Depresiasi nilai tukar tidak dapat dijadikan satu-satunya alat untuk mendorong ekspor manufaktur. Stabilitas nilai tukar adalah hal yang sangat penting bagi eksportir untuk merencanakan strategi produksi dan perdagangan jangka panjang. Depresiasi tajam harus dihindari karena dapat meningkatkan biaya produksi dan mengurangi daya saing ekspor.
Selain itu, pemerintah perlu memberikan insentif kepada perusahaan yang berorientasi ekspor, seperti pengurangan pajak atau pembebasan bea masuk untuk bahan baku. Penanaman modal asing juga perlu didorong dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif, termasuk melalui kepastian hukum dan penyederhanaan prosedur.
Inovasi dan Efisiensi
Lebih dari sekadar stabilitas nilai tukar, peningkatan daya saing ekspor manufaktur tidak hanya bergantung pada nilai tukar, tetapi juga pada efisiensi dan inovasi. Pemerintah dan pelaku industri perlu berfokus pada pengembangan teknologi, perbaikan infrastruktur logistik, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan langkah ini, sektor manufaktur akan lebih adaptif terhadap dinamika pasar global dan mampu menjaga pertumbuhan ekspor secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, A. M. (2013). Pengaruh nilai tukar terhadap ekspor Indonesia. Pusat Pengkajian, Pengolahan Data, dan Informasi (P3DI), Â Â Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik.
Al Farid, M. S., & Anward, R. J. (2023). Analisis dampak nilai tukar dan volatilitasnya terhadap ekspor Indonesia. JIEP: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan, 6(1), 500--513. ISSN 2746-3249.
Susanti, E. N. (n.d.). Pengaruh perubahan nilai tukar terhadap kinerja ekspor Indonesia. Fakultas Ekonomi, Universitas Riau Kepulauan.
(Penulis) Intan Putri Maharani-UPN "Veteran" Yogyakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H