Mohon tunggu...
Galuh Syifa Intan
Galuh Syifa Intan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Childfree: Anak Bukan Lagi Sumber Rezeki

11 Juni 2024   00:52 Diperbarui: 12 Juni 2024   16:15 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Istilah childfree tidak lagi menjadi hal yang asing di telinga masyarakat indonesia saat ini. Pada dasarnya, Childfree mengacu pada keputusan atau nilai yang dianut oleh individu maupun pasangan suami istri yang memilih untuk tidak memiliki anak baik secara biologis ataupun adopsi. Badan Pusat Statistik (BPS) melalui artikel DATAin Edisi 2023 yang berjudul Menelusuri Jejak Childfree di Indonesia menyatakan bahwa dalam empat tahun terakhir, semakin banyak pasangan di Indonesia yang memilih untuk tidak memiliki anak (childfree).

Meski begitu, hingga saat ini masih banyak pro dan kontra yang berseliweran mengenai fenomena childfree. Budaya dan tradisi yang masih melekat di masyarakat Indonesia menjadi salah satu alasan mengapa childfee tidak dapat diterima dengan mudah oleh sebagian orang. Ditambah dengan stigma buruk yang kemungkinan besar akan diberikan oleh keluarga dan masyarakat terhadap pasangan yang memilih untuk childfree. Kemudian diperkuat dengan istilah 'banyak anak banyak rezeki' yang masih dianut oleh sebagian besar masyarakat membuat childfree dianggap sebagai suatu hal yang negatif dan egois.

Padahal pada praktiknya, seseorang yang memilih untuk childfree tentu telah mempertimbangkan banyak hal mulai dari masalah finansial hingga mental. Semakin tingginya biaya hidup yang harus ditanggung dan dikeluarkan 'orang tua' mulai dari proses melahirkan hingga pendidikan anak, membuat banyak pasangan memilih childfree dibanding harus membesarkan anak dengan kondisi finansial yang tidak stabil. Beberapa orang juga merasa lebih bahagia menjalani hidup tanpa memikul tanggung jawab sebagai orang tua. Mereka beranggapan bahwa tanpa kehadiran anak, mereka akan lebih bebas mengejar minat dan hobi yang dimiliki.

Disamping itu, beberapa orang memilih untuk tidak memiliki anak karena merasa tidak mampu menanggung beban moral sebagai orang tua yang harus mendidik anak. Tanggung jawab besar yang ada di genggaman orang tua terkait masa depan anak juga berbagai kemungkinan buruk yang dapat terjadi pada anak di masa depan membuat mereka merasa takut tidak dapat memenuhi itu semua dan tidak dapat mendidik anak dengan baik sebagaimana yang seharusnya.

Dalam jangka waktu yang pendek, seseorang yang memilih untuk childfree dianggap dapat meringankan beban anggaran pemerintah dalam hal subsidi pendidikan dan kesehatan. Namun dalam jangka waktu yang panjang, hal ini akan menyebabkan banyaknya lansia yang tidak memiliki keluarga dan membutuhkan jaminan sosial dari pemerintah yang saat ini belum diketahui kesiapannya. Dalam DATAin BPS juga disebutkan bahwa Indonesia beresiko kehilangan segmen generasi tertentu dalam piramida penduduk jika tren mengenai childfree terus berlanjut.

Namun pada dasarnya, keputusan seseorang untuk memiliki anak ataupun tidak memiliki anak (childfree) merupakan keputusan masing-masing individu yang dilatarbelakangi oleh banyak hal dan sudah melewati berbagai pertimbangan. Sebagai sesama manusia, kita harus saling menghargai apapun keputusan yang diambil oleh orang lain dan tidak dengan mudah mengambil keputusan besar hanya karena mengikuti tren yang ada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun