura. Al-Tazkiah: Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam, 5(1), 37–46. https://doi.org/10.20414/altazkiah.v5i1.1325

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun