Mohon tunggu...
Intan Puspitasari
Intan Puspitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi

Senang berada di pojok ketenangan untuk menikmati secangkir matcha hangat dengan sepotong kue bolu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Agama Digital sebagai Komunikasi Pembelajaran Ilmu Agama: Teori Modernitas Cair-Zygmunt Bauman

10 November 2022   07:00 Diperbarui: 10 November 2022   07:19 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Aplikasi TikTok muncul sejak September 2016, namun dengan adanya COVID-19 pengguna TikTok meledak hingga 1 miliar pengguna aktif bulanan. Pengguna TikTok didominasi oleh usia 9-24 tahun yang terbanyak adalah generasi Z. Saya sebagai salah satu generasi Z sering berjumpa dengan teman-teman yang memang rata-rata pengguna TikTok. Aplikasi TikTok membuat para pengguna berlomba-lomba membuat konten semenarik mungkin dengan mengeluarkan bakat kemampuannya. Mulai dari konten edukasi, dakwah, ataupun konten random lainnya. 

Saya akan memberikan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari dengan memanfaatkan platform media sosial untuk agama digital. Sewaktu bermain TikTok saya pernah melihat salah satu akun dari Yenna Rachman tentang berdakwah. Di akun tersebut menayangkan banyak sekali praktik do’a yang dapat dipraktikkan secara mandiri. Tak hanya itu, beliau juga mengajarkan tata cara ruqyah mandiri yang dapat membantu segala permasalahan di kehidupan. Saya juga pernah mengikuti live di TikTok untuk do’a bersama secara online, beliau biasanya live di TikTok mengajak do’a bersama di pagi hari. Menurut saya, pengalaman ini merupakan contoh tentang teori modernitas cair karena adanya agama digital menjadi strategi masyarakat menghadapi perubahan cepat dari teknologi. Agama digital yang membubarkan modernitas padat ke cair yaitu komunitas agama tradisional hingga menciptakan model keagamaan ke bentuk yang baru.

Saya mengenal teori fakta sosial Zygmunt bauman dari jurnal yang ditulis oleh Robertus Robet dengan judul “Modernitas dan Tragedi: Kritik dalam Sosiologi Humanistis Zygmunt Bauman”. Jurnal ini menjelaskan teori modernitas cair sebagai gejala pascamodernisme atau gejala dalam modernitas cair yaitu kehidupan yang cair (liquid life). Modernitas cair adalah kehidupan yang cair ditandai oleh ketidakpastian permanen. Menurut Bauman, keadaan itu memahami hal-hal secara meningkat melalui media. Media sebagai the logic of news yang mengalami percepatan hingga tidak dapat diantisipasi. Liquid life tumbuh dalam masyarakat merupakan tindakan di mana perubahan dilakukan secara cepat, sehingga tidak mampu membentuk kebiasaan. Pola dan tradisi mencair karena individu didorong untuk terus-menerus berubah tanpa sadar. Sifat diri dalam modernitas cair diungkap Bauman melalui gejala kebudayaan, terutama yang disebarkan oleh industri meida. Dimensi dalam modernitas cair itu melampaui ruang dengan karakter manusia yang bereaksi terhadap dunia tana pendasaran yang kokoh (Robet, 2016). 

Dalam pemahaman saya teori modernitas cair merupakan kesadaran paling kuat dan ketidakstabilan yang kontras dengan soliditas dan ketegasan bentuk modernitas sebelumnya. Kehidupan cair di mana kita itu hidup dalam jurang ketidakpastian, perubahan, dan konflik yang permanen. Setiap hari kita dengan kebaruan yang permanen yang mengakibatkan tidak pernah merujuk kembali pada titik awal dari peristiwa, karena apa yang kita lakukan pada hari ini dengan segera kita lupakan pada hari esok. Jadi, modernitas cair mendorong kita kepada percepatan dalam kehidupan sehari-hari, di mana setiap kegiatan akan terus berotasi dengan cepat, sehingga sulit melihat ke belakang guna merujuk kembali ke peristiwa awal. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh media setiap hari. contoh yang saya paparkan di atas dalam konteks agama digital, modernitas cair telah merubah dari komunitas agama tradisional ke dalam ekspresi keagamaan yang baru. Agama digital dapat berpindah dalam bentuk nyata (solid) dari sistem ekspresi keagamaan yang direalisasikan secara cair (liquid), mudah dan efisien dalam mengakses fasilitas digital. Hal ini menjadikan seseorang harus mengubah strategi untuk mengejar perubahan dan peluang yang ada lewat media. Kesimpulan yang dapat ditarik agama digital mampu memberikan elemen keagamaan yang dibutuhkan masyarakat tanpa menghilangkan simbol ilmu agama, oleh karena itu agama dipraktekkan secara daring untuk membantu peluang pengguna media dalam menyelesaikan masalah. 

Teori modernitas cair diperkenalkan oleh Zygmunt bauman, ia lahir di Poznan, Polandia 19 November 1925. Bauman merupakan seorang pemikir kritis yang melewati 3 masa peradaban dunia yaitu holocaust, modernisme, dan postmodernisme. Beliau menjadi salah satu tokoh Eropa yang paling berpengaruh di bidang sosiologi. Karyanya mengkaji perubahan luas di alam masyarakat kontemporer dan pengaruhnya terhadap komunitas maupun individu. Tokoh yang berpengaruh dalam pemikirannya seperti, Karl Marx, George Simmel, Antonio Gramsci, dan Theodor Ardono.Bauman meninggal pada tanggal 9 Januari 2017 di Leeds, Inggris. 

Referensi:

Robet, R. (2016). Modernitas dan Tragedi: Kritik dalam Sosiologi Humanistis Zygmunt Bauman. MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi, 20(2). https://doi.org/10.7454/mjs.v20i2.5224

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun