Salah satu aspek dasar yang dapat mempengaruhi kualitas hidup dan kesejahteraan suatu negara adalah ketahanan pangan yang dimilikinya. Secara sederhana, ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi dimana suatu negara dapat menyediakan pangan yang cukup, aman, beragam, terjangkau, serta bergizi bagi seluruh masyarakat secara merata dalam jangka waktu yang panjang. Oleh sebab itu, ketahanan pangan dalam hal ini tidak hanya berkaitan dengan ketersediaan pangan semata, melainkan juga akses masyarakat terhadap pangan, stabilitas pasokan pangan, dan bagaimana pangan yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efektif untuk memenuhi kebutuhan gizi dasar masyarakat.
Hingga saat ini, isu ketahanan pangan di Indonesia masih menjadi salah satu isu krusial. Besarnya jumlah populasi di Indonesia yang tersebar di ribuan pulau dengan kondisi geografis yang berbeda-beda menyebabkan masyarakat sering kali mengalami kesulitan akses pangan karena ketidakmerataan distribusi pangan, khususnya di daerah-daerah terpencil. Menurut Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) tahun 2023, terdapat kurang lebih 68 kabupaten/kota yang masih tergolong rentan terhadap kerawanan pangan. Wilayah-wilayah tersebut umumnya berada di Indonesia bagian timur dan pulau-pulau terpencil yang tidak memiliki transportasi yang memadai dan kurangnya infrastruktur sehingga pasokan pangan seringkali sulit menjangkau masyarakat lokal secara konsisten.
Keterbatasan akses pangan ini kemudian berdampak pada kualitas pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat dan menjadi awal mula kurangnya pemenuhan gizi dasar. Salah satu permasalahan yang terus dialami hingga saat ini adalah tingginya angka stunting dan malnutrisi pada anak. Meski sudah mengalami penurunan dari 24,4% ke 21,6% per tahun 2021-2022, angka tersebut tetap tidak bisa dikatakan kecil. Pemenuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral menjadi aspek penting yang dibutuhkan pada masa tumbuh kembang anak sejak masih di kandungan. Sedangkan pada praktiknya, Masyarakat seringkali hanya mengonsumsi makanan yang dianggap dapat mengenyangkan tanpa memperhatikan persoalan gizi. Pola makan seperti itu dapat menyebabkan defisiensi gizi yang kemudian berpengaruh juga terhadap penurunan kualitas kesehatan, rendahnya produktivitas, hingga meningkatnya resiko penyakit.
Dengan begitu, keterbatasan akses terhadap pangan yang ada di Indonesia dapat dijadikan sebagai alasan kuat untuk memulai diversifikasi pangan. Pangan lokal merupakan salah satu solusi strategis dalam memperkuat ketahanan pangan dan memastikan pemenuhan gizi dasar. Indonesia memiliki kekayaan pangan lokal yang sangat beragam, seperti singkong, jagung, sagu, dan berbagai jenis umbi-umbian, yang dapat menjadi alternatif pangan pokok selain beras. Pangan lokal ini tidak hanya kaya nutrisi, tetapi juga lebih mudah diakses oleh masyarakat di daerah-daerah terpencil. Dengan mengoptimalkan potensi pangan lokal, masyarakat dapat memiliki pola makan yang lebih seimbang, sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor pangan dan memperkuat kemandirian pangan nasional.
Disamping itu, diperlukan pula adanya upaya sinergis dari pemerintah dan masyarakat untuk menciptakan kedaulatan pangan. Pemerintah perlu menciptakan kebijakan-kebijakan yang mendukung diversifikasi pangan lokal dan menguatkan sektor pertanian. Perbaikan infrastruktur untuk mendukung distribusi pangan dan pemberian edukasi terkait pentingnya gizi seimbang juga menjadi salah satu upaya yang perlu dilakukan. Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong inovasi dalam teknologi pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi lahan, sehingga produksi pangan dapat terus memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus bertambah. Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan pula adanya keterlibatan masyarakat untuk lebih sadar akan kebutuhan nutrisi mereka dan bagaimana cara memenuhi kebutuhan tersebut melalui pangan lokal yang tersedia. Partisipasi masyarakat dalam mengembangkan usaha pertanian dan pangan lokal juga dibutuhkan untuk membantu memperkuat ketahanan pangan lokal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H